Kisah Pramugari Rela Berhenti Kerja demi Kejar Mimpi Jadi Pilot

Bekerja sebagai pramugari sempat dilakoni selama satu tahun di sebuah maskapai di Inggris.

oleh Putu Elmira diperbarui 24 Sep 2020, 02:03 WIB
Ilustrasi pilot. (dok. Unsplash.com/Franz Harvin Aceituna/@franzharvin)

Liputan6.com, Jakarta - Mimpi jadi salah satu penyemangat untuk terus melakukan upaya terbaik. Hal ini pun diadaptasi seorang pramugari yang rela meninggalkan pekerjaan untuk mengejar mimpi jadi pilot.

Dilansir dari laman Daily Mail, Rabu (23/9/2020), Suzie McKee sempat jadi awak kabin di maskapai penerbangan British Airways selama satu tahun. Sebelum memilih menerbangkan pesawat, perempuan 25 tahun ini adalah seorang lulusan bidang studi bahasa.

Guna meraih mimpi jadi pilot, mantan pramugari ini membutuhkan 120 ribu pound sterling atau setara Rp2,2 miliar untuk pelatihan. Ia memulai proses itu dengan mengumpulkan 30 ribu pound sterling atau sekitar Rp566 juta dengan bekerja sebagai pelayan bar dan resepsionis, kemudian sisanya meminjam dari orangtua.

Perempuan asal Portsmouth, Hampshire ini mengaku lelah memperagakan langkah keselamatan dan menuangkan minuman. "Saya senang jadi awak kabin, namun saya selalu membayangkan berada di kokpit. Saya menyadari, saya benar-benar ingin menerbangkan pesawat," katanya.

Suzie melanjutkan, ia tidak ingin semata melayani kebutuhan penumpang selama penerbangan. Ia benar-benar ingin berada di depan pesawat tempatnya beraksi.

"Saya akan selalu jadi orang yang menawarkan diri untuk membawa teh ke dalam kokpit untuk pilot atau memeriksa keamanan dengan mereka sebelum lepas landas," ungkap sang mantan pramugari.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Proses Pelatihan

Ilustrasi pesawat. (dok. epicantus/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Pada Februari 2019, Suzie kian ambisius melangkah dan memulai pelatihan pilot bersama Flybe. Proses ini melibatkan beberapa wawancara, tes bakat, kepribadian, kesadaran spasial, serta ujian fisika dan matematika.

Namun, maskapai regional terbesar di Eropa, FlyBe, bangkrut pada awal Maret dengan dua ribu staf kehilangan pekerjaan. Suzie pun bertekad melanjutkan studinya di sekolah penerbangan FTEJerez di Jerez, Spanyol, tanpa dukungan maskapai penerbangan.

Kini, ia punya sisa 20 jam terbang solo untuk diselesaikan sebelum diberi Airline transport pilot licence (ATPL) penuh pada November. "Ketika saya bersama pramugari, saya akan mengumumkan pada penumpang dan mendengarkan pilot dapat memberi tahu penumpang bahwa merekalah yang telah memimpin penerbangan dengan selamat ke tujuan," katanya.

"Sebagai pilot, Anda bisa melihat keluar jendela dan melihat semua pemandangan indah ini. Namun, hal terbesar adalah Anda merasa telah berhasil membawa orang dengan aman," tambahnya.

Infografis Jangan Remehkan Cara Pakai Masker (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya