3 Strategi Pemerintah untuk Tingkatkan Pamor Kuliner Indonesia

Upaya go internasional dan strategi lain dalam genjot perekonomian lewat kuliner Indonesia.

oleh Komarudin diperbarui 26 Sep 2020, 12:30 WIB
Ilustrasi kuliner. (dok. unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Kuliner Indonesia sangat penting dalam perekonomian. Dalam pengembangannya, ada tiga strategi yang sedang difokuskan, yaitu kuliner go internasional, promosi domestik kuliner, dan destinasi wisata. 

"Rendang kita sudah go internasional.  Selain rendang, ada juga bumbu- bumbu yang sudah siap (go internasional), tapi itu tidak banyak," ujar Staf Ahli Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Bidang Sosio-Antropologi, Thukul Rameyo Adi, dalam webinar International Forum on Spice Route (IFSR) 2020, Kamis, 24 September 2020.

Menurut Rameyo, ada dua hal yang akan dibidik dalam strategi pertama itu. Untuk bumbu, lanjut Rameyo, pihaknya akan membidik pangsa pasar Afrika.

"Kita tidak menjual kuliner. Kita tidak memaksa saudara-saudara kita di Afrika untuk menyukai kuliner kita. Tapi, kita ingin masuk melalui bumbu dulu. Mereka senang bakar-bakar, seperti satai," ujar Rameyo.

Berdasarkan sejumlah studi, kata Rameyo, orang Afrika sangat menyukai rempah-rempah asal Indonesia. "Untuk wilayah-wilayah yang belum kenal dengan kita, kita mulai dengan strategi spice, 'membumbui' masyarakat mereka dengan rempah kita," lanjut Rameo.

Namun, lain halnya dengan di Australia. Warga di sana banyak yang menyukai kuliner Indonesia. Oleh karena itu, langkah yang perlu dilakukan adalah memperbanyak restoran Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Promosi Domestik dan Destinasi Wisata

ilustrasi Wisata Kuliner Solo (sumber: iStockphoto)

Di samping go internasional, yang juga perlu diperkuat saat ini adalah promosi domestik dan destinasi wisata. Dua hal ini dinilai mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama UMKM.

Indonesia akan memperbanyak pasar rempah, branding, dan kemasan. Selain itu, kata Thukuk, pihaknya akan meningkatkan makanan jalanan atau street food.

"Di mal-mal itu banyak sekali makan jalanan dari Taiwan, Korea, dan Jepang. Namun, jajanan-jajanan kita belum terurus. Yang jadi tantangan saat ini adalah soal standar dan higienis," ujarnya.

Kata Rameyo, hal ini mungkin bisa dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, serta Kementerian Kesehatan untuk mendorong UMKM agar kuliner domestik bisa melampaui standar, termasuk higienitasnya.

Lalu, destinasi wisata. Kata Rameyo, pariwisata tak hanya hanya panorama alam, tapi juga soal wisata kuliner. Mereka yang datang ke Indonesia tak hanya akan rindu menikmati keindahan panorama maupun budaya, tapi juga kulinernya.

Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya