Liputan6.com, Jakarta - Survei mingguan yang dilakukan oleh Kitco memperlihatkan bahwa pelaku pasar sulit untuk menentukan harga emas. Alasannya, belum ada sentimen jangka pendek yang bisa menunjukkan harga emas akan melambung dalam waktu dekat.
"Begitu banyak ketidakpastian dan volatilitas di pasar sehingga sulit untuk ditebak gerak emas dalam waktu dekat ini," jelas Kepala Perdagangan MKS (Switzerland) SA, Afshin Nabavi dikutip dari Kitco, Senin (27/9/2020).
Advertisement
Pendapat analis sendiri terbagi rata di tiga posisi pada pekan ini. Dari 16 analis yang disurvei, sebanyak enam atau 38 persen analis memperkirakan harga emas akan naik. Tak berbeda jauh, analis yang memperkirakan harga emas akan melemah dan mendatar masing-masing lima orang atau sekitar 31 persen.
Sedangkan sebagian pelaku pasar memperkirakan harga emas akan mengalami tekanan. Hal ini terjadi karena sentimen bullish telah mencapai level terendah sejak awal tahun.
Pergeseran sentimen dari bullish menjadi bearish terjadi setelah harga emas mengalami penurunan yang sangat signifikan minggu kemarin. Harga emas tertekan hingga di bawah USD 1.900 per ounce.
Harga emas mengakhiri minggu kemarin dengan turun lebih dari USD 100 atau 5 persen dari periode pekan sebelumnya.
Analis SIA Wealth Management Colin Cieszynski mengatakan, bearish pada harga emas akan terjadi pada pekan ini karena sepertinya dolar AS memiliki ruang untuk bergerak sedikit lebih tinggi.
“Ini bukan tentang emas tetapi lebih tentang dolar AS. Mata uang tersebut memiliki kekuatan yang lebih besar,” jelas dia.
“Dolar AS telah mendominasi semua pasar dan harga emas tidak bisa menghindarinya. Saya pikir kita perlu melihat guncangan emas lagi sebelum investor kembali ke pasar." tambah dia.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Harga Emas Tergelincir 4 Persen Selama Seminggu
Sebelumnya, harga emas jatuh pada hari Jumat, begerak di dekat level terendah selama dua bulan terakhir. Ini karena investor mencari perlindungan dalam dolar dari meningkatnya kasus virus corona dan ketidakpastian atas stimulus AS berikutnya untuk membantu perekonomian.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (26/9/2020), harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD 1,864,39 per ounce, sementara emas berjangka AS turun 0,6 persen pada USD 1,866,30 per ounce.
"Partai Republik dan Demokrat berada di halaman yang sama tentang menempatkan beberapa stimulus tetapi mereka tidak dapat memutuskan jumlah dan ketidakpastian yang mendorong investor memilih dolar," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA di New York.
Untuk minggu ini, harga emas turun sekitar 4,4 persen sejauh ini, terbesar setidaknya dalam enam minggu, karena dolar ditetapkan untuk minggu terbaiknya sejak awal April. Dolar yang lebih kuat membuat komoditas yang dihargai dalam mata uang, seperti emas, lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan unit moneter lain.
Seorang anggota parlemen utama mengatakan Demokrat di DPR AS sedang mengerjakan paket stimulus virus corona senilai USD 2,2 triliun yang dapat dipilih minggu depan.
Federal Reserve minggu ini berbicara tentang pentingnya lebih banyak stimulus fiskal di tengah kekhawatiran investor akan pukulan ekonomi lain dari pandemi virus corona.
Saham ditetapkan untuk jatuh paling banyak untuk setiap minggu sejak Juni karena kekhawatiran atas gelombang kedua penguncian terkait virus membebani selera risiko investor.
Advertisement