Boleh Saja Ikut Tren, tapi Ingat Kalau Bersepeda Juga Ada Risikonya

Tak hanya bermanfaat, bersepeda yang dilakukan tanpa persiapan pun akan mengundang risiko yang tak mengenakkan.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 23 Sep 2020, 14:00 WIB
Warga melewati jembatan penyeberangan orang saat berolahraga menggunakan sepeda di sepanjang Jalan Sudirman, Jakarta, Minggu (26/7/2020). Perluasan jalur sepeda sementara dilakukan sebagai dampak peniadaan hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jalan Sudirman-Thamrin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Rutin bersepeda terlebih di masa-masa pandemi COVID-19 kayak sekarang memang bisa mendatangkan banyak manfaat.

Seperti yang diungkap Dokter Umum Rumah Sakit Pondok Indah - Bintaro Jaya, dr Muliadi Limanjaya, bersepeda minimal 2,5 jam dalam seminggu dengan intensitas ringan sampai sedang bermanfaat meningkatkan kesehatan jantung, paru-paru, dan sistem peredaran darah di tubuh kita.

"Ke depannya dapat menurunkan risiko terjadinya gangguan jantung dan pembuluh darah," kata Muliadi dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Rabu, 23 September 2020.

Selain itu, bersepeda juga membantu kita melatih beberapa jenis otot yang ada di tubuh, seperti otot perut, paha, betis, dan kaki.

Sehingga, bersepeda dapat membantu mereka yang sedang menjalankan program menurunkan berat badan, karena olahraga kategori kardio yang bersifat aerobik ini, kata Muliadi, dapat membantu tubuh membakar lemak.

Namun, Muliadi mengingatkan bahwa bersepeda juga memiliki risiko yang patut diwaspadai dan dihindari.

Muliadi, mengatakan, seperti olahraga lainnya, tentu ada batasan yang harus kita ikuti. Baik itu dari segi durasi maupun intensitasnya.

Sebab, semakin bertambahnya usia seseorang, batasan untuk melakukan aktivitas fisik akan semakin ketat.

"Salah satu indikator yang sering digunakan adalah denyut jantung Anda," katanya.

 

Simak Video Berikut Ini


Pentingnya Berkonsultasi Sebelum Mulai Bersepeda

Pesepeda melintas di depan seni instalasi yang menggambarkan tenaga medis memegang peti jenazah korban COVID-19 di Kemang 1, Jakarta Selatan, Minggu (16/8/2020). Seni instalasi itu dipajang guna memberi peringatan kepada warga untuk tetap waspada terhadap COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Itu mengapa penting untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter agar kita mengetahui batasan maksimal dalam bersepeda.

Alasan lain pentingnya melakukan konsultasi terlebih dahulu, lanjut Muliadi, karena yang sering terjadi pada orang yang gemar bersepeda adalah cedera otot.

"Olahraga bersepeda cenderung bersifat statis, sehingga otot berada pada posisi yang sama dalam waktu lama," katanya.

"Hal ini dapat meningkatkan risiko cedera, apalagi jika tidak melakukan pemanasan yang cukup sebelum bersepeda," Muliadi menekankan.

 


Cara Mencegah Terjadinya Risiko Saat Bersepeda

Warga bersepeda setelah jam kerja di jalur khusus sepeda kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa (14/7/2020). Jalur sepeda bernama pop-up bike lane yang berada di sepanjang Jalan Jenderal Sudirman dan MH Thamrin berjarak sekitar 14 Km. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Kita dapat menhindari risiko tersebut. Caranya, lakukan pemenasan sebelum mulai bersepeda. Kemudian, saat sedang bersepeda, berhentilah di periode waktu tertentu untuk melakukan stretching, baru lanjutkam kembali.

"Usahakan menggunakan pakaian yang nyaman dan menyerap keringat, serta minum cairan yang cukup untuk menggantikan cairan tubuh yang keluar ketika beresepda," katanya.


Infografis Pakai Masker Selama Pandemi COVID-19

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya