Liputan6.com, Tokyo - Daerah Seoul dan sekitarnya kembali sekolah tatap muka pada Senin 21 September 2020. Keputusan ini diambil karena penyebaran Virus Corona (COVID-19) berhasil diredam.
Selama dua pekan, pemerintah Korea Selatan menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Seoul dan sekitarnya karena kasus yang terus meningkat. Sekolah-sekolah pun tutup per 26 Agustus.
Baca Juga
Advertisement
Namun, pemerintah Seoul sedang melonggarkan PSBB karena kasus COVID-19 melandai. Kendati demikian aturan pembatasan tetap berlaku hingga 11 Oktober.
Dilansir Yonhap, Selasa (22/9/2020), sekolah-sekolah diminta tetap membatasi jumlah murid yang masuk agar social distancing tetap terjaga. Contohnya, murid di SD dan SMP dibatasi hingga sepertiga saja.
Agar kualitas mengajar tetap terjaga, guru-guru diminta mengadakan sesi interaktif dua arah sebanyak minimal seminggu sekali. Guru-guru juga harus mengobrol dengan orang tua seminggu sekali jika kelas virtual berlangsung lebih dari seminggu.
Murid-murid mengaku tidak terlalu kaget untuk beralih dari sekolah virtual ke sekolah tatap muka. Akan tetapi, ada pihak orang tua yang masih khawatir dan meminta anaknya belajar di rumah saja.
Menteri Pendidikan Yoo Eun-hae berkunjung ke SD di Gandong ward di Seoul untuk melihat pembukaan sekolah. Ia berjanji agar pendidikan murid tidak tertinggal akibat protokol COVID-19.
"Saya paham ada tumbuhnya kekhawatiran karena kesenjangan dalam belajar. Kami akan berkomunikasi secara erat dengan guru-guru dan berkonsultasi dengan kepala pendidikan regional untuk menyelesaikan masalahnya," ujar Menteri Yoo.
Berdasarkan data CDC Korsel, ada 21 kasus baru COVID-19 di Seoul pada 21 September kemarin. Angka itu jauh lebih rendah dari pasien di Seoul pada 26 Agustus, yakni 110 orang.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ada Guru Terpapar COVID-19, Dua Sekolah di Tulungagung Tunda Belajar Tatap Muka
Dua sekolah tingkat menengah atas (SMA) di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, akhirnya menunda proses pembelajaran tatap muka dengan peserta didik lantaran ada sejumlah guru yang terkonfirmasi COVID-19.
"Tim epidemiologi dari Dinkes Tulungagung saat ini masih melakukan upaya tracing, penelusuran sumber penularan dan kontak erat yang mungkin ikut terpapar," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Tulungagung Galih Nusantoro dalam siaran persnya di Tulungagung, Senin, 21 September 2020.
Tidak disebutkan identitas sekolah yang menunda pembelajaran tatap muka itu. Galih sebatas menyampaikan jumlah guru atau pendidik yang terkonfirmasi positif COVID-19 saat ini ada lima orang dan semuanya mengajar di sekolah tingkat SMA, dilansir dari Antara.
"Kelima guru atau pendidik itu saat ini sudah menjalani masa karantina, bersama pasien positif lainnya," katanya.
Temuan guru yang masih aktif mengajar terpapar COVID-19 ini bermula ketika dilakukan pemeriksaan terhadap para pendidik di sekolah yang akan menggelar program pembelajaran tatap muka di sekolah.
Ketentuan ini memang menjadi persyaratan bagi sekolah yang ingin menggelar pembelajaran luring (tatap muka) di sekolah.
"Dari hasil tes cepat teridentifikasi ada lima guru yang reaktif. Lalu dilanjutkan dengan tes usap dan ternyata hasilnya konfirmasi positif COVID-19," ujar dia.
Advertisement
Ditunda
Dengan temuan guru yang terpapar COVID-19 ini, maka program pembelajaran tatap muka atau luring di dua sekolah tempat mengajar mereka terpaksa ditunda.
Kata Galih, tim dari Gugus Tugas COVID-19 Tulungagung masih ingin memastikan sumber penularan dan sebaran kasusnya, demi mengantisipasi penularan lebih lanjut ke guru lain maupun siswa.
"Hingga saat ini terdapat 30 sekolah tingkat SMA dan sederajat yang menggelar pembelajaran tatap muka," katanya.
Jumlah akumulatif pasien COVID-19 di Kabupaten Tulungagung saat ini mencapai 361 orang. Dari jumlah itu, 311 orang sudah sembuh, tiga orang meninggal dunia, dan sisanya masih menjalani karantina dan perawatan.
Infografis COVID-19
Advertisement