Bola Ganjil: Cinta Terlarang Bomber Legendaris Gerd Muller dengan Gadis Albania

Simak cerita Gerd Muller yang terlibat cinta dengan gadis Albania.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 23 Sep 2020, 00:30 WIB
Gerd Muller, bomber andalan Bayern Munchen dan Timnas Jerman. (UEFA)

Liputan6.com, Jakarta - Gerd Muller terbiasa mendapatkan apa yang diinginkan. Dia tercatat sukses mencetak 1.461 gol sepanjang karier untuk jadi salah satu striker tertajam sepanjang masa.

Ketajaman tersebut berbuah prestasi kolektif. Muller membawa Bayern Munchen memenangkan empat trofi Bundesliga dan tiga gelar Piala Champions. Di pentas internasional, dia membantu Jerman Barat menjuarai Piala Eropa dan Piala Dunia.

Juga memenangkan Ballon d'Or dan dua titel Sepatu Emas Eropa, Muller bahkan sampai sekarang masih tercatat sebagai top skor sepanjang masa Bundesliga. Padahal dia terakhir kali tampil lebih dari empat dekade lalu.

Bagi Muller, menemukan celah di pertahanan lawan untuk mencatatkan nama di papan skor memang menjadi tugas mudah.

Lain halnya dengan menghadapi Sigurimi, polisi rahasia milik era komunis negara kecil di Balkan. Tantangan itu terlalu besar bagi Der Bomber. Ini adalah ceritanya.

Saksikan Video Gerd Muller Berikut Ini


Pertemuan Pertama

Gerd Muller mencetak gol kemenangan Jerman pada pertandingan perempat final Piala Dunia 1970. (AFP)

Merupakan harapan manusia menemukan pasangan ideal dan menghabiskan hidup bersama. Namun, Muller tidak mendapatkannya di kota kelahiran Nordlingen atau Munich, tempatnya membangun karier profesional dan menjadi dewa. Dia justru merasakan cinta saat mengunjungi Albania.

Berusia 22 tahun, dia datang ke Albania bersama Timnas Jerman Barat, Desember 1967, dan menginap di Hotel Dajti, penginapan terbaik di sana pada waktu itu. Di sana dia jatuh hati dengan salah satu karyawan. Namun, identitas sang tambahan hati tidak diketahui. Perempuan itu hanya dikenal lewat nama samaran Hojna.

Ada alasan mengapa Hojna merahasiakan jati diri. Albania saat itu berada di bawah kekuasaan komunis. Masyarakat tidak dapat mengakses media asing dan hidup di bawah ketakutan terhadap Sigurimi, mirip KGB di Uni Soviet.

Memiliki ukuran geografis kecil, Sigurimi tanpa kesulitan mengontrol publik. Mereka bahkan tidak perlu bukti kuat jika ingin menjatuhkan hukuman bagi pengkhianat komunis, mulai deportasi, penjara, hingga hukuman mati. Maka jika ingin hidup tenang, seseorang harus hati-hati benar. Terlebih Sigurimi juga mengancam keluarga tertuduh.

Dalam situasi inilah Muller menyambangi Albania. Jerman Barat kemudian bermain imbang tanpa gol melawan tuan rumah pada laga kualifikasi Piala Eropa 1968. Hasil itu membuat Der Panzer absen di turnamen utama, hingga kini masih menjadi satu-satunya kegagalan mereka tampil di kompetisi besar sepak bola.

Namun, ada misteri lain dari pertandingan itu. Pelatih Helmut Schon hanya membiarkan Muller diam di bangku cadangan dan tidak pernah menjelaskan alasan di balik keputusan tersebut.


Inspirasi dari Hojna

Gerd Muller (AFP/Staff)

Alam semesta baru mempertemukan Jerman Barat dan Albania empat tahun berselang. Kali ini mereka berduel untuk tiket Piala Eropa 1971.

Kali ini Jerman Barat keluar sebagai pemenang lewat skor tipis 1-0. Pencetak gol siapa lagi kalau bukan Muller. Dia merobek gawang tuan rumah pada menit ke-38.

Apakah penampilan istimewanya terinspirasi pertemuan dengan Hojna? Semua hanya bisa berspekulasi.

Setelah itu Muller kesulitan mendapat kesempatan kembali ke Albania. Harapannya pun kandas. Jerman Barat atau Bayern Munchen tidak lagi dipasangkan dengan tim sepak bola asal negara tersebut di sisa kariernya.

Niatnya datang sendirian juga sulit dilakukan jika tidak ingin menimbulkan kecurigaan. Status unik Albania jadi alasan utama. Para pengunjung negara itu biasanya hanya diplomat.


Semua Terlambat

Striker legendaris Jerman Barat, Gerd Muller, melepaskan tendangan yang berujung gol ke gawang Uni Soviet, pada laga final Piala Eropa 1972, di Stadion King Baudouin, 18 Juni 1972. (UEFA)

Namun, Muller bukannya tidak berusaha. Setiap ada kemauan pasti ada jalan.

Pada 1985, Flamurtari FC jadi juara Piala Albania dan lolos Piala Winners musim berikutnya. Undian kemudian memasangkan mereka dengan wakil Finlandia HJK Helsinki.

Menyadari ini, Muller mengajukan proposal. Pensiun dari sepak bola empat tahun sebelumnya, dia menawarkan diri untuk memperkuat HJK hanya di satu pertandingan. Harapannya adalah datang ke Albania untuk bertemu Hojna.

HJK tidak percaya mendengar ini. Namun, permintaan Muller menciptakan dilema. Di satu sisi, keberadaan Der Muller otomatis meningkatkan reputasi klub.

Meski begitu, niat Muller berpotensi masalah diplomatik. HJK pun dengan berat hati menolak proposal Muller. Kabar ini dipublikasikan di koran Finlandia, Italehti.

Hingga Albania mengalami perubahan rezim pada 1992, mustahil bagi Muller dan Hojna bertemu. Dan ketika rintangan menghilang, semua sudah terlambat.

Dajti tidak lagi digunakan sebagai hotel. Gedung ini kemudian menjadi monumen nasional. Sementara Muller semakin dimakan usia dan menderita Alzheimer pada 2015.

Bagaimana dengan Hojna? Ketakutan menerima hukuman dari era komunis serta mental konservatif masyarakat Eropa Timur membuat dirinya tidak pernah muncul ke permukaan. Nasibnya tidak diketahui sampai sekarang.

 


Sebatas Fiksi?

Tidak diketahui apakah kisah cinta Muller sungguh terjadi atau hanya fiksi semata. Meski Italehti melaporkan niat Muller kembali ke Albania, media lain yakni Guerin Sportivo justru mengabarkan hal sebaliknya.

Menurut Guerin Sportivo, Muller tengah depresi karena pensiun pada 1985. Dia terjebak alkohol dan dalam kondisi tidak fit menyusul bertambahnya berat badan.

Muller sendiri diketahui menikah dengan Ursula Ebenbock pada Agustus 1967, hanya beberapa bulan sebelum pertama kali mengunjungi Albania. Artinya, dia terlibat skandal perselingkuhan jika romansanya dengan Hojna benar adanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya