Liputan6.com, Jakarta Berawal dari pemikiran untuk tetap aktif dan produktif, pendiri penyedia informasi keuangan, Big Alpha Indonesia, Tirta Prayudha mengawali langkahnya dalam mendirikan Big Alpha untuk membantu meningkatkan awareness masyarakat terhadap Guillain Barre Syndrome (GBS).
Awal Juni 2016 merupakan perjalanan berat bagi Tirta Prayudha. Penyakit GBS dengan rasio penderita 1:100.000 membuat saraf sensorik dan motoriknya separuh lumpuh seketika. Namun, hal ini tidak menghentikan Tirta untuk berkarya.
Advertisement
Di tengah kondisi dan keterbatasannya, salah satu inspirasi terbesarnya untuk terus berjuang dan semangat adalah tidak ingin melihat dan membuat orang lain susah karena kondisi dirinya.
“Saya bukan tipe orang yang kaya terinspirasi dari siapa gitu. Tapi saya nggak mau liat orang lain susah aja karena saya. karena pada akhirnya mereka punya kesibukan dan kehidupannya masing-masing. Jadi itu yang menginspirasi saya untuk semangat,” kata Tirta saat diwawancarai Liputan6.com, Jumat (18/9/20).
Menurutnya, menulis merupakan platform yang tepat untuk ditekuni untuk berbagi kepada orang-orang terhadap penyakit GBS yang dideritanya serta pengetahuannya mengenai asuransi kesehatan, terutama untuk yang sedang berjuang menghadapi penyakit yang langka.
“Karena saya ngerasa saya punya reach yang cukup besar, dan setidaknya bisa membantu meningkatkan awareness orang terhadap GBS. Saya banyak dapet cerita di grup WA survivor GBS di mana mereka harus dirujuk dulu ke RS yang lebih besar untuk mendapatkan perawatan. Padahal, perawatan yang cepat adalah salah satu kunci untuk bisa mengobati GBS dengan cepat, Dan supaya, orang yang memegang kepentingan juga bisa aware ada panyakit ini. Sehingga pas klaim asuransi atau BPJS, penyakit ini tetap bisa di-cover,” kata Tirta Prayudha dalam wawancara (18/9/20).
Perubahan rutinitas dan aktivitas pun terjadi pada dirinya. Menurutnya, dari pada berlarut dengan kesedihan, ia lebih memilih untuk fokus terhadap progress yang terjadi pada dirinya selama melalui proses pemulihan.
Selama masa istirahat, ia mengisi waktunya untuk belajar menggerakkan jari, kaki, dan lututnya. Ia juga belajar berjalan dengan bantuan walker. Ia juga rutin ke fisioterapis untuk mengembalikan sensorik dan motorik tubuhnya agar otot-ototnya tidak mengecil.
Simak Video Berikut Ini:
Perjalanan karir membangun Big Alpha
Berdiri di awal 2018 melalui Twitter, Big Alpha Indonesia hanya sekadar berbagi informasi soal pasar modal secara daring. Namun, Tirta Prayudha dan timnya terus tumbuh dan diisi dengan orang-orang yang berpengalaman di berbagai bidang dan memiliki kemampuan analisis keuangan seperti dirinya. Ini yang jadi alasan Big Alpha Indonesia mengambil langkah ekspansi.
Dari keresahannya terhadap rendahnya pengetahuan keuangan masyarakat Indonesia, ia mengambil langkah awal dengan menulis dan menganalisis emiten saham yang sudah diinvestasikannya. Selain itu, ia juga mengamati tren di Twitter hingga muncul ide untuk mendirikan startup penyedia informasi keuangan. Menurutnya, keuangan pribadi sudah menjadi pengetahuan mutlak yang seharusnya diketahui semua orang.
Berbagai tantangan pastinya dihadapi oleh Tirta. Mulai dengan perubahan rutinitas dan kebiasaan sampai proses dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Tantangan terbesarnya dalam kondisi yang dialaminya adalah minimnya fasilitas di Indonesia untuk pengguna kursi roda bahkan untuk penyandang disabilitas lain.
“Jangankan di luar daerah, di dalam kota aja seperti Jakarta ini masih minim banget fasilitas yang mendukung aktivitas untuk penyandang disabilitas,” ujar Tirta.
Di tengah kesulitan yang ia hadapi, teman yang supportive dan lingkungan yang mendukung menjadi salah satu hal dari banyak hal yang sangat ia syukuri.
“Segera berdamai dengan kondisinya, bisa menerima situasi dan segera bangkit.”
Penulis buku Newbie Gadungan dan Romeo Gadungan: Habis Jatuh Cinta, Terbitlah Patah Hati ini juga menekankan untuk menggunakan kekurangan sebagai kelebihan dan mengingatkan bahwa kekurangan itu yang akan membuat diri sendiri menjadi unik dan berbeda.
Kondisi disabilitas yang dialaminya tidak menghentikan langkahnya untuk terus belajar dan terus mencari sisi positif dari kondisinya. “Jadi sepertinya memang sudah jalannya, ada hikmah yang bisa saya petik dari penyakit saya. Yaitu, berdirinya Big Alpha.”
Bukan hanya dari sisi fisik penderita, sisi psikologis Tirta juga terkena dampak dari penyakit langka ini. Tapi, meski GBS melumpuhkan separuh tubuhnya dan bahkan mengubah segala kebiasaan dan rutinitas aktivitasnya, semangat untuk berkaryanya tidak lumpuh.
“Gunakan kekurangan sebagai kelebihan kita secara individu. Karena kekurangan itulah yang membuat kita unik dan berbeda. Buktikan kalau kaum disabilitas juga bisa bekerja dan berkarya.”
Advertisement