Liputan6.com, Denpasar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Nefra Firdaus, menegaskan dalam menghadapi manajemen krisis informasi pejabat penerangan khususnya di TNI AD harus bertindak cepat dan responsif.
"Krisis di sini bukan krisis keuangan atau krisis moneter tetapi suatu kejadian di wilayah yang melibatkan satuan atau personel TNI AD. Harus segera direspon dengan cepat oleh pejabat penerangan," kata Nefra Firdaus dalam pengarahannya pada rapat virtual melalui video conference bersama dengan para Kapendam, Kapenhumas Balakpus dan Kapenrem seluruh Indonesia, di Puskodal Mabesad, Jakarta, Selasa (22/9/2020).
Menurut dia, Tugas penerangan jajaran Angkatan Darat di daerah atau satuan menyikapi apabila ada kejadian yang melibatkan satuan atau personel TNI AD. “How to handle information during a crisis atau bagaimana langkah-langkah dalam manajemen informasi pada saat krisis” ujar Nefra.
Baca Juga
Advertisement
Brigjen Nefra menjelaskan bahwa ada lima langkah yang harus dilakukan oleh pejabat penerangan. Pertama, Jujur. memberikan informasi apa adanya. Kedua, menyampaikan informasi yang bermanfaat. Ketiga, membuat rencana Manajemen Krisis dan masukkan hubungan dengan media.
“Keempat, menyiapkan juru bicara, Kepala Penenerangan (Kapen) merupakan juru bicara satuan, siap tidaknya juru bicara dalam memberikan keterangan mempengaruhi opini masyarakat secara luas. Kelima, menjalin kerjasama yang berkelanjutan dengan media,” kata Nefra.
Nefra menyebutkan hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pejabat penerangan, antara lain menganggap dan memperlakukan media sebagai musuh. “Kemudian, dalam mendapatkan informasi tidak bergantung kepada media tetapi jadikan media menjadi salah satu sumber informasi, tidak melupakan Prajurit atau Personel TNI AD sebagai sumber informasi yang akurat tentang suatu peristiwa,” ucapnya.
Di akhir arahannya, Nefra menyampaikan beberapa kesimpulan, bahwa dalam manajemen Informasi saat krisis bukan hal yang spontan dilakukan tetapi perlu perencanaan.
“Direncanakan dan dipelihara. Public Relation (PR) dalam situasi krisis memerlukan skill (keahlian) yang harus dipelajari dan dilatih sehingga informasi yang disampaikan bermanfaat dan bukan menjadi bumerang. Harus berhati-hati dalam memberikan informasi yang penting, tapi tidak membatasi akses info secara total karena dapat menimbulkan asumsi yang keliru dalam persepsi berita. Dalam menyampaikan informasi harus memerhatikan hal-hal yang sudah menjadi protokol atau ketentuan,” katanya.