Satgas Ingatkan Tak Ada Daerah Aman Covid-19 hingga soal Konspirasi

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo tak henti-hentinya meminta masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penularan virus Corona Covid-19.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 28 Sep 2020, 18:31 WIB
Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo menyampaikan RS Rujukan COVID-19 di Jakarta yang penuh itu dari adanya kapasitas tempat tidur di bawah 10 unit saat dialog di Media Center COVID-19, BNPB, Jakarta, Minggu (13/9/2020). (Tim Komunikasi Satgas COVID-19)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo kembali menyampaikan perkembangan terkini kasus virus Corona di Indonesia.

Salah satunya, Doni tak henti-hentinya meminta masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penularan virus Corona Covid-19.

Karena dia menganggap, apabila suatu daerah sudah ditemukan kasus Corona, maka wilayah tersebut dipastikan tidak lagi aman.

"Dalam masa pandemi ini, tidak ada senjengkal tanah pun di wilayah yang telah menjadi status pandemi menjadi aman. Tidak ada. Oleh karena itu kita harus selalu waspada, tidak boleh lengah," kata Doni dikutip dari siaran pers tertulis, Minggu, 27 September 2020.

Tak hanya itu, Doni kembali menekankan pentingnya standardisasi masker berkualitas tinggi di zona merah Covid-19.

Berikut 4 hal yang disampaikan Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Doni Monardo dihimpun Liputan6.com:

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tak Ada yang Aman

Di Graha BNPB, Jakarta, Senin (8/6/2020), Ketua Gugus Tugas Nasional Doni Monardo mengatakan, wilayah administratif setingkat kabupaten/kota yang masih bertahan di zona hijau berjumlah 92. (Dok Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Doni Monardo tak henti-hentinya meminta masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan demi mencegah penularan virus Corona.

Pasalnya, kata dia, setiap daerah yang telah memiliki pasien Covid-19, maka wilayah tersebut tidak lagi aman dari virus Corona.

"Dalam masa pandemi ini, tidak ada senjengkal tanah pun di wilayah yang telah menjadi status pandemi menjadi aman. Tidak ada. Oleh karena itu kita harus selalu waspada, tidak boleh lengah," kata Doni dikutip dari siaran pers tertulis, Minggu, 27 September 2020.

 


Ingatkan Daerah Zona Merah Perlu Standardisasi Masker

Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo saat Rapat Koordinasi Pimpinan (Rakorpim) Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) dan Kementerian/Lembaga (K/L) di Kawasan Wisata Lagoi, Bintan, Kepulauan Riau, Jumat (25/9/2020). (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Doni menekankan pentingnya standardisasi masker berkualitas tinggi di zona merah Corona Covid-19.

Dia menilai, daerah dengan risiko tinggi penularan Covid-19 memerlukan masker dengan filterisasi tinggi, sehingga dapat mencegah virus.

"Masker ini semuanya berguna, tidak ada yang tidak berguna. Namun, daerah zona merah, risiko tinggi perlu kita buatkan standardisasi," ujar Doni Monardo saat memberikan keterangan pers usai rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Senin (28/9/2020).

Menurut dia, tim Satgas Covid-19 bersama beberapa perusahaan telah memproduksi masker buatan lokal.

Doni menyebut masker ini memiliki kemampuan menyaring virus hingga 80 persen dan telah mendapat rekomendasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

"Tim dari satgas telah membuat masker yang diproduksi lokal, tapi punya standar filter cukup tinggi 70-80 persen. Ini sudah mendapatkan rekomendasi dari BPPT dan perusahaan di Jerman," jelas dia.

 


Orang Terdekat Berpotensi Jadi Penular

Ketua Satgas COVID-19 Doni saat Rapat Koordinasi Pimpinan (Rakorpim) Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) dan Kementerian/Lembaga (K/L), di Kawasan Wisata Lagoi, Bintan, Kepulauan Riau, Jumat (25/9/2020). (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

Doni mengatakan, orang-orang terdekat berpotensi menjadi penular Covid-19 dan menekankan pentingnya menjalankan protokol kesehatan untuk menghindari risiko penularan tersebut.

"Bukan orang yang jauh dari kita. Yang menulari kita adalah orang yang terdekat, siapa orang terdekat, yakni keluarga, saudara, sanak, famili, atau teman sekerja. Itulah yang berpotensi," kata Doni.

"Jadi sebenarnya kita yang terdekat satu sama lain itu adalah saling mengancam kalau tidak hati-hati," Doni menambahkan.

Dalam Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 bersama Pemerintah Provinsi Aceh di Aceh, Sabtu, 26 September 2020, Doni juga mengingatkan seluruh lapisan masyarakat bahwa perantara utama penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 adalah manusia.

"Covid-19 ini yang menyebarkan bukan seperti flu burung atau flu babi. Flu babi dan flu burung ditularkan oleh hewan, Covid-19 ini ditularkan oleh manusia," katanya.

Menurut data Satgas Penanganan Covid-19, tujuh persen penderita Covid-19 yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 Wisma Atlet Jakarta adalah mereka yang tidak beraktivitas di luar rumah, menunjukkan bahwa mereka tertular dari orang-orang terdekat mereka.

Doni mengemukakan ancaman penularan virus dari orang-orang yang terserang Covid-19 namun tidak mengalami gejala sakit.

"OTG (orang tanpa gejala) ini adalah silent killer, ini adalah pembunuh potensial. Kalau mereka masih berada di luar, mereka sendiri tidak sadar, dia pergi kemana-mana, kemudian ketemu dengan keluarganya, saudaranya, orang yang dicintainya dan secara tidak langsung menulari. Ini yang berbahaya," tutur Doni.

 


Bukan Konspirasi dan Jangan Anggap Enteng

Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Doni Monardo menegaskan COVID-19 berbahaya, tapi manusia pembawa virus Corona saat rapat koordinasi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (25/9/2020). (Badan Nasional Penanggulangan Bencana/BNPB)

 

Untuk itu, Doni menekankan pentingnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya virus Corona. Doni menegaskan bahwa penyakit yang menyerang sistem pernapasan itu benar-benar nyata dan bukan rekayasa.

"Covid-19 ini nyata. Bahwa Covid-19 ini bukan rekayasa. Bahwa Covid-19 ini bukan konspirasi," ucap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu.

Doni melihat bahwa masyarakat masih sulit menerapkan protokol kesehatan, terutama dalam menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Hal itu banyak terjadi di beberapa daerah.

Berdasarkan hasil sejumlah survei termasuk dari Balitbankes Kementerian Kesehatan pada Juli 2020, banyak sekali masyarakat yang menganggap bahwa mereka tidak akan terkena Covid-19 dan meyakini virus Corona tidak ada.

Padahal secara global, korban meninggal akibat virus tersebut telah mencapai satu juta jiwa dan hampir setara dengan korban Perang Dunia I.

Menurut dia, dalam rangka memutus mata rantai penularan Covid-19 melalui penerapan protokol kesehatan harus dilakukan secara bersama-sama. Sebab, setiap manusia berpotensi menulari maupun tertular virus corona jenis baru dan itu lebih berbahaya.

"Covid-19 berbahaya. Tetapi manusia yang membawa Covid-19 atau sebagian carrier itu jauh lebih berbahaya," tegas Doni.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya