Deretan Hal Terkait Banjir Bandang Sukabumi

BMKG mengaku telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem skala waktu 3 jam-an untuk wilayah Jawa Barat, sebelum terjadinya banjir bandang Sukabumi.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 22 Sep 2020, 11:18 WIB
Objek wisata Curug Sawer Manglid di Kampung Manglid, Desa Cidahu, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi dihantam banjir bandang pada Senin (21/9/2020) sore.

Liputan6.com, Jakarta - Banjir bandang Sukabumi, Jawa Barat tepatnya di Kampung Cibuntu, Kecamatan Cicurug terjadi pada Senin, 21 September 2020.

Akibat banjir bandang Sukabumi, sebanyak 12 rumah dan lima unit mobil hanyut terbawa arus. Lalu, 85 unit rumah dilaporkan terendam banjir akibat diterjang air bah sekitar pukul 17.00 WIB. Banjir bandang juga menyebabkan ruas jalan rusak.

Sebanyak tiga orang dikabarkan hanyut terbawa arus. Korban hanyut tersebut hingga kini masih dalam pencarian petugas gabungan.

"Banjir bandang itu akibat meluapnya Sungai Cibuntu di Kampung Cibuntu, hingga saat ini masih dalam pendataan," kata Koordinator Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna, Senin, 21 September 2020.

Pihak Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengaku telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem skala waktu 3 jam-an untuk wilayah Jawa Barat, sebelum terjadinya banjir bandang pada 21 September 2020, sebanyak 5 kali mulai dari jam 13.45 - 22.50 WIB.

Berikut deretan hal terkait banjir bandang Sukabumi yang terjadi pada Senin, 21 September 2020 dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Hanyutkan Warga

Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Berdasarkan data sementara dari BPBD Kabupaten Sukabumi, curah hujan tinggi menyebabkan debit air Sungai Cibuntu meluap dan merendam ratusan unit rumah di dua kecamatan.

Tiga orang warga Kampung Cibuntu, Desa Pesawahan, Kecamatan Cicurug, dilaporkan hilang terseret banjir bandang.

Sebanyak 299 Kepala Keluarga (KK) atau 1.210 jiwa mengungsi. Sementara 20 orang mengalami luka-luka.

"Tim SAR gabungan masih melakukan pencarian korban hilang," kata Koordinator Pusat dan Pengendalian, BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna.

Empat rumah dan empat unit kendaraan roda empat juga hanyut terbawa arus. Daeng Sutisna menyebutkan, banjir bandang terjadi di dua kecamatan.

Kecamatan Cicurug meliputi, Kampung Cibuntu di Desa Pasawahan, Kampung Cipari Desa Cisaat, Kampung Lio dan Kampung Nyangkowek Desa Mekarsari dan Perum Setia Budi Desa Bangbayang.

Kemudian di Kecamatan Parungkuda, banjir bandang menerjang pemukiman warga di Kampung Bojong Astana, Desa Langensari dan di Kampung Bantar, Desa Kompa.

Kecamatan Cicurug tercatat 4 unit rumah hanyut, 289 unit rumah terendam, 1 unit mobil dan motor hanyut. Sedangkan di Kecamatan Parung Kuda sebanyak 6 unit rumah terendam, 2 unit jembatan terputus, 1 unit mushola terendam, 9 unit kolam ikan terendam, dan 2 petak sawah terendam banjir.

 


Hanyutkan Pabrik

Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut Kepala SAR Kabupaten Sukabumi Fiber Sinaga, banjir bandang terparah terjadi di Desa Mekarsari dan Desa Pesawahan, Kecamatan Cicurug.

Sampai saat ini, tim SAR gabungan, BPBD, beserta komunitas relawan masih melakukan evakuasi korban terdampak banjir bandang.

"Nanti datanya kita update ya," kata Fiber.

Tak hanya rumah, beberapa pabrik salah satunya adalah pabrik air minum dalam kemasan PT Aqua Golden Mississipi juga terendam air setinggi mata kaki orang dewasa.

Banjir bandang juga sempat membuat masyarakat panik dan mencari perlindungan ke dataran yang lebih tinggi.

 


BMKG Sudah Keluarkan Peringatan Dini

Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat untuk mewaspada terhadap potensi cuaca ekstrem pada musim pancaroba saat ini.

Terjadinya banjir bandang di wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi, Senin sore, 21 September 2020 merupakan bukti adanya potensi cuaca ekstrem di masa transisi.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, curah hujan intensitas tinggi hingga 110 mm dalam periode 4 jam yaitu 15.00-19.00 WIB teramati di Citeko.

"Hujan lebat ini dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil dan diperkuat dengan adanya fenomena gelombang Rossby Ekuatorial serta adanya daerah pertemuan angin atau konvergensi," ucap Guswanto.

Guswanto menjelaskan, kombinasi dari ketiga fenomena atmosfer itu, meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Jawa Barat.

Terkait kejadian tersebut, BMKG telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem skala waktu 3 jam-an untuk wilayah Jawa Barat, sebelum terjadinya banjir bandang pada 21 September 2020, sebanyak 5 kali mulai dari jam 13.45 - 22.50 WIB.

Guswanto menuturkan, potensi hujan lebat yang terjadi pada siang atau sore di wilayah Bogor tersebut, secara tidak langsung dapat meningkatkan potensi luapan air di sekitar daerah aliran sungai Ciliwung.

"Masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi genangan," kata Guswanto.

BMKG mengkliam telah menerbitkan informasi prakiraan awal musim hujan 2020. Diprediksi sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode awal musim hujan mulai akhir bulan Oktober-November 2020.

Selama bulan September-Oktober ini ucap Guswanto, periode peralihan musim (pancaroba) dari kemarau ke penghujan masih berlangsung di beberapa wilayah Indonesia.

Di mana, kondisi hujan tidak merata dapat terjadi dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat.

"Pada masa peralihan musim ini, perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang, angin puting beliung, bahkan fenomena hujan es," ungkap Guswanto.

BMKG memprediksikan dalam periode sepekan ke depan, hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir berpotensi terjadi di beberapa wilayah. Untuk periode 22-24 September 2020 di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Sementara periode 25-28 September 2020 di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

"Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan lebat disertai kilat atau petir serta hujan es dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin," kata Guswanto.

 


Penjelasan BMKG

Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Banjir bandang melanda beberapa daerah di Kebupaten Sukabumi, Jawa Barat, Senin sore, 21 September 2020.

Menurut Forecaster on Duty Stasiun Klimatologi Bogor, Retno Kartika Ningrum, data curah hujan 21 September 2020 yang direkam oleh lima stasiun pengamat, antara lain Pos Polusi Udara Cibeureum, Stamet Citeko, ARG Rekayasa Cisadane, ARG Rekayasa Citeko dan ARWS Rekayasa Cibeureum didominasi oleh hujan sangat lebat.

Retno mengatakan, berdasarkan citra satelit himawari tanggal 21 September 2020 pukul 14.00 WIB sudah terpantau sel awan konvektif yang tumbuh di wilayah Sukabumi.

"Kemudian pukul 14.30 WIB awan mulai bergerak dan tumbuh di seluruh wilayah Bogor dan Sukabumi, yang merupakan awan konvektif signifikan dan terus bergerak meluas memasuki wilayah Bogor dan Sukabumi hingga meluruh pada malam hari pukul 21.00 WIB," ujar Retno, Selasa (22/9/2020).

Retno menuturkan sementara berdasarkan citra radar, tampak bahwa pada pukul 14.00 WIB, 21 September terdapat pertumbuhan awan konvektif di wilayah Jawa Barat, khususnya di Bogor dan Sukabumi.

Awan konvektif berupa Cumulonimbus terbentuk sangat cepat dan intensif, terlihat dari nilai reflektivitas yang cukup tinggi dan maksimum di wilayah tersebut dengan nilai sebesar 50 dBZ pada pukul 15.32 WIB.

Kesimpulannya sebut Retno, berdasarkan data curah hujan di sekitar Sukabumi dan Bogor, telah terjadi hujan yang cukup merata dengan intensitas yang bervariasi ringan hingga sangat lebat pada sore hingga malam hari. Akumulasi curah hujan yang cukup tinggi dari hulu dengan durasi yang cukup lama berpotensi menyebabkan naiknya luapan air sungai.

"Pada daerah dengan dataran yang cukup rendah hal ini berpotensi memicu terjadinya banjir bandang," kata Retno.

Belum lagi, kara Retno, pada September 2020 ini telah memasuki masa transisi, potensi hujan yang terjadi karena faktor pemanasan pada pagi hingga siang hari sehingga masih menyebabkan terbentuknya awan konvektif dengan jenis Cumulonimbus, yang berpotensi terhadap cuaca ekstrem, di antaranya angin kencang pada siang dan sore hingga menjelang malam hari.

Retno menambahkan, data suhu permukaan dari pagi hingga siang hari terjadi pemanasan yang cukup kuat. Sehingga hal ini mendukung proses pertumbuhan awan hujan, serta didukung oleh faktor lokal yaitu kelembaban udara yang basah.

"Menyebabkan peningkatan aktivitas pertumbuhan awan hujan konvektif dengan jenis Cumulus padat dan Cumulonimbus yang menyebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir serta angin kencang," terang Retno.

Berdasarkan pola sebaran angin 3000 ft pada 21 September 2020 pukul 19.00 WIB, pada umumnya angin yang melewati wilayah Jawa Barat dari arah Timur laut hingga Tenggara.

Terdapat Tropical Cyclon Dolphin (996 hpa) dan tekanan rendah di sekitar perairan Filipina membentuk pola sirkulasi siklonik, daerah pertemuan angin (konvergensi) serta belokan angin yang cukup signifikan di sepanjang Selat Karimata hingga Jawa Barat.

"Kondisi ini mendukung suplai awan-awan hujan di antaranya di wilayah Jawa Barat," tutur Retno.

 


Ungkap Penyebab Banjir Bandang

Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Banjir bandang menerjang wilayah Kabupaten Bogor dan Sukabumi, pada Senin 21 September 2020.

Deputi Bidang Meteorologi Guswanto menyampaikan penyebab banjir bandang itu adalah hujan dengan intensitas tinggi. Hujan dengan intensitas 110 mm terjadi dalam periode 4 jam di wilayah tersebut.

"Kami amati di Citeko hujan menguyur dari pukul 15.00 sampai 19.00 WIB," kata Guswanto salam keterangan tertulis BMKG, Selasa (22/9/2020).

Guswanto menerangkan, hujan lebat ini dipicu oleh kondisi atmosfer yang labil dan diperkuat dengan adanya fenomena gelombang Rossby ekuatorial serta adanya daerah pertemuan angin (konvergensi).

Kombinasi dari ketiga fenomena atmosfer ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Jawa Barat.

Potensi hujan lebat yang terjadi pada siang dan sore di wilayah Bogor tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan potensi luapan air di sekitar daerah aliran sungai Ciliwung hingga akhirnya terjadi banjir bandang.

Menurut Guswanto, BMKG sebetulnya telah mengeluarkan informasi peringatan dini cuaca ekstrem skala waktu 3 jam-an untuk wilayah Jawa Barat sebelum terjadinya banjir bandang pada 21 September 2020.

Peringatan dini tersebut dirilis sebanyak 5 kali mulai dari pukul 13.45 WIB hingga 22.50 WIB.

"Sehingga masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi genangan," ucap Guswanto.

 


Wisata Curug Sawer Manglid Ditutup

Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Objek wisata Curug Sawer Manglid di Kampung Manglid, Desa Cidahu, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi dihantam banjir bandang pada Senin, 21 September 2020 sore.

Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut menjadi sebab volume air di Sungai Cibuntu itu meluap dan merendam rumah warga.

Kepala Resort Kawah Ratu Gun Gun mengatakan, banjir di Curug Sawer Manglid itu terjadi sekitar pukul 17.00 WIB. Dia menyebutkan, atas kejadian itu tidak ada korban jiwa maupun kerusakan fasilitas di dalam kawasan objek wisata alam yang di kelola Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak.

"Tidak ada kerusakan dan tidak ada korban jiwa. Saat banjir bandang, dipastikan sudah steril dari pengunjung," kata Gun Gun saat dihubungi, Selasa (22/9/2020).

Atas kejadian itu, pihaknya menutup sementara lokasi kunjungan ke Curug Sawer Manglid. Penutupan curug tersebut dilakukan sampai kondisi cuaca membaik, mengingat dalam dua hari terakhir ini intensitas hujan disertai petir cukup tinggi. Namun, untuk perkemahan masih tetap buka seperti biasa.

"Demi keamanan yang berkemah juga sementara ini tidak boleh berkunjung ke curug dulu. Hari ini kita cek ke lapangan," kata dia.

 


1 Jasad Ditemukan

Tim SAR gabungan TNI, Polri, dan relawan membersihkan material longsor usai banjir bandang menerjang Kampung Cibuntu, Desa Pasawahan, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, Selasa (22/9/2020). Banjir mengakibatkan puluhan bangunan rusak berat, 12 rumah hanyut, dan dua korban hilang. (merdeka.com/Arie Basuki)

Warga Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, menemukan jasad seorang pria yang diduga korban banjir bandang Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Ketua Forum Koordinasi SAR Daerah FKSD Kabupaten Sukabumi, Okih Fajri, Selasa (22/9/2020) membenarkan kabar bahwa warga menemukan jasad proa dengan kondisi tertelungkup di bawah puing-puing.

"Ditemukan tertelungkup di bawah pepohonan dan rumah yang terbawa arus banjir bandang," katanya.

Menurut Okih, jasad seorang pria itu belum dikenali dan masih menunggu pihak keluarga yang melaporkan. Jasad korban ditemukan di Sungai Luewilieur, Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi atau sekitar 20 km dari tempat kejadian musibah.

Saat ditemukan kondisi korban masih segar dan diperkirakan belum lama meninggalnya atau kurang dari satu hari. Jenazah sudah dievakuasi ke RSUD Sekarwangi dan menunggu pihak keluarga yang mengenalinya.

Sungai Cibuntu yang menjadi hulu banjir bandang tersebut alirannya mengarah ke berbagai sungai di wilayah utara Kabupaten Sukabumi yang nantinya bermuara di Palabuhanratu. Lokasi jasad korban ditemukan merupakan satu aliran dengan sungai yang berada di Kecamatan Cicurug tersebut.

"Kondisi korban masih utuh dan segar, ada beberapa luka di bagian tubuhnya yang diduga saat terseret arus terbentu dengan benda keras lainnya seperti puing bangunan rumah, batang pohon dan bebatuan sungai," tambahnya.

Sementara, Kepala Seksi Sosbud Kecamatan Cicurug Suryaman mengatakan hingga saat ini dari laporan ada tiga korban yang hingga tenggelam terseret arus banjir bandang dan untuk jasad yang ditemukan, pihaknya belum bisa memastikan apakah termasuk dalam tiga korban yang dilaporkan pihak keluarga atau bukan.

Hingga saat ini pihaknya masih melakukan pendataan dan meminta kepada warga yang merasa kehilangan keluarganya untuk segera melapor agar bisa langsung ditindak lanjuti.

"Kami terus berkoordinasi dengan berbagai instansi seperti BPBD, TNI, Polri maupun potensi SAR lainnya untuk melakukan pencarian korban hilang disamping mendata kerusakan," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya