Punya Banyak Lahan Tidur, Bintuni Berpotensi jadi Produsen Kopi Skala Nasional

Kabupaten Bintuni memiliki luas 20.841 km2 di mana masih banyak lahan tidur yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat langsung.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Sep 2020, 20:06 WIB
Ratusan hektare tanaman kopi robusta di lereng Gunung Semeru atau kolesem memasuki panen raya. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat merupakan kabupaten terbesar yang meliputi 21 persen dari komposisi keseluruhan provinsi. Negeri Sisar Matiti itu bukan hanya kaya dengan potensi biota mangrove dan sumber daya alam (SDA) tak terbaharukan, namun dari kultur masyarakat asli yang gemar bertanam palawija, Teluk Bintuni menyimpan potensi perkebunan yang luar biasa.

Kabupaten ini memiliki luas 20.841 km2. Di mana dengan luasan tersebut, masih banyak lahan tidur yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat langsung.

Bupati Teluk Bintuni Petrus Kasihiw melihat potensi ini untuk beberapa komoditas yang bisa menjadi efek berantai untuk memenuhi visi misi Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni, yakni Mewujudkan Teluk Bintuni yang Maju, Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing.

“Pada perjalanan dinas yang saya lakukan ke Jakarta dan beberapa daerah bulan kemarin, sempat kami berdiskusi semi-riset dengan pihak dari Institut Pertanian Bogor untuk melihat potensi kebun kopi di Teluk Bintuni. Ternyata Teluk Bintuni ini bisa punya potensi untuk memiliki varian kopi yang unik. Tapi nanti hal ini akan diriset lebih lanjut,” ujar Petrus dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (28/9/2020).

Menurut Petrus, ada beberapa distrik di Teluk Bintuni yang cocok untuk dikonsentrasikan menjadi sentra dari produksi kopi khas Teluk Bintuni. Petrus melihat potensi perkebunan kopi ini sebagai upaya penyelarasan visi misi kabupaten, dengan potensi munculnya industri-industri baru di Teluk Bintuni, nantinya.

“Ke depan ini kan akan ada industri petrokimia dan lainnya di Teluk Bintuni. Nah potensi industri ini saya lihat ke depan, akan membuat Teluk Bintuni semakin ramai. Dari ramainya Teluk Bintui ini, tentunya harus dibarengi dengan munculnya sebuah potensi baru. Saya melihat industri kopi di Teluk Bintuni sebagai salah satu potensi yang harus dimunculkan,” imbuhnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Geliat Ekonomi

Bubuk kopi bekerja sebagai exfoliant yang sangat baik, sehingga bisa menjadi bahan alami yang bagus untuk scrub bibir buatan sendiri.

Petrus menambahkan, potensi industri kopi bisa menjadi geliat ekonomi baru yang diselaraskan dengan perubahan demografi Teluk Bintuni nantinya, setelah industri Petrokimia dan lainnya mulai berdiri.

“Industri kopi di Indonesia, bahkan dunia ini kan dari dulu tidak pernah mati. Bahkan sekarang begitu banyaknya warung kopi yang menjamur kan? Nah Bintuni ini punya potensi lahan tidur. Jika pandemi ini selesai, kita segera garap itu perkebunan untuk melihat hasilnya. Nantinya potensi ini tentu akan menjadi geliat tersendiri. Misalnya dengan adanya perkebunan kopi, nanti coffee shop – coffee shop juga akan bertebaran di kabupaten ini untuk melayani potensi keramaian di Teluk Bintuni akibat munculnya industri Petrokimia di depan,” katanya.

“Adanya industri kopi mulai dari perkebunan sampai paska produksi ini tentu membutuhkan skill-skill baru. Ini yang tadi saya bilang selaras dengan pembangunan manusia di Teluk Bintuni. Nanti akan ada pelatihan, kita datangkan dari tenaga-tenaga ahli tentang tanaman kopi, juga coffee connoisseur (ahli tester kopi), juga peracik-peracik atau barista untuk melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat di Teluk Bintuni,” lanjut Petrus.

Menurutnya, dari industri kopi akan memunculkan tiga potensi profesi yang akan memaksimalkan pembangunan SDM di Teluk Bintuni. Ini merupakan potensi pengenalan pariwisata Teluk Bintuni.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya