Muhyiddin Yassin Vs Anwar Ibrahim Memanas, Apa yang Bakal Terjadi di Malaysia?

Tensi Muhyiddin Yassin dan Anwar Ibraham tengah memanas untuk memperebutkan posisi perdana menteri.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Sep 2020, 18:47 WIB
Bendera Malaysia (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Jakarta - Di Kuala Lumpur, pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim mengklaim mendapat dukungan "kuat dan meyakinkan" dari mayoritas Anggota Parlemen untuk membentuk pemerintahan baru. 

Klaim itu diumumkan Anwar di tengah kampanye intens di hari-hari terakhir pemungutan suara negara bagian Sabah pada Rabu, 23 September, seperti dilansir laman Channel News Asia, Kamis (24/9/2020). 

Anwar dijadwalkan bertemu raja pada hari Selasa, tetapi audiensi kerajaan ditunda karena raja sedang tidak sehat dan harus dirawat di rumah sakit. 

Dalam konferensi persnya, Anwar mengatakan pemerintahan yang dipimpin oleh Muhyiddin Yassin secara efektif telah jatuh, tetapi yang terakhir menolak klaimnya sebagai tuduhan belaka. 

“Sampai terbukti sebaliknya, pemerintah Perikatan Nasional masih teguh dan saya adalah perdana menteri yang sah,” kata Muhyiddin.  

Melihat situasi tersebut, berikut adalah sejumlah skenario yang mungkin tentang bagaimana klaim Anwar dapat memengaruhi panggung politik Malaysia:

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Apa Artinya Mayoritas Parlemen oleh Anwar?

Ketua Partai Keadilan Rakyat Malaysia, Anwar Ibrahim mengucapkan sumpah jabatan dalam upacara pelantikan di Gedung Parlemen, Kuala Lumpur, Senin (15/10). Anwar Ibrahim dilantik sebagai anggota parlemen setelah memenangkan pemilu sela. (MOHD RASFAN/AFP)

Dr Oh Ei Sun, Senior Fellow di Singapore Institute of International Affairs, mengatakan bahwa ini bukan pertama kalinya Anwar mengumumkan upaya pengambilalihan tersebut. Ia mencatat upaya sebelumnya setelah pemilihan umum pada 2008 dan 2014.

"Anwar tidak dikenal untuk semua aksi ini, jadi orang masih berpikir apakah ini adalah sikap 'serigala menangis'. Seperti istilah 'tunjukkan uang' karya Jerry Maguire, orang-orang tentu akan bertanya 'tunjukkan mayoritasnya'," kata Ei Sun.

Demikian pula, Profesor Dr Ahmad Martadha Mohamed, yang mengepalai Kluster Tata Kelola dan Integritas di Fakultas Hukum, Pemerintahan, dan Studi Internasional Universti Utara Malaysia, menunjukkan bahwa ketika Anwar membuat pengumuman, tidak ada sekutu politiknya dari koalisi Pakatan Harapan (PH) yang hadir.

Konferensi persnya tidak dihadiri sekutu seperti Partai Aksi Demokrasi (DAP), Parti Amanah Negara dan Parti Warisan Sabah (Warisan), katanya. 

"Orang-orang di sampingnya adalah istrinya Dr Wan Azizah Wan Ismail, dan Sekretaris Jenderal PKR Saifuddin Nasution. Ini lebih seperti tipu muslihat atau aksi politik, mirip dengan 2014 ketika dia membuat pengumuman serupa, tetapi tidak disahkan," kata Martadha.

 


Pengaruh Klaim Anwar Terhadap Polling di Sabah

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kanan) berjabat tangan dengan Anwar Ibrahim di Putrajaya, Malaysia, Sabtu (22/2/2020). Sebelumnya, Mahathir telah berjanji akan menyerahkan jabatannya kepada Anwar Ibrahim. (AP Photo/Vincent Thian)

Mengenai pengumuman Anwar yang mempengaruhi hasil pemilihan di negara bagian Sabah, Dr Oh mengatakan jika Anwar memang memiliki mayoritas, akan lebih baik bagi presiden Warisan Shafie Apdal untuk menegaskan kembali dukungannya untuk Anwar. 

"Di kursi 'kingmaker', yang sebagian besar adalah kursi Kadazandusun-Murut, saya pikir mereka masih ragu-ragu antara memulihkan hak Sabah di satu sisi, dan pengembangan di sisi lain jika Anda tidak memberikan suara di partai federal." 

"Jadi jika partai federal sejajar dengan Shafie dan ia menegaskan kembali dukungannya untuk Anwar, maka tidak apa-apa, mereka akan memilih sisi Shafie, baik UPKO atau Warisan dan seterusnya. "Jadi itu tergantung keputusan Shafie," kata Ei Sun. 

UPKO merujuk pada United Progressive Kinabalu Organization, sebuah partai politik berbasis negara bagian dalam koalisi Warisan Plus. 

Menurut Martadha, secara umum untuk Sabah dan Sarawak, pengumuman Anwar tampaknya tidak akan berdampak banyak, karena kedua negara bagian tersebut umumnya memprioritaskan kesejahteraan penduduk mereka sendiri.


Opsi Apa yang Dimiliki Raja?

Raja Malaysia Sultan Abdullah Sultan Ahmad Shah (kiri) memberi hormat di samping Ratu Tunku Azizah Aminah Maimunah dan PM Mahathir Mohamad saat upacara pelantikannya di Istana Nasional, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (31/1). (AP Photo/Yam G-Jun)

Kedua analis menjelaskan, Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah memiliki dua pilihan untuk melanjutkan, jika Anwar benar-benar menunjukkan bahwa ia memiliki mayoritas yang meyakinkan untuk membentuk pemerintahan berikutnya.

"Jika raja mengizinkan Anwar bertemu dan yakin akan mayoritas Anwar dan seterusnya, dia punya dua pilihan. Salah satunya adalah menunjuk Anwar sebagai perdana menteri, seperti yang dia lakukan dengan Muhyiddin," kata Ei Sun, mengacu pada penunjukan Muhyiddin sebagai pemimpin tertinggi negara itu setelah jatuhnya pemerintahan PH awal tahun ini. 

"Atau jadilah seperti gubernur Sabah, dan atas saran Muhyiddin, bubarkan parlemen dan izinkan pemilihan baru," tambahnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya