Lemon dan Jahe, Kebutuhan Dapur Terlaris Selama Pandemi Berlangsung

Peningkatan permintaan terhadap lemon dan jahe secara online mencapai dua kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 28 Sep 2020, 15:03 WIB
ilustrasi jus lemon untuk menjaga sistem imun tubuh/pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 mengingatkan manusia bahwa gaya hidup sehat tak bisa dianggap remeh. Mengonsumsi makanan dan minuman bernutrisi menjadi bagian penting dalam keseharian. Dari sederet kebutuhan dapur, lemon dan jahe ternyata paling laris dibeli konsumen selama masa pandemi berlangsung.

"Selama pandemi. permintaan jahe dan lemon itu meningkat cukup signifikan. Bisa mencapai dua kali peningkatan permintaannya," kata David S.Gunawan, Founder & CEO Eden Farm, kepada Liputan6.com, Sabtu, 26 September 2020.

Jahe yang mengandung senyawa aktif gingerol diyakini bermanfaat melawan virus penyebab infeksi saluran pernapasan. Jahe juga memiliki efek antiradang dan antioksidan yang menambah imun dan kebugaran tubuh. "Begitu juga dengan buah lemon yang mengandung vitamin C," kata David lagi.

Sementara, permintaan produk seperti cabai, bawang, sayur hijau, dan buah lain, dinilai konsisten baik sebelum maupun di masa pandemi. "Karena memang kebutuhan dasar," sahut dia.

Pandemi juga mengubah pola belanja masyarakat. Konsumen perlahan tak segan lagi memesan kebutuhan dapurnya secara online. Selain dinilai lebih aman karena tidak harus berdesakan di pasar, harganya juga cukup bersaing.

"Keraguan yang umum terjadi (saat belanja online) adalah karena konsumen tidak bisa langsung memilih sayur/buah jika berbelanja online," ujarnya.

Maka itu, sambung dia, penting untuk memilih suplier yang kredibel. Jangan segan untuk membaca ulasan konsumen yang pernah berbelanja lebih dulu. Tujuannya agar tidak membeli kucing dalam karung. Selain itu, pilih supplier yang menyediakan ragam produk terlengkap agar tak perlu memesan ke banyak tempat. Dengan begitu, bisa menghemat biaya pengantaran.

"Bandingkan harga dari beberapa supplier. Hati-hati karena tiap supplier memiliki sistem harga yang berbeda, ada yang harga/kg, harga/gram, harga/250gram, dan sebagainya," imbuh David.

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Solusi 2 Arah

Founder dan CEO Eden Farm, David S Gunawan, di salah satu gudang penyortiran bahan kebutuhan dapur. (dok. Eden Farm/Dinny Mutiah)

Yang tak kalah penting adalah menentukan besaran bujet belanja kebutuhan pokok. Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Barulah memilih metode belanja online yang paling sesuai, apakah melalui aplikasi, Whatsapp, ataupun market place.

Eden Farm pada tahun ini meluncurkan aplikasi Farm untuk pebisnis dan layanan pemesanan via Whatsapp otomatis yang memungkinkan masyarakat melihat katalog produk beserta harga dan memesan secara mandiri. Sempat menggarap hanya pasar business to business (B2B), penyedia kebutuhan dapur itu kini juga merambah ke segmen end-consumer.

"Aplikasi dan WhatsApp otomatis memberikan efisiensi bisnis yang lebih baik bagi Eden Farm, karena semua order yang masuk di-input secara otomatis ke dalam sistem. Kami masuk ke market place untuk menjangkau lebih banyak pangsa pasar, terutama end consumer," sambung David.

Sejauh ini, peningkatan pesanan melalui Whatsapp chat sginifikan, sekitar 83 persen antar-bulan. Peningkatan tersebut, sambung dia, memberi harapan kepada petani yang di masa pandemi justru banyak yang merugi. Melalui dua program, Eden Farm Sourcing Center (ESC) dan Eden Farm Distribution Network, petani mitra Eden Farm yang mencapai 1.000 orang bisa mendapatkan harga yang lebih stabil.

"ESC adalah program kerja sama langsung dengan petani untuk menentukan pola tanam, kepastian harga jual, dan kepastian jumlah hasil tani yang diambil setiap harinya, sedangkan EDN adalah jaringan distribusi yang dibuat Eden Farm dengan memberdayakan banyak masyarakat," kata dia.

Di samping, Eden Farm tetap memprioritaskan 20 ribu UMKM dan pelapak pasar sebagai konsumen utama. Pihaknya menyediakan program cicilan bagi pelanggan untuk membantu mereka memulai lagi usaha kulinernya di masa sulit.

Infografis Siaga Darurat Karhutla Saat Pandemi Covid-19. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya