Liputan6.com, Jakarta - Novel baru Emma Donoghue, The Pull of the Stars, yang dibuat berdasarkan kisah pandemi 1918, dijadwalkan diterbitkan tahun depan. Namun, ketika dia mengirimkan naskah terakhir pada bulan Maret, tepat sebelum pandemi COVID-19, penerbit AS dan Inggris-nya menemukan hal yang tak terduga yang membuat mereka segera mencetak buku itu.
"Saya sempat merasa tak yakin," Donoghue menjelaskan tentang waktunya. Namun, lanjutnya, sebagai subjek, "Pandemi itu luar biasa bagi seorang novelis. Itu membahayakan kehidupan sehari-hari dan menimbulkan dilema etika."
Advertisement
Seperti peramal, karya Emma adalah yang terbaru dari sekelompok novel yang ditulis sebelum pandemi, tetapi kini hadir dalam segi pandang yang membuatnya lebih tepat waktu dan lebih tajam daripada yang bisa dibayangkan oleh pengarang. Elemen sosial dan pribadi yang luas bersatu dengan indah dalam The Pull of the Stars yang mendalam namun fasih.
Tokoh utama wanita sebagai orang pertama dalam tokoh, Julia, adalah perawat di bangsal bersalin Dublin untuk wanita yang terkena flu. Dia berusia 30 tahun dan tinggal bersama saudara laki-lakinya, yang telah kembali dari Perang Dunia I dengan trauma sehingga dia tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak itu.
Melansir BBC, Jumat (25/9/2020), novel ini menampilkan daya tarik naratif, kehangatan emosional, dan ketajaman psikologis sama seperti novel-novel Emma sebelumnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Menggunakan Riset yang Membuat Terasa Nyata
Donoghue sebelumnya memang pernah menulis novel tentang masalah kesehatan, trauma dengan latar belakang yang lebih bersejarah dalam The Wonder (2016), yang berkisah tentang seorang perawat yang mendapat pelatihan bersama Florence Nightingale dan merawat seorang gadis religius yang mengaku sudah berbulan-bulan hidup tanpa makan.
Salah satu kelebihan Donoghue dalam membuat novel adalah penggunaan riset yang menjadikan pengalaman seorang tokoh tampak nyata, contohnya, dalam The Pull of the Stars. Dalam bab-bab novel tersebut, Donoghue memberi judul Red, Brown, Blue dan Black, yang menggambarkan perubahan warna kulit seseorang ketika flu yang mereka derita bertambah parah.
Dalam novel tersebut, ada kisah-kisah yang menyakitkan, meskipun kita novel tersebut dibuat dari sudut pandang Julia. Di dalam cerita tersebut, tokoh utama perempuan harus bijak membuat keputusan antara hidup atau mati. Dilema yang benar-benar sangat relevan dengan situasi saat ini.
Dalam The Pull of the Stars, Emma juga menuliskan dampak yang sangat signifikan. Tidak ada yang diperbolehkan mengunjungi rumah sakit karena begitu banyaknya kasus, di luar rumah sakit terpasang tanda, 'Dilarang berjabat tangan, tertawa atau mengobrol dengan jarak dekat' dan banyaknya surat kabar yang berjudul , 'Laporan Penambahan Kasus Influenza'.
Advertisement
Bagaikan Peramal Tak Terduga
Ternyata tak hanya karya Emma yang dianggap sebagai novel peramal, Hamnet, novel karya Maggie O'Farrell, juga menceritakan tentang kehidupan istri Shakespeare dan anak laki-laki mereka, Hamnet, yang meninggal pada 1596 karena wabah pes.
Jika pandemi adalah tema umum seperti yang terdapat dalam The Pull of the Stars, dalam Hamnet adalah gambaan persis wabah pes yang membayangi Inggris sepanjang kehidupan Shakespeare pada abad ke-14 yang dikenal sebagai 'Black Death'. Gejala yang dihadapi oleh penderita seperti bengkak atau benjolan di kulit", leher dan ketiak membuat mereka harus tetap tinggal di dalam rumah sampai 'wabah berlalu'. Itu benar-benar merupakan ketakutan dan kesedihan yang dialami kita sekarang ini.
Juga dalam buku The End of October karya Lawrence Wright yang penelitiannya dilakukan secara mendalam dan mengerikan, yang mengisahkan seorang ilmuwan yang melacak penyebaran virus baru ke seluruh dunia. Virus ini menyebabkan diberlakukannya karantina, meningkatnya angka kematian yang mengerikan, dan gangguan sosial, terasa sangat persis dengan masa sekarang.
Meski berbeda gaya penulisan dan latar belakang, semua novel ini menggunakan pandemi sebagai lensa masyarakat di saat krisis. Menggali dari sejarah atau sains, para penulis itu menekankan isu kesehatan masyarakat, tanggung jawab pemerintah dan perbedaan kelas masyarakat, dan dengan pandangan novelis mempertimbangkan bagaimana kekuatan-kekuatan itu mempengaruhi individu-individu.
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul