Ini Alasan Pengemudi Mesti Terapkan Teknik Defensive Driving

Daihatsu menggelar acara Safety Driving bertema Aggressive VS Defensive Driving.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 23 Sep 2020, 19:04 WIB
Ekspedisi Terios 7 Wonders memasuki etape terakhir. Diselenggarakan mulai 13 – 16 November 2019, sembilan unit Daihatsu Terios akan menjelajah Kolaka, Sulawesi Tenggara.

Liputan6.com, Jakarta - Daihatsu menggelar acara Safety Driving yang disiarkan melalui media sosial resminya pada akhir pekan lalu. Mengusung tema Aggressive VS Defensive Driving, kegiatan ini berkolaborasi dengan GT Radial.

“Acara IG Live NGOBROL ASIK ini adalah bentuk komitmen kami untuk menekan angka kecelakaan di jalan raya, sehingga dalam 3 tahun terakhir ini, Daihatsu bekerja sama dengan GT Radial, tanpa henti memberikan edukasi tentang keselamatan berkendara,” ujar Elvina Afny, Customer Satisfaction & Value Chain Division Head PT Astra Daihatsu Motor (ADM) dalam keterangan resminya.

Dalam acara edukasi tersebut, seluruh pengguna kendaraan diajak untuk selalu menjaga perilaku berkendara yang aman demi meminimalisasi potensi kecelakaan.

Sony Susmana, Senior Instructor dari SDCI (SafetyDefensive Consultant Indonesia) berperan sebagai narasumber.

Dirinya mengajak agar pengemudi berkendara secara defensive. Pasalnya, mayoritas angka kecelakaan yang terjadi di jalan raya disebabkan oleh gaya mengemudi yang aggressive.

Secara singkat Sony memaparkan, defensive driving merupakan perilaku mengemudi yang mengedepankan sisi proaktif, yang artinya berpikir panjang, mencegah sebelum terjadi, dan melakukan antisipasi, sehingga potensi bahaya dapat dicegah dan dapat meminimalisir kecelakaan.

Sama halnya dengan safety driving, secara prinsip defensive driving, bertujuan meminimalisir risiko bahaya. Namun, safety driving memerlukan kemampuan atau skill berkendara yang baik dan benar.

Lain halnya dengan aggressive driving, tipe ini biasanya didominasi oleh green driver yang umumnya merupakan pengemudi berusia muda dengan jam terbangnya sedikit. Emosi yang tidak stabil, dan sering show off juga kerap ditunjukan.


Menyumbang Kecelakaan Hingga 55 Persen

Tipe ini memiliki ciri-ciri, suka berkendara dengan kecepatan yang tidak konsisten, berjalan zig-zag tanpa memberikan lampu isyarat (sign), akselerasi dan deselerasi kasar.

“Untuk dapat mengemudi secara defensive driving cukup mudah. Selalu berpikir positif, toleransi, sopan, berbagi, jaga jarak kendaraan, jaga kecepatan, kontrol emosi, atur manajemen waktu perjalanan, utamakan keselamatan orang lain dan tidak seruntulan,” ujar sony

Perilaku Green driver tidak patut dicontoh dan pihak berwajib harus jeli dalam menertibkan pengendara.

Berdasarkan statistik data kecelakaan di Indonesia, tipe pengemudi ini penyumbang kecelakaan tertinggi dengan persentase sebesar 55 persen.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya