Anggaran Pemulihan Ekonomi Indonesia Masih Rendah Dibandingkan Negara Lain

Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III dan IV akan terkontraksi minus lagi di 2020

oleh Tira Santia diperbarui 25 Sep 2020, 10:30 WIB
Gedung bertingkat mendominasi kawasan ibu kota Jakarta pada Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Gita Wirjawan, memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III dan IV akan terkontraksi minus lagi di 2020.

Pertumbuhan ekonomi Q3 bisa -2 sampai -3 persen, kemungkinan terjadinya kontraksi lagi di Q4 masih nyata apalagi dengan belum terlihat nya perubahan-perubahan sikap yang signifikan terkait pemulihan daya beli,”  kata Gita kepada Liputan6.com, Jumat (25/9/2020).

Apalagi menurutnya, terkait daya produksi yang semakin merosot dikarenakan menurunnya daya beli, serta belum adanya perhatian yang optimal terhadap pengusaha, UMKM, BUMN, dan korporasi.

Saat ini negara-negara tetangga telah menggelontorkan lebih dari 10 persen dari PDB untuk kepentingan pemulihan ekonominya. Namun, Indonesia baru mengalokasikan sekitar 3-4 persen dari PDB untuk pemulihan ekonomi di masa pandem. Hal ini dinilai sangat kurang.

Menurutnya, interkoneksi Indonesia dengan negara-negara lain penting sekali. Termasuk dalam konteks perdagangan, investasi, dan pariwisata. Sebab, negara-negara tetangga akan sangat memperhatikan dan mempertimbangkan kesiapan Indonesia dalam penanganan kesehatan. 

“Ini sangat tergantung dengan jumlah testing yang dilakukan. Sekarang testing nya masih sangat minim dan prihatin, sekitar 10 ribu tes per 1 juta manusia, dibanding negara-negara tetangga yang sudah melakukan ratusan ribu tes per 1 juta manusia,” jelasnya.

Sehingga jika Indonesia lebih fokus dalam penanganan dampak pandemi di sektor kesehatan, maka secara tidak langsung pertumbuhan ekonomi Indonesia juga akan bangkit dengan sendirinya. Denga begitu, kepercayaan negara-negara lain terhadap Indonesia akan kembali, jika angka Covid-19 di Indonesia menurun dan terkendali.

“Perekonomian sangat terkait dan kental dengan kepastian ataupun ketidakpastian. Skala testing yang masif akan bantu memberikan lebih banyak kepastian mengenai apa yang terjadi dan apapun yang harus diantisipasi kedepan,” pungkasnya.


Meski Resesi, Ekonomi Indonesia Kuartal III Bakal Lebih Baik

Anak-anak bermain di bantaran Kanal Banjir Barat dengan latar belakang gedung pencakar langit di Jakarta, Kamis (6/8/2020). Badan Pusat Statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia Kuartal II/2020 minus 5,32 persen akibat perlambatan sejak adanya pandemi COVID-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III diprediksi akan kembali mengalami kontraksi. Dengan begitu, resesi semakin tak terelakkan.

Sekretaris Eksekutif I Komite PCPEN, Raden Pardede menilai, meski masih minus, ekonomi Indonesia kuartal III akan lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya.

Diketahui, pertumbuhan ekonomi kuata II mengalami kontraksi sebesar minus 5,3 persen. Sedangak untuk kuartal III diperkirakan minus 2,9 hingga 1,1 persen.

"Jelas (pertumbuhan ekonomi) akan lebih baik dari kuartal II. Jelas juga kita tahu tidak akan lebih baik dari kuartal III tahun lalu," katanya dalam diskusi virtual Arah Kebijakan Pemerintah : Keseimbangan Antara Kesehatan Dan Ekonomi, Rabu (23/9/2020).

Raden menyebutkan, jika dibandingkan kuartal II lalu memang terjadi perbaikan aktivitas ekonomi di masyarakat. Salah satunya, kata dia, kenaikan Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia di level 50,8 pada Agustus lalu.

"Apakah itu PMI, apakah itu data-data konsumsi, kemudian data ritel, data penjualan, itu semua di kuartal III kita lihat jauh lebih baik dari kuartal II. Namun dibandingkan tahun lalu posisi kuartal III masih lebih rendah," ungkapnya.

Dengan perbaikan ini, ekonomi nasional juga mulai membaik. Apalagi ekonomi Indonesia sudah berada pada titik terendah pada kuartal II.

Artinya kurva kenaikan semestinya terjadi di kuartal selanjutnya meski resesi.

"Itu adalah satu pegangan yang bisa kita lihat, artinya di kuartal II itu kita sudah hit the bottom. Dan ada kenaikan di kuartal III, nanti akan kita lihat datanya setelah dikeluarkan BPS pada Oktober," pungkas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya