Netflix Komentari Pernyataan Penulis Tiongkok soal Muslim Uighur

Netflix menanggapi kekhawatiran para senator Amerika Serikat (AS) atas rencana perusahaan mengadaptasi trilogi buku fiksi ilmiah Tiongkok karya Liu Cixin.

oleh Andina Librianty diperbarui 27 Sep 2020, 15:00 WIB
Ilustrasi Netflix, Menonton TV, Menonton Video. Kredit: Mohamed Hassan from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Netflix menanggapi kekhawatiran para senator Amerika Serikat (AS) atas rencana perusahaan mengadaptasi trilogi buku fiksi ilmiah Tiongkok karya Liu Cixin. Perusahaan menegaskan tidak setuju dengan pandangan Liu mengenai perlakuan pemerintah Tiongkok terhadap muslim Uighur.

Dilansir dari Reuters, Minggu (27/9/2020), lima senator AS pada pekan ini mendesak Netflix untuk mempertimbangkan kembali rencana mengadaptasi buku tersebut. Mereka menilai Liu telah membela tindakan keras pemerintah Tiongkok terhadap etnis Uighur dan muslim lainnya di wilayah Xinjiang.

Netflix menegaskan tidak setuju dengan pernyataan Liu.

"Liu adalah penulis buku, bukan pencipta acara ini. Kami tidak setuju dengan komentarnya, yang sama sekali tidak terkait dengan bukunya atau acara Netflix ini," ujar Vice President Global Public Policy Netflix, Dean Garfield, melalui sebuah surat kepada para senator.


Rencana Kerja Sama

Ilustrasi Netflix. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Buku Liu yang akan diadaptasi adalah The Three-Body Problem dan dua sekuelnya.

Netflix pada bulan ini mengumumkan rencana adaptasi buku tersebut menjadi sertial TV berbahasa Inggris, serta proyek tersebut akan dipimpin oleh D.B Weiss dan David Benioff yang merupakan pencipta megahit HBO, Game of Thrones.

Liu akan bertindak sebagai produser konsultan dalam proyek tersebut.

Para senator juga meminta Netflix untuk mempertimbangkan kembali dampak dari memberikan akses kepada Liu dalam memproduksi proyek tersebut.

 


Pernyataan Liu

Pernyataan Liu yang dimaksud, disampaikannya kepada majalah New Yorker pada tahun lalu.

"Pemerintah sedang membantu perekonomian mereka, dan mencoba mengangkat mereka keluar dari kemiskinan. Jika Anda sedikit melonggarkan negara, konsekuensinya akn menakutkan," kata enulis asal Tiongkok tersebut.

AS dan kelompok hak asasi manusia mengkritik perlakuan Tiongkok terhadap muslim Uighur. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Tiongkok berulang kali membantah keberadaaan kamp interniran di Xinjiang, serta menyebut fasilitas tersebut sebagai lembaga kejuruan dan pendidikan.

(Din/Why) 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya