Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Bambang Brodjonegoro memahami Indonesia saat ini tengah mengalami disrubsi akibat pandemi Covid-19. Bahkan dalam pertumbuhan ekonomi pun sudah mengalami penurunan signifikan, dan berpotensi memasuki resesi.
"Intinya kita tinggal menunggu pengumuman dari Badan Pusat Statistik mengenai kinerja perekonomian di triwulan 3," kata dia dalam webinar, Rabu (23/9/2020).
Advertisement
Oleh karena itu, untuk menangkal pelemahan yang terjadi maka harus dilakukan berbagai upaya agar Indonesia bisa bertahan di dalam masa pandemi ini. Saah satunya dengan menyiapkan pondasi yang kuat untuk perekonomian pasca pandemi.
Dia pun menawarkan solusi agar bisa memitigasi dampak ekonomi yang pasti signifikan terkoreksi akibat pandemi.
"Kami menawarkan dari segi teknologi, pendekatan less contact economy atau ekonomi minim kontak," kata dia.
Ekonomi minim kontak merupakan kondisi gabungan antara masyakarat yang ingin kegiatan ekonomi berjalan, tetapi pada saat yang sama menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin. Dengan begitu, ekonomi tetap produktif dan masyarakat tetap sehat.
"Maka solusinya ekonomi minim kontak yang ditandai dengan hyper connectivity antar manusia, tapi tidak lagi secara fisik atau tatap muka, tapi melalui teknologi informasi dan komunikasi," ujar Bambang.
Karena, menurutnya, jika kembali ke masa lalu, masyarakat masih berharap ekonomi akan seperti kondisi sebelum ada pandemi sulit. Karenamemakan waktu lama apalagi penyebaran wabah Covid-19 tampak masih tinggi.
"Artinya jangan sampai new normal itu diartikan back to the past," ujarnya.
Dwi Aditya Putra
Merdeka.com
Corona Bikin Pertumbuhan Ekonomi Sulit Diproyeksi
Pemerintah berulang kali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di 2020. Pada Maret-April lalu, pemerintah memberikan pandangan kepada DPR ekonomi di 2020 bakal berada dikisaran minus 0,4 persen hingga positif 2,3 persen.
Kemudian berdasarkan data hingga Juli dan Agustus pemerintah kembali memperkecil proyeksi pertumbuhan. Di mana, saat ini berada di kisaran minus 1,1 persen hingga 0,2 persen.
Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara mengakui jika Pemerintah tengah kesulitan dalam memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 dan 2021 secara solid. Menurut dia, kesulitan diakibatkan oleh kondisi serba tidak pasti selama pandemi Corona berlangsung.
"Ya memang sangat sulit melakukan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang solid. Proyeksi yang solid ini menjadi sulit, di tengah pandemi Covid-19 ini," kata Suahasil dalam webinar bertajuk 'Dualisme Peran UMKM di Tengah Krisis Ekonomi Nasional', Sabtu (19/9).
Hal ini tercatat dari perbedaan data oleh Pemerintah maupun sejumlah lembaga riset internasional atas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2020 dan 2021 mendatang. Dimana Kementerian Keuangan memprediksi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia antara -0.4 sampai 1.0. Kemudian tahun 2021 tingkat pertumbuhan ekonomi dipatok antara 4.5 sampai 5.5 persen.
Sementara lembaga dana moneter atau IMF meramalkan tingkat ekonomi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini -0,3. Kemudian untuk 2021, angka pertumbuhan ekonomi diprediksi mencapai 6.1 persen.
Lalu, Bank Dunia meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 ialah 0.0 persen. Sedangkan angka pertumbuhan tahun depan sebesar 4.8 persen.
Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sendiri memproyeksikan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini antara -3.9 sampai -2.8 persen. Sementara untuk tahun 2021 angka pertumbuhan ekonomi Indonesia dipatok antara 2.6 hingga 5,2 persen.
Sedangkan, Bank Pembangunan Asia Atau ADB memprediksi ekonomi Indonesia tahun ini -1.0 persen. Lalu, untuk tahun depan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini mencapai 5,3 persen.
Terakhir, Bloomberg (median) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 mencapai 0.5 persen. Kemudian untuk 2021, angka pertumbuhan ekonomi nasional dipatok sebesar 5.5 persen.
"Ini mereflesikan sulitnya membuat proyeksi ke depan. Jadi ibaratnya tuh, mau dibilang bahwa kita lewati dulu tahun ini. Lewati dulu masa sekarang. Karena membuat proyeksi kedepan Itu tidak semudah yang kita pikirkan," tegasnya.
Advertisement