Selain Fisik, Ini 3 Faktor Lain yang Pengaruhi Penyesuaian Diri Anak Tunanetra

4 faktor yang memengaruhi penyesuaian anak tunanetra.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 29 Sep 2020, 10:00 WIB
Ilustrasi Mata Bengkak Credit: pexels.com/LisaF

Liputan6.com, Jakarta Pada umumnya, faktor yang memengaruhi penyesuaian diri anak tunanetra sama dengan anak awas atau non disabilitas. Setidaknya faktor-faktor tersebut ada 4 yaitu fisik, psikologis, lingkungan, serta perkembangan dan kematangan.

Faktor Fisik

Menurut peneliti dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Ginanjar Rohmat, kondisi tubuh yang baik merupakan syarat tercapainya proses penyesuaian diri yang baik. Hal ini memiliki arti bahwa gangguan jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.

Enung Fatimah (2006: 199) mengemukakan bahwa gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya kepercayaan diri, perasaan rendah diri, rasa ketergantungan, perasaan ingin dikasihani, dan sebagainya.

“Sutjihati Somantri (2012: 84-85) mengemukakan bahwa anak tunanetra biasanya merasa berbeda dengan orang lain saat memasuki sekolah. Ketidaksiapan anak tunanetra dengan reaksi orang lain ketika memasuki sekolah sering menimbulkan kegagalan dalam mengembangkan kemampuan sosialnya,” tulis Ginanjar dalam penelitiannya, dikutip pada Jumat (25/9/2020).

Maka dari itu, kondisi tubuh atau fisik yang tidak biasa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perkembangan dan kemampuan anak menyesuaikan diri di lingkungan sosialnya.

Simak Video Berikut Ini:


Faktor Psikologis

Faktor berikutnya adalah faktor psikologis yang memengaruhi penyesuaian diri seseorang berdasarkan pengalaman, belajar, determinasi diri, dan konflik.

Enung Fatimah (2006: 200) berpendapat bahwa pengalaman yang memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri seseorang adalah pengalaman yang berarti dalam penyesuaian diri, terutama pengalaman yang menyenangkan atau pengalaman yang menyusahkan (traumatik).

“Lazarus dalam Tin Suharmini (2009: 78) mengatakan bahwa pengalaman yang menyakitkan, mengecewakan, tidak menyenangkan akan mendorong tunanetra untuk selalu bersifat sangat hati-hati yang akhirnya timbul rasa curiga pada orang lain.”

Selain dipengaruhi oleh faktor pengalaman, masih ada faktor determinasi diri yang bisa mempengaruhi penyesuaian diri seseorang. Faktor kekuatan atau determinasi mampu mendorong seseorang untuk mencapai taraf penyesuaian diri yang tinggi atau merusak diri. Determinasi diri berfungsi dalam mengendalikan arah dan pola penyesuaian diri seseorang (Enung Fatimah, 2006: 200).


Faktor Perkembangan dan Kematangan

Faktor perkembangan dan kematangan menyinggung soal pola-pola penyesuaian diri seseorang yang akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapainya.

Hendrianti Agustiani (2006: 147-148) mengemukakan bahwa perkembangan intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional dapat memengaruhi penyesuaian diri seseorang. Selain itu, hubungan antara penyesuaian dan perkembangan dapat berbeda-beda menurut jenis aspek perkembangan dan kematangan yang dicapai (Enung Fatimah, 2006: 201).

“Berdasarkan pendapat tersebut, tingkat perkembangan dan kematangan yang dicapai oleh seorang anak tunanetra merupakan salah satu faktor yang memengaruhi penyesuaian diri anak tunanetra. Faktor perkembangan dan kematangan ini berkaitan dengan perkembangan intelektual, sosial, moral, dan kematangan emosional.”


Faktor Lingkungan

Pengaruh lingkungan seseorang merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan penyesuaian diri orang tersebut. Dari sekian banyak faktor yang memengaruhi penyesuaian diri, faktor lingkungan keluarga menjadi faktor yang sangat penting sebab keluarga merupakan media sosialisasi bagi seseorang, terutama anak-anak.

Enung Fatimah (2006: 201-202) berpendapat bahwa seseorang menjalani proses sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama dan utama di lingkungan keluarganya. Hasil sosialisasi tersebut kemudian dikembangkan di lingkungan sekolah dan masyarakat umum.

Secara umum, sikap-sikap tak sesuai pada anak tunanetra bukan karena sebab-sebab psikopatologis. Kondisi tersebut lebih banyak disebabkan oleh pengaruh-pengaruh sikap sosial dari lingkungannya, terutama keluarga (Sutjihati Somantri, 2012: 89).

“Dengan demikian, lingkungan keluarga seorang anak tunanetra menjadi faktor yang penting dalam penyesuaian diri anak tunanetra tersebut. Keberhasilan penyesuaian diri seorang anak tunanetra di lingkungan sekolah akan sangat bergantung dengan hasil interaksi anak di lingkungan keluarga,” tutup Ginanjar.


Infografis Disabilitas

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya