Liputan6.com, Jakarta Top 3 news hari ini, penggunaan scuba dan buff ternyata dinilai tidak cukup mampu untuk melindungi diri seseorang dari bahaya masuknya bakteri atau virus melalui droplet saat tengah beraktivitas di luar rumah.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto, masker yang baik adalah berjenis kain yang terdiri dari dua lapisan. Penggunaan masker kain maksimal hanya dapat dipakai selama 3 jam.
Advertisement
Kemampuan filtrasi pada masker kain berdasarkan penelitian adalah antara 0,7 sampai 60 persen. Semakin banyak lapisan maka semakin tinggi efisiensi filtrasi.
Berbeda dengan scuba, hanya memiliki satu lapisan dan memiliki kerapatan yang kurang. Namun, tetap bisa dipakai hanya harus berlapis-lapis. Sementara, dua masker lainnya yang dianjurkan yaitu masker bedah dan N95.
Berita terpopuler lainnya tentang seorang bocah berumur 10 tahun di Bekasi yang terus melantunkan ayat suci Al-Quran meski matanya terpejam.
Muhamad Ibrahim Wafiq atau akrab disapa Baim, saat ini tengah dirawat di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta karena mengindap penyakit kronis.
Baim dikatakan tak pernah mengenyam pendidikan agama formal. Selama tiga tahun terakhir, bocah yang bercita-cita menjadi hafidz Quran itu belajar mengaji di sebuah yayasan tafidz Al-Quran, Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Sementara itu, Tim Riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap, selatan pulau Jawa diketahui sebagai tempat sumber gempa.
Menurut salah satu tim peneliti, sebaran potensi gempa besar ada di selatan Jawa Barat, selatan Yogyakarta, selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Potensi tersebut bahkan dapat memicu tsunami.
Berikut deretan berita terpopuler di kanal News Liputan6.com, sepanjang Jumat, 25 September 2020:
Saksikan video pilihan di bawah ini:
1. HEADLINE: Penetapan Masker Kain Berstandar Nasional, Bagaimana dengan Scuba dan Buff?
Kementerian Kesehatan telah menetapkan standar masker yang layak pakai agar efektif mencegah penularan COVID-19.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto menjelaskan terdapat 3 jenis masker yang dianjurkan yakni maske N95, masker bedah, dan masker kain.
"Masyarakat tidak boleh sembarangan menggunakan masker kain, terutama kain tipis seperti masker scuba dan buff. Penggunaan masker kain setidaknya dua lapis," kata Yurianto beberapa waktu lalu.
Masker kain maksimal hanya dapat dipakai selama 3 jam, setelah itu harus diganti dengan masker bersih, karena lapisan kain bagian dalam masker dapat menyerap cairan dari mulut kita.
Selain ketiga bahan di atas, menurut Yuri, masker dengan bahan yang lain tidak akan efektif untuk mencegah penularan COVID-19, karena bahannya yang dianggap tidak cukup kecil untuk menahan droplet yang dikeluarkan oleh mulut ataupun hidung.
Sesuai SNI, masker kain yang berlaku paling tidak terdiri dari dua lapis. Sehingga masker jenis scuba dan buff tidak termasuk di dalammya.
Pemilihan bahan untuk masker kain perlu diperhatikan karena jenis bahan memengaruhi filtrasi serta kemampuan bernapas seseorang.
Advertisement
2. Mengenal Sosok Baim, Bocah Lantunkan Ayat Suci Al-Quran Walau Tengah Kritis
Lantunan ayat-ayat suci Al-Quran terus dilantunkan bocah 10 tahun bernama Muhamad Ibrahim Wafiq yang kini sedang menjalani perawatan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Momen yang tak biasa itu pun viral di media sosial usai pemilik akun Facebook Neng Ayu Yasmin mengunggahnya di jejaring media online. Video berdurasi 59 detik itu bahkan telah dibagikan sebanyak 3,7 ribu kali.
Lantas, siapa sosok bocah Baim yang kini tengah terbaring di rumah sakit sambil lantunkan ayat suci Al-Quran?
Belakangan diketahui bocah 10 tahun ini tengah mengidap penyakit kronis. Namun, meski dengan kondisi infus dan selang yang menempel di hidung dan tubuhnya, Baim tetap lantang melantunkan ayat-ayat Al-Quran dengan mata terpejam.
Baim memiliki keinginan tulus untuk memberikan mahkota kepada kedua orangtuanya, dengan niatan cita-cita hafidz 30 juz.
3. Tim Riset ITB Ungkap Ada Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Pulau Jawa
Tim Riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap potensi gempa besar yang dapat memicu tsunami di selatan pulau Jawa.
Salah seorang anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan menjelaskan bawah selatan Jawa memang telah diketahui sebagai tempat sumber gempa.
Kesimpulan tersebut didapat dari data global positioning system (GPS) dengan tingkat akurasi tinggi. Perbandingan dengan GPS di gawai yang biasa kita pakai itu memiliki akurasi belasan meter. Tapi GPS yang digunakan pada penelitian tersebut, kata Endra hingga akurasi satuan milimeter.
"Dari data GPS bisa menangkap prosesi tadi, siklus (gempa) itu tadi," ungkap Endra Gunawan, seorang anggota tim peneliti dari ITB.
Dosen ITB dengan kelompok keahlian Geofisika Global ini menjelaskan, setiap daerah dengan potensi gempa, layaknya selatan Jawa, akan terus mengumpulkan energi mencapai ratusan tahun bahkan ribuan tahun. Hingga pada waktunya akan dilepaskan.
Advertisement