Liputan6.com, Jakarta Di masa pandemi COVID-19, bidan menjadi garda terdepan dalam memperluas cakupan kontrasepsi khususnya kepada pasangan usia subur (PUS). Mengingat, kontrasepsi akan berdampak terhadap angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
“Para bidan yang berada di garda terdepan adalah orang yang paling memengaruhi terhadap cakupan dari pemakaian kontrasepsi khususnya pada pasangan usia subur,” ujar Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Eni Gustina dalam webinar, Kamis (24/9/2020).
Advertisement
Peran bidan dalam mensosialisasikan kontrasepsi berkaitan langsung dengan edukasi terhadap masyarakat tentang seberapa penting penggunaan alat kontrasepsi dan alat mana yang paling cocok untuk pasien.
Penggunaan kontrasepsi diperlukan karena dapat mengurangi dampak dari 4 terlalu, baik terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak anak.
Sebelumnya, ia menyampaikan bahwa pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi di masa pandemi terganggu. Masyarakat cenderung takut datang ke fasilitas kesehatan untuk memasang alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) seperti spiral dan IUD.
“Selama pandemi ini kita tahu beberapa fasilitas kesehatan dijadikan sebagai tempat pelayanan pandemi COVID-19 sehingga tidak melayani kesehatan ibu dan anak termasuk pelayanan KB. Di masa PSBB keluarga merasa takut untuk datang ke fasilitas kesehatan.”
Ia menambahkan, penelitian Litbangkes Kementerian Kesehatan menunjukkan ada 30 persen Puskesmas yang tidak aktif selama pandemi COVID-19. Bahkan, Posyandu yang aktif hanya 19.2 persen.
Simak Video Berikut Ini:
Klik KB
Sebagai upaya menangani hal ini, BKKBN telah meluncurkan Klik KB. Ini adalah media yang memudahkan tenaga kesehatan, penyuluh KB, dan bidan yang tidak dapat bertemu langsung dengan penerima KB di masa pandemi.
Klik KB ini menyasar 51 ribu bidan, bahkan di hari pertama rilis, Klik KB sudah diunduh oleh hampir 30 ribu bidan.
“Melalui media ini kita bisa melakukan komunikasi baik antar bidan maupun kepada masyarakat. Aplikasi ini juga dilengkapi pengingat jika pengguna harus memperpanjang atau melanjutkan penggunaan kontrasepsinya.”
Dengan demikian, kejadian putus pakai kontrasepsi bisa dicegah. Selama pandemi, terjadi putus pakai kontrasepsi sekitar 10 persen.
Eni perharap program KB dapat menekan angka lahirnya bayi yang tidak diharapkan, menurunkan angka kelahiran bayi stunting, dan menekan angka kematian ibu dan bayi.
Advertisement