Harga Emas Bakal Turun di Bawah Rp 1 Juta, Saatnya Jual?

Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) turun Rp 3.000 pada perdagangan hari ini, Sabtu (26/9)

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Sep 2020, 18:00 WIB
Petugas menunjukkan sampel logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, (23/7/2020). Usai cetak rekor ke posisi termahalnya di Rp 982 ribu, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Emas Antam) kembali turun Rp 5.000 menjadi Rp 977 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) turun Rp 3.000 pada perdagangan hari ini, Sabtu (26/9) menjadi Rp 1.006.000 per gram dari posisi kemarin di Rp 1.009.000 per gram. Harga emas terus menunjukkan tren penurunan, setelah turun Rp 7.000 ke posisi Rp 1.030.000 per gram beberapa waktu lalu.

Dikutip laman logammulia.com, emas dijual mulai ukuran 0,5 gram hingga 1.000 gram. Harga harga jual kembali emas Antam atau buyback hari ini juga turun Rp3.000 menjadi Rp894.000 per gram.

Menyikapi hal itu, Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu lama menyimpan logam mulia. Sebab, dia memprediksi harga emas akan terus mengalami penurunan setelah sempat mencapai level tertinggi, baik di tingkat global maupun nasional.

"Karena ada harapan akan di bawah Rp 1 juta (per gram). Tren ke depan harga emas justru cenderung turun. Jadi, jangan menyimpan emas terlalu lama baiknya," tukasnya Ibrahim saat dihubungi Merdeka.com, Sabtu (26/9/2020).

Ibrahim menjelaskan tren penurunan harga emas ini dipicu oleh optimisme pasar terhadap kemajuan pengembangan vaksin anti Corona. Sehingga instrumen investasi saham dan obligasi kembali dilirik pasar.

"Anjloknya harga emas atau logam mulia ini karena masalah kemajuan vaksin anti Corona di berbagai negara, termasuk Indonesia. Dengan adanya vaksin orang akan lebih ke arah saham dan obligasi lagi.

Kemudian, anjloknya harga emas juga dipengaruhi oleh penguatan indeks dollar. "Hal ini dipengaruhi optimisme Federal Reserve Amerika Serikat (AS) atas kebijakannya menurunkan suku bunga hingga 2023 ketika pasar tenaga kerja mencapai lapangan kerja maksimum dan inflasi berada di jalur untuk melebihi target inflasi 2 persen," imbuh dia.

Maka dari itu, ke depan harga emas diproyeksi bakal lebih diwarnai tren penurunan. Seperti bulan September ini emas berpeluang turun ke angka USD 1.919 per ounce, kemudian merosot ke USD 1.860 hingga USD 1.794 di kuartal IV.

"Peluang harga emas internasional terjun bebas ke USD 1.919, USD 1.860 dan USD 1.794 sangat besar sekali. Angka tersebut sesuai dengan data teknikal (W1) di metatrader. Itu sudah banyak dipresiksi," tutupnya.


Harga Emas Tergelincir 4 Persen Selama Seminggu

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Harga emas jatuh pada hari Jumat, begerak di dekat level terendah selama dua bulan terakhir. Ini karena investor mencari perlindungan dalam dolar dari meningkatnya kasus virus corona dan ketidakpastian atas stimulus AS berikutnya untuk membantu perekonomian.

Dikutip dari  CNBC, Sabtu (26/9/2020), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD 1,864,39 per ounce, sementara emas berjangka AS turun 0,6 persen pada USD 1,866,30 per ounce.

"Partai Republik dan Demokrat berada di halaman yang sama tentang menempatkan beberapa stimulus tetapi mereka tidak dapat memutuskan jumlah dan ketidakpastian yang mendorong investor memilih dolar," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.

Untuk minggu ini, harga emas turun sekitar 4,4 persen sejauh ini, terbesar setidaknya dalam enam minggu, karena dolar ditetapkan untuk minggu terbaiknya sejak awal April. Dolar yang lebih kuat membuat komoditas yang dihargai dalam mata uang, seperti emas, lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan unit moneter lain.

Seorang anggota parlemen utama mengatakan Demokrat di DPR AS sedang mengerjakan paket stimulus virus corona senilai USD 2,2 triliun yang dapat dipilih minggu depan.

Federal Reserve minggu ini berbicara tentang pentingnya lebih banyak stimulus fiskal di tengah kekhawatiran investor akan pukulan ekonomi lain dari pandemi virus corona.

Saham ditetapkan untuk jatuh paling banyak untuk setiap minggu sejak Juni karena kekhawatiran atas gelombang kedua penguncian terkait virus membebani selera risiko investor.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya