Belajar dari Kedelai, Punya Segudang Manfaat Kesehatan Meski Kerap Diremehkan

Walau kecil, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari kedelai. Tak hanya dari sisi kesehatan namun juga mengangkat industri pangan di Indonesia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 23 Sep 2020, 09:09 WIB
Biji kedelai. (Foto: pixabay.com)

Liputan6.com, Jakarta Kedelai bukanlah bahan makanan yang asing di telinga atau lidah orang Indonesia. Sudah banyak studi yang mengemukakan mengenai manfaat dari bahan pembuat tempe ini.

Meskipun begitu, produk pangan dari kedelai seperti tempe seringkali diremehkan. Bahkan tak jarang, beredar berbagai misinformasi mengenai makanan ini.

Dr. Rimbawan, pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam sebuah seminar daring pada Senin (21/9/2020) mengungkapkan bahwa sesungguhnya kedelai memiliki kandungan karbohidrat, serat, lemak, asam lemak, hingga protein.

"Lemaknya relatif tinggi 9 gram, tetapi kita lihat komposisinya, kita mengenal istilah lemak tidak jenuh. Di dalam lemak yang tidak jenuh itu ada namanya omega 3 dan omega 6, yang dikaitkan dengan peluang untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah, untuk kecerdasan, dan sebagainya," kata Rimbawan.

"Sisi-sisi baik sudah bisa kita lihat di sini. Ada serat yang kita tahu memperlancar buang air besar dan sebagainya," kata Ketua Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB University tersebut dalam seminar bertajuk "Menebar Kebaikan Melalui Tulisan" ini.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Berbagai Manfaat Kesehatan dari Kedelai

ilustrasi kedelai/pixabay

Rimbawan mengatakan, ada hal unik yang terdapat dari kombinasi karbohidrat, protein, dan lemak di dalam kedelai.

"Kombinasi ketiganya itu ternyata kalau kita konsumsi, dia tidak akan dengan cepat menaikkan kadar gula darah kita," ujarnya. Hal ini karena kedelai memiliki indeks glikemik rendah.

"Karena itu kalau kemudian kita makan kedelai dan produk-produk kedelai, maka kita mengharapkan tidak adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah, sehingga cepat naik kemudian turun lagi," ujarnya.

Rimbawan mengatakan, hal tersebut diperlukan apabila seseorang harus mengontrol kadar gula darah di dalam tubuh atau untuk mengendalikan berat badan.

"Karena dengan kadar glukosa darah tidak naik tinggi dengan cepat, maka kemudian kita akan merasa kenyang lebih lama sehingga kita tidak ingin makan," katanya.

Ia sendiri merekomendasikan konsumsi kedelai sebagai salah satu pilihan bagi mereka yang ingin mengendalikan berat badan agar tidak melonjak dengan cepat. Saran ini juga berlaku bagi orang-orang yang mengalami kelebihan berat badan.

Sementara itu, ada mitos yang menyebutkan bahwa kedelai dapat membuat pria menjadi lebih feminin. Rimbawan menjelaskan bahwa di dalam makanan tersebut terkandung suatu senyawa bernama isoflavon.

"Senyawa ini molekulnya mirip dengan estrogen, hormon perempuan," kata Rimbawan. Hal inilah yang membuat munculnya misinformasi tersebut.

"Padahal ternyata fitoestrogen, atau estrogen yang dari tanaman itu, molekulnya seperti estrogen tetapi berbeda kok. Kadang-kadang, sifatnya malah bertolak belakang dengan estrogen itu sendiri." Bahkan, ia mengatakan bahwa dalam sebuah studi, kandungan isoflavon dalam kedelai memiliki potensi menjaga daya ingat pada lansia.


Hal Positif dari Si Mungil Bernama Kedelai

Seminar daring bertajuk "Menebar Kebaikan Melalui Tulisan" pada Senin (21/9/2020)

Selain itu, pada sebagian besar penelitian yang bersifat observatif, produk kedelai malah mengurangi risiko kanker payudara pada wanita. Hal ini berbanding terbalik dengan anggapan bahwa makanan tersebut meningkatkan risiko penyakit tersebut.

Rimbawan juga menegaskan bahwa produk dari kedelai seperti tempe pun bukan menjadi penyebab asam urat.

Terkait dengan kekhawatiran alergi usai mengonsumsi kedelai, Rimbawan mengatakan bahwa memang ada beberapa kondisi di mana seseorang alergi terhadap makanan tersebut, hanya saja tidak semua orang akan mengalaminya.

Selain itu, Rimbawan mengungkapkan bahwa omega-3 dalam kedelai dapat menurunkan risiko penyakit jantung.

Dalam kesempatan yang sama, wartawan senior Andy F. Noya mengungkapkan bahwa meski ia suka makan tempe dan tahu, namun ia lebih takut asam urat ketika mengonsumsi kedelai seperti edamame.

Namun menurut pembawa acara yang juga pendiri dan CEO BenihBaik.com ini, sesungguhnya ada banyak sisi baik yang bisa diambil dari kedelai.

"Mungkin kita dengar banyak sekali hal negatif tentang kedelai ini," ujarnya. "Namun ternyata banyak hal positif dari hal yang kecil bernama kedelai."


Kontribusi Bagi Ekonomi

ilustrasi tempe/pixabay

Dalam pengalaman Andy, ada banyak cerita bagaimana petani kedelai mendapatkan kesuksesannya dari tanaman pangan tersebut. Salah satu contohnya ada di sebuah wilayah di Kuningan, Jawa Barat.

"Ada 100 hektar lebih tanah yang tadinya dianggap tidak produktif karena mengandung pasir dan seterusnya, tetapi oleh masyarakat diolah sedemikian rupa kemudian ditanami kedelai, dan ternyata 1 hektar bisa menghasilkan 1,3 ton kedelai," kata Andy. Ia mengatakan, cerita semacam ini sesungguhnya bisa memberikan inspirasi, khususnya di masa pandemi seperti saat ini.

"Ini menarik menurut saya karena memberikan semangat, memberikan energi bagi kita. Situasi (pandemi) sekarang ini kan membuat banyak orang down. banyak orang merasa was-was, stres, ini mereduksi imunitas kita sehingga kita juga kalau jadi stres, hidupnya jadi tidak sehat," kata Andy.

Andy juga mengatakan bahwa, berbagai usaha terkait produk turunan kedelai yang memberikan manfaat bagi orang banyak pun perlu disampaikan kepada masyarakat. "Ini sesuatu yang perlu disampaikan dan ini kontribusi yang bisa kita jalankan dalam kehidupan kita."

Rimbawan, secara pribadi sangat merekomendasikan tempe sebagai produk pangan dari kedelai agar bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Selain itu, ia berharap agar makanan ini bisa lebih populer di dunia.

"Kalau rekomendasi best of the best-nya untuk produk Indonesia, saya mendukung tempe sebagai produk yang memang sangat dikenal di seluruh dunia, sebagai produk yang seringkali kita sebut sebagai superfood karena dia mempunyai fungsi kesehatan yang sangat baik," kata Rimbawan.

"Otomatis kalau tempe ini gaungnya lebih kuat, maka produksi kita harapkan menjadi meningkat dan petani menjadi tertarik untuk menanam. Satu lagi, insentif dari pemerintah harusnya memberikan dukungan yang lebih untuk masyarakat agar bisa menanam kedelai dengan penuh semangat."

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya