Liputan6.com, Jakarta Penelitian untuk mendeteksi virus corona penyebab COVID-19 terus dilakukan. Selain menggunakan alat buatan, anjing menjadi salah satu hewan yang kemampuannya diuji untuk melakukan skrining virus tersebut.
Seperti yang dilakukan Finlandia beberapa waktu lalu. Pada September ini, negara tersebut mulai melakukan eksperimen uji deteksi COVID-19 menggunakan anjing di bandara Helsinki. Studi ini juga didukung pendanaan dari pemerintah.
Advertisement
Dikutip dari AP News pada Senin (28/9/2020), empat anjing dari ras berbeda yang terlibat dalam eksperimen ini telah dilatih oleh Finland's Smell Detection Association.
Profesor di bidang kedokteran hewan kecil Anna Hielm-Bjorkman dari University of Helsinki mengatakan bahwa metode ini punya potensi mengingat anjing punya kemampuan mengendus yang baik.
"Jika itu berhasil, itu akan menjadi metode skrining yang baik di tempat lain," ujarnya.
Beberapa tempat seperti rumah sakit, pelabuhan, panti jompo, tempat olahraga, dan acara budaya bisa jadi lokasi penempatan hewan-hewan tersebut.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Tak Berkontak Langsung dengan Anjing
Hielm-Bjorkman mengungkapkan bahwa Finlandia menjadi negara kedua setelah Uni Emirat Arab sekaligus yang pertama di Eropa, yang menugaskan anjing untuk melakukan skrining virus corona.
Beberapa penelitian serupa juga tengah dilakukan di Australia, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat.
Adapun, penumpang yang setuju untuk uji coba gratis sukarela di Helsinki ini tidak akan melakukan kontak fisik langsung dengan anjingnya. Mereka hanya diminta mengusap kulitnya dengan lap yang nantinya dimasukkan ke dalam wadah dan diberikan kepada hewan tersebut di bilik terpisah.
Hielm-Bjorkman mengatakan, anjing hanya butuh waktu 10 detik untuk mengendus sampel virus lalu menunjukkan hasil skrining dengan menggaruk kaki, berbaring, menggonggong, atau gelagar lainnya.
Apabila hasilnya "reaktif", penumpang diminta untuk melakukan tes PCR untuk COVID-19 demi memastikan akurasi dari si anjing.
Empat ekor anjing yang bernama ET, Kossi, Miina, dan Valo ini juga telah menjalani pelatihan untuk skrining kanker, diabetes, dan penyakit lain
Advertisement
Bekerja Bergantian
Selain itu, anjing yang ditugaskan pun akan bekerja secara bergantian yaitu dua ekor per sesinya, sementara yang lain akan beristirahat.
"Anjing perlu istirahat dari waktu ke waktu. Jika aromanya mudah, tidak terlalu membuat anjing lelah. Namun jika ada banyak aroma baru, anjing lebih mudah lelah," kata Anette Kare dari Finland’s Smell Detection Association.
Pemerintah setempat pun mendukung eksperimen ini. Timo Aronkyto, Wakil Walikota Vantaa yang merupakan wilayah bandara ini berada, menyebut bahwa program ini menelan biaya 300 ribu euro. Angka ini dirasa lebih rendah ketimbang metode tes massal lainnya.
Dikutip dari The Guardian, Profesor Dominique Grandjean, dari National Veterinary School of Alfort, Prancis, mengatakan bahwa anjing tidak mengendus virus itu sendiri.
Alih-alih, mereka "menunjukkan" bahan kimia yang mudah menguap, yang diproduksi ketika virus menginfeksi sel dan dilepaskan oleh tubuh.
Grandjean mengatakan, bahan kimia ini diproduksi baik oleh seseorang yang bergejala atau tidak, serta dalam kondisi virus masih aktif. Sehingga, kemungkinan besar anjing tidak akan menemukan virus yang sudah mati.
Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam
Advertisement