Liputan6.com, Malang - Nama Soe Hok Gie cukup lekat bagi sebagian kalangan pemuda dan mahasiswa. Seorang aktivis kritis pada masa awal pemerintahan Soeharto berkuasa. Sosok pecinta alam yang meninggal pada usia muda di puncak Gunung Semeru.
Gie, begitu Soe Hok Gie karib disapa, meninggal jelang ulang tahunnya yang ke-27 di puncak Gunung Semeru. Ia dan rekannya Idhan Lubis, menghirup gas beracun Mahameru. Keduanya dicatat sebagai pendaki pertama dan kedua yang meninggal di Gunung Semeru.
Baca Juga
Advertisement
Sebagai penghormatan terhadap keduanya, Komunitas Gimbal Alas memasang prasasti berbahan stainless bertuliskan nama Soe Hok Gie dan Idhan Lubis. Prasasti berukuran 40 x 60 sentimeter berangka kayu ditancapkan di gerbang menuju puncak Semeru.
"Prasasti sebagai pengingat sosok muda berjiwa nasional dan punya kepedulian terhadap kelestarian sumber daya alam Indonesia," kata koordinator pemasangan prasasti, Teguh Priejatmono di Malang, Rabu, 23 September 2020.
Prasasti diharapkan jadi medium perenungan bagi para pendaki, khususnya pendaki pemula. Perenungan sadar akan kematian, sehingga tiap pendaki lebih waspada, berhati-hati dan menghormati kekuatan alam.
Bukan hanya itu, prasasti sengaja dipasang di gerbang menuju puncak. Agar dapat dimanfaatkan, bila pendaki melihat prasasti itu maka jadi penanda sudah dekat gerbang puncak gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut itu.
"Jadi petunjuk arah bagi pendaki yang turun dari puncak, agar tak tersesat perjanalan pulang menuju kemah awal," ujar Teguh.
Komunitas Gimbal Alas berharap pemasangan prasasti bisa membuka keingintahuan bagi siapa saja yang semula belum tahu Soe Hok Gie. Bahwa Gie adalah sosok idealis yang patut diteladani tanpa perlu membedakan seseorang berdasarkan suku, ras dan agama.