WHO: Sekalipun Ada Vaksin, Kematian Akibat COVID-19 Bisa Capai 2 Juta Jiwa

Kematian akibat COVID-19 dapat mencapai angka 2 juta jiwa, sekali pun vaksin nantinya sudah ditemukan, kata WHO.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Sep 2020, 12:07 WIB
Petugas gabungan dari Kecamatan Cilandak dan Polsek Cilandak mengarak instalasi peti mati jenazah Covid-19 di kantor kecamatan Cilandak, Jakarta, Jumat (28/8/2020). Sosialisasi tersebut dilakukan untuk memberikan peringatan akan bahaya penularan virus Covid-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jenewa - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperingatkan bahwa jumlah kematian akibat COVID-19 bisa mencapai dua juta jiwa sebelum atau sesudah vaksin yang efektif digunakan secara luas. Hal tersebut dipicu oleh kasus COVID-19 yang semakin meninggi di seluruh dunia.

Dikutip dari BBC, Sabtu (26/9/2020), Dr. Mike Ryan, kepala darurat WHO, mengatakan bahwa angka tersebut bisa lebih tinggi bila tidak ada upaya bersama secara internasional. Hampir satu juta orang telah meninggal karena COVID-19 di seluruh dunia sejak penyakit itu pertama kali muncul di China akhir tahun lalu.

Awal gelombang kedua infeksi COVID-19 telah terlihat di banyak negara di belahan bumi utara saat musim dingin mendekat. Bahkan saat ini, jumlah total kasus telah mencapai 32 juta yang telah terkonfirmasi.

Selain itu, karena jumlah kasus yang semakin meningkat terutama di negara-negar Eropa, seruan untuk kembali melakukan lockdown juga sudah mulai kembali terdengar.

"Secara keseluruhan di wilayah yang sangat luas itu, kami melihat peningkatan penyakit yang mengkhawatirkan," imbuh Dr. Ryan tentang lonjakan kasus yang nyata di Eropa.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Eropa Harus Mengevaluasi Diri Saat Terjadi Lonjakan

Para perempuan memakai masker di jalanan Brussel, Belgia, Rabu (12/8/2020). Penggunaan masker menjadi wajib di tempat umum di Brussel karena kasus Covid-19 naik ke tingkat kewaspadaan yang menempatkan kota itu di antara yang paling parah terkena dampak corona di Eropa. (François WALSCHAERTS/AFP)

"Orang Eropa lebih baik bertanya pada diri mereka sendiri apakah mereka telah berbuat cukup untuk menghindari perlunya lockdown dan apakah alternatif lainnya seperti pengujian dan penelusuran, karantina, dan jarak sosial, telah diterapkan," ujar Dr. Ryan.

Dr. Ryan juga mengatakan bahwa kematian 2 juta jiwa mungkin dapat terjadi sebelum ditemukannya vaksin. Namun, ketika vaksin telah ditemukan, jumlah kematian 2 juta jiwa tetap mungkin terjadi.

Dia menambahkan bahwa tingkat kematian dapat menurun seiring dengan peningkatan sarana pengobatan terhadap korban. Maka dari itu, pemerintah diharapkan perlu untuk melakukan segala cara guna mengendalikan COVID-19.

"Apakah kita siap melakukan apa yang diperlukan untuk menghindari angka itu?" imbuh Dr. Ryan.


Perkembangan Terbaru Secara Global

Ilustrasi bendera dunia (UNESCO)

Di seluruh dunia, pedoman jarak sosial yang lebih ketat dan pembatasan bisnis telah diberlakukan untuk mengendalikan lonjakan kedua.

Di Spanyol, pemerintah telah merekomendasikan penerapan kembali penutupan sebagian di seluruh wilayah Madrid, di mana kasus meningkat tajam. Sebaliknya, otoritas lokal meningkatkan pembatasan di beberapa distrik kota. 

Hal tersebut juga dilakukan di Perancis, Inggris dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat karena lonjokan kasus dalam negeri terus meningkat.

Dr. Anthony Fauci, pakar penyakit menular terkemuka di AS, mengatakan bahwa gelombang pertama pandemi belum berakhir di AS, karena infeksi belum cukup menurun sejak wabah awal. 

Di tempat lain, Israel juga memperketat pembatasan pada bisnis dan perjalanan, satu minggu setelah negara itu menjadi yang pertama di dunia yang memulai lockdown nasional kedua.

 

Reporter: Ruben Irwandi


Infografis Gelombang II COVID-19 di Dunia

Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya