Liputan6.com, Palembang - Kuliner pempek Palembang menjadi salah satu jajanan paling diminati warga Sumatera Selatan (Sumsel). Rasanya yang nikmat, mengenyangkan dengan harga yang terjangkau pun menjadi alasan kuliner ini tak pernah bosan menjadi sarapan setiap pagi.
Pempek Palembang tidak hanya dijual di warung atau pun toko kuliner. Ada juga yang berjualan penganan ini dengan cara berbeda, yaitu menggunakan sepeda kayuh dan sepeda motor, dengan memasang etalase kaca berisi ratusan jenis pempek di jok belakang.
Baca Juga
Advertisement
Warga Palembang biasa menyebut jajanan ini dengan nama pempek pot-pot. Penamaan unik ini dikarenakan, para penjual pempek ini selalu menggunakan alat suara bel berbunyi ‘pot-pot’.
Pelaku usaha ini pun sering membawa kendaraannya berkeliling daerah di Palembang, terutama di dekat sekolah, perkantoran dan pusat perbelanjaan. Biasanya mereka memarkir kendaraannya di tepi jalan, agar memudahkan para pembeli mendatanginya.
Namun di tengah pandemi Covid-19 ini, omset penjualan pempek pot-pot ini menurun drastis. Banyak warga Palembang membatasi aktivitas ke luar rumah, membuat para pedagang pempek Palembang ini mengantongi hasil penjualan yang minim.
Seperti dialami Surahman (32), perantau asal Kabupaten Pati Jawa Tengah (Jateng) ini terpaksa membawa pulang uang pas-pasan dari hasil penjualan pempek Palembang yang dihargai Rp1.000 per biji.
Biasanya Surahman bisa membawa pulang uang hasil jualannya hingga Rp200.000 per hari. Namun karena sepinya pembeli saat pandemi Covid-19, membuat usahanya melesu.
“Kalau sekarang cuma bisa bawa pulang uang Rp80.000 hingga Rp100.000 per hari. Bahkan ketika benar-benar sepi, hanya bisa mengantongi Rp50.000 per hari. Itu sudah seharian mengelilingi Kota Palembang pakai sepeda motor,” ucapnya kepada Liputan6.com, Senin (21/9/2020).
Pempek Palembang yang diambilnya dari produsen di kawasan Sekip Ujung Palembang, biasanya bisa mencapai 750 biji per hari. Namun di masa pandemi Covid-19, dia hanya bisa membawa dagangannya sebanyak 500 biji pempek Palembang per hari.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :
Berjualan di Sekolah
Jumlah tersebut terkadang tidak habis hingga sore hari, bahkan paling banyak hanya laku sekitar 350 biji pempek Palembang per hari.
“Saya jualan dari puku 06.00 WIB sampai sore hari. Kalau sebelum pandemi Covid-19, setiap pagi saya jualan di depan sekolahan. Tapi sekarang sekolahan libur, jadi terpaksa harus berkeliling ke berbagai tempat,” ucapnya.
Dengan pendapatan yang minim, bapak dua anak ini harus menghemat pengeluarannya setiap hari. Terlebih dia harus menabung untuk membayar biaya kontrakan rumahnya sebesar Rp4,5 juta per tahun.
Dampak pandemi Covid-19 yang benar-benar terasa olehnya, yaitu ketika memasuki bulan Ramadhan 1441 Hijriah kemarin.
“Setiap tahun saya tidak pernah berjualan saat bulan puasa. Benar-benar di rumah saja beribadah atau pulang kampung. Tapi bulan puasa kemarin, saya terpaksa berjualan lagi. Karena tidak ada tabungan sama sekali,” ujarnya yang sudah 17 tahun menjual pempek pot-pot ini.
Advertisement