Survei MarkPlus: Tren Belanja di E-Commerce Bakal Turun 41,9 Persen Usai Pandemi

Tren belanja di E-commerce setelah pandemi usai akan menurun ke 41,9 persen.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Sep 2020, 15:30 WIB
Ilustrasi e-Commerce (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Hasil survey MarkPlus, Inc. terkait industri Fast Moving Consumer Goods (FMCG) selama pandemi covid-19 terdapat tiga hal yang diperoleh yakni Perilaku Konsumen (Consumer Behaviour), tempat pembelian (Purchasing Channel), dan tingkat konsumsi pelanggan (Customer consumption).

Survei tersebut dilakukan kepada 105 responden, yang tersebar di Jabodetabek sebanyak 54,3 persen dan non Jabodetabek 45,7 persen dengan usia mayoritas responden  35-44 tahun sebesar 40 persen, kurang dari 25 tahun 21 persen, 25-34 tahun sebanyak 29,5 persen, dan usia lebih 44 tahun sebesar 9,5 persen.

“Untuk hasilnya sendiri ada tiga bagian besar yang akan saya sebutkan,” kata Business Analyst MarkPlus, Inc. Rika Nathania Wijaya dalam MarkPlus The 2nd Series Industry Roundtable (Episode 7) - FMCG Industry Perspective, Jumat (25/9/2020).

Pertama, customer behavior. Kata Rika, walaupun secara umum purchasing power masyarakat menurun selama COVID-19, namun sebanyak 58,1 persen responden mengakui bahwa pengeluaran bulanan untuk kebutuhan sehari-hari mereka selama COVID-19 meningkat.

Selain itu, selama masa pandemi responden di area Non-Jabodetabek memiliki frekuensi belanja yang lebih tinggi sekitar 4 kali per bulan atau sebesar 27 persen, dibanding responden di area Jabodetabek 17,5 persen.

“Hal ini dikarenakan aturan PSBB di Non Jabodetabek lebih longgar, sehingga responden masih dapat sering berbelanja di offline channel,” ujarnya.

Kedua, Purchasing Channel. Minimarket (66,7 persen) dan E-commerce (53,3 persen) banyak digunakan selama masa COVID-19 karena kemudahannya yang diberikan. Namun setelah pandemi usai, offline channel akan kembali menjadi pilihan utama masyarakat.

“Dimana pembelanjaan di supermarket akan meningkat menjadi 70,5 persen dibandingkan selama masa pandemi yaitu sebesar 55,2 persen.

Sementara perbelanjaan di E-commerce setelah pandemi usai akan menurun ke 41,9 persen. Hal ini dikarenakan experience dalam berbelanja masih penting bagi masyarakat dan sudah tidak ada lagi kekhawatiran terhadap virus COVID-19.

Ketiga, Customer consumption. Semenjak merebaknya COVID-19 generasi yang lebih muda (<25 tahun) menjadi lebih perhatian terhadap kesehatan dibanding generasi yang lebih tua. lantaran sebagai upaya mempertahankan pola hidup sehat segmen berusia <25 tahun mengurangi konsumsi gula (38,9 persen), dibanding segmen berusia 25-34 tahun (17,4 persen).

Sebab, selama masa pandemi, segmen berusia 25 tahun lebih banyak membeli produk kesehatan (45,5 persen) dibanding generasi yang lebih tua (kisaran 20-29 persen), karena mereka lebih khawatir terhadap COVID 19 yang disebabkan oleh seringnya mengetahui update berita/iklan melalui TV & media sosial.

“Karena itu, diperlukan juga adanya edukasi yang lebih kepada generasi yang lebih tua terkait kesehatan supaya lebih aware akan bahaya COVID 19 & pentingnya hidup sehat,” pungkasnya.   

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Riset: Penjualan E-Commerce Selama Pandemi Didominasi Produk Fesyen

Ilustrasi e-Commerce, eCommerce, Online Marketplace, Bisnis Online

Hasil riset MarkPlus mengenai e-commerce di Indonesia di masa pandemi covid-19  mendapat kesimpulan bahwa produk yang paling banyak dibeli oleh konsumen selama kuartal III 2020 adalah produk pakaian atau fesyen.

Dilihat dari data persentase penjualan dalam berbagai kategori yang paling sering dibeli oleh konsumen di e-commerce untuk produk fesyen atau pakaian di Shopee sebesar 59 persen, Tokopedia 33 persen, Bukalapak 26 persen, Lazada 40 persen, JD.ID 31 persen, dan Blibli 28 persen.

Head of High Tech, Property & Consumer Goods Industry MarkPlus Rhesa Dwi Prabowo mengatakan, untuk produk perawatan dan kecantikan di Shopee sebesar 54 persen, Tokopedia 29 persen, Bukalapak 25 persen, Lazada 34 persen, JD.ID 36 persen, dan Blibli 29 persen. Lalu untuk produk digital di Shopee 54 persen, Tokopedia 51 persen, Bukalapak 50 persen, Lazada 24 persen, JD.ID 41 persen, dan Blibli 35 persen.

"Untuk produk Aksesoris Fashion seperti tas, sepatu, jam, dan lainnya di Shopee sebesar 48 persen, Tokopedia 30 persen, Bukalapak 30 persen, Lazada 42 persen, JD.ID 33 persen, dan Blibli 28 persen," kata Rhesa dalam konferensi pers Riset E-Commerce MarkPlus, Inc. Kuartal III, Kamis (17/9) 2020.

Selain itu, Rhesa menambahkan terkait aktivitas kampanye di kuartal III juga berkorelasi erat dengan promosi dari tiap e-commerce mulai dari potongan harga, cashback, sampai gratis ongkir.

Dalam kategori aktivitas kampanye ini, Shopee 9.9 Super Shopping Day 95 persen menjadi kampanye paling dikenal masyarakat Indonesia, di atas kampanye Waktu Indonesia Belanja Tokopedia 71 persen, Lazada 9.9 Big Sale 64 persen, JD.id 99 9REAT SALE 24 persen, Blibli Belanja Seru 22 persen, serta Bukalapak Borong Ekstra dan Bazar Heboh 20 persen.


Kenyamanan

Ilustrasi ecommerce, e-commerce, toko online. Kredit: athree23 via Pixabay

Kata Rhesa, berbagai penawaran dan kenyamanan pengalaman berbelanja online yang ditawarkan mempengaruhi keputusan penggunaan dan kesetiaan masyarakat Indonesia dalam memilih destinasi belanja online ke depannya.

Pilihan masyarakat Indonesia jatuh kepada Shopee 77 persen, diikuti Tokopedia 64 persen, Lazada 40 persen, Bukalapak 32 persen, JD.id 27 persen, serta Blibli 23 persen.

"Kami melihat inisiatif seperti kolaborasi serta penawaran yang atraktif untuk mendorong roda ekonomi dapat mendukung pemenuhan kehidupan masyarakat di tengah kondisi pandemi selama kuartal ketiga,” ujarnya.

Demikian dengan adanya alternatif dan solusi yang ditawarkan oleh para brand e-commerce, dirinya yakin penggunaan e-commerce di masa yang akan datang, yakni kuartal empat tahun ini, akan semakin tinggi. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya