2 Tahun Tsunami Palu: Perjuangan Pulihkan Pertanian di Tengah Pandemi

Pemulihan sektor pertanian padi di Sulawesi Tengah hingga 2 tahun usai gempa dan tsunami pada 28 September 2018 lalu terus dilakukan.

oleh Heri Susanto diperbarui 29 Sep 2020, 06:00 WIB
Para petani sedang menanam di lahan sawah di Desa Bahagia, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi pada Juni, 2020. (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Liputan6.com, Palu Pemulihan sektor pertanian padi di Sulawesi Tengah hingga 2 tahun usai gempa dan tsunami Palu pada 28 September 2018 lalu terus dilakukan. Upaya itu difokuskan pada dampak kerusakan Irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi serta situasi pandemi Covid-19 yang membuat penurunan luas tanam.

Hingga 2 tahun usai gempa dan tsunami yang melanda Kota Palu, Sigi, Donggala, pemulihan sektor pertanian masih terus didorong setelah terpuruk akibat Irigasi Gumbasa di Kabupaten Sigi yang rusak.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DPTH) Sulteng, Trie Iriany Lamakampali mengungkapkan dari 8.000 hektare lahan sawah yang lumpuh akibat terhentinya pengairan dari Irigasi Gumbasa, hingga akhir tahun 2019 baru 1.000 hektare yang sudah diairi setelah perbaikan saluran irigasi dilakukan oleh kementerian PUPR.

"Yang pasti berdampak pada produksi padi se-Sulawesi Tengah karena Kabupaten Sigi termasuk daerah lumbung padi Sulteng," Kadis DPTH Sulteng, Trie Iriany Lamakampali mengungkapkan, Rabu (23/9/2020).

Penurunan itu menurutnya tampak pada realisasi luas tanam padi Sulteng. Tahun 2020 dari target 286.720 hektare luas tanam, hingga pertengahan September 2020, realisasinya baru 232.927 hektare. Walau begitu, Iriany mengaku di sisa waktu tahun 2020 ini pihaknya berusaha menggenjot realisasi tanam.

"Sigi kehilangan banyak luas tanam akibat bencana. Makanya kami berusaha minimal hingga akhir tahun 2020 ini bisa menyamai capaian luas tanam tahun 2019 yang seluas 260.382 hektare," katanya.

Simak video pilihan berikut ini:


Intervensi pada Masa Pandemi

Kadis DPTH Sulteng Trie Iriany Lamakampali saat memberi keterangan seputar penanganan kondisi pertanian pascabencana, di kantornya, Rabu (23/9/2020). (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Saat ini, kata Trie pihaknya masih terus mengintervensi pertanian utamanya mencegah dampak pandemi Covid-19. Di Sigi misalnya, Trie bilang pihaknya mendorong para petani beralih ke tanaman padi ladang atau tanaman lain pengganti padi sawah sebagai solusi sementara menunggu selesainya perbaikan jaringan Irigasi Gumbasa.

"Di sisi lain kami dengan pihak terkait lain juga terus berupaya memenuhi kebutuhan sumur dangkal untuk petani. Paling tidak para petani di sana bisa beraktivitas untuk perekonomiannya," jelas Trie.

Pola tanam seperti itu disebutnya juga bisa jadi solusi keterbatasan benih padi di Sulawesi Tengah yang masih harus didatangkan dari luar daerah. Khusus penanganan saat situasi pandemi, Trie bilang sesuai dengan instruksi Kementerian Pertanian, pihaknya secara berkala menggelar pasar tani agar produk pertanian bisa langsung diakses masyarakat.

"Hasil ini hasil-hasil pertanian yang harganya jatuh akan kami talangi denan harga layak dan hasil pertanian itu akan kami bagi ke warga kurang mampu," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya