Siswi SMP Surabaya Olah Sampah Plastik Jadi Tas hingga Dompet

Seorang siswi kelas 8 SMPN 61 Surabaya, Estetia Mustika Shani berinisiatif mengolah sampah sachet jadi barang berguna.

oleh Erik diperbarui 29 Sep 2020, 11:06 WIB
Ilustrasi sampah plastik. (dok. RitaE/Pixabay/Tri Ayu Lutfiani)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang siswi kelas 8 SMPN 61 Surabaya, Estetia Mustika Shani mendapatkan penghargaan Putri Lingkungan Hidup Kota Surabaya 2020 berkat kemampuannya dalam mengolah sampah plastik menjadi produk yang bernilai ekonomi.

"Melihat sampah sachet  terbuang sia-sia, Estetia, siswi kelas 8 SMPN 61 Surabaya manfaatkan sampah sachet menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai jual," dikutip dari video di Instagram @banggasurabaya.

Saat sampah plastik masih mempunyai nilai jual, banyak pengepul dan pengelola bank sampah yang mencari sampah. Hal tersebut berdampak langsung pada pengurangan sampah plastik di lingkungan.

Namun, setelah era tersebut selesai, dan sampah mulai berkurang nilai ekononi, maka berakibat pada penumpukan sampah. Melihat hal itu, Estetia melirik persoalan tersebut dan menyulapnya menjadi peluang bisnis baru.

"Motivasi awal saya, saya sering menumpai sampah plastik itu terbuang sia-sia, terbuang sembarangan. Dan memang, dulunya plastik itu laku dijual di pengepul atau di bank sampah,” ujar dia.

Satu kilogram sampah, ia menuturkan, dihargai dengan harga Rp 500. Akan tetapi, pada pertengahan 2019, sampah saset ini sudah tidak laku dijual di pengepul dan bank sampah.

"Masyarakat sudah tidak termotivasi untuk mengumpulkan sampah. Dari situ, saya muncul ide untuk mengolah sampah sachet tersebut menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai jual. Sehingga pada saat pandemi seperti saat ini bisa menambah perekonomian warga," ucapnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Menggelar Workshop Pengolahan Sampah

Sampah plastik dikumpulkan untuk membuat BBM alternatif di Bank Sampah Sriwijaya Bersatu di Kecamatan Kalidoni Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Melihat peluang yang dapat dihasilkan dari sampah, warga jadi tertarik untuk kembali mengumpulkan sampah.

"Saya melakukan sosialisasi kepada warga tentang dampak dari sampah, dana saya juga mengajak mereka mengolah sampah sachet yang dihasilkan,” katanya.

Workshop yang digelar pun mendapat hasil yang signifikan. Banyak warga yang kemudian bertanya mengenali pengolahan sampah.

“Sudah ada tujuh warga yang sudah bisa mengolah sampah sachet sendiri,” ucapnya.

Mengenai proses pengolahan sampah menjadi barang yang laku dijual, Estetia mengatakan, tahap pertama adalah mengumpulkan sampah. Setelah itu, menyemprotnya dengan disinfektan.

“Sampah itu lalu dipilah sesuai jenisnya, agar mudah dalam proses pencucian. Terus digunting dan dicuci lalu dibuat produk,” ujar Etetia.

Produk yang dihasilkan umumnya merupakan kerajinan tangan seperti tas dan hiasan.

 


Tantangan dan Harapan

Komunitas Sea Monkey Project kumpulkan dan daur ulang sampah plastik di sekitar garis pantai Tioman, Malaysia. (dok. Instagram @seamonkeyproject/ https://www.instagram.com/tv/CFWh0WjneMQ/?igshid=1e5hd10un3ecq/ Brigitta).

Di tengah kesadaran masyarakat yang belum merata mengenai dampak sampah plastik, Estetia menyebut tantangan terbesar dalam mengolah sampah adalah mengajak masyarakat.

"Masyarakat ada yang peduli ada yang tidak, mengajak pemilik warung, ada yang mau dikumpulin ada yang tidak,” katanya.

Dari situ dirinya mengaku lebih semangat lagi dalam mengedukasi masyarakat untuk mengumpulkan sampah plastik.

Estetia berharap nanti bisa lebih banyak masyarakat yang ikut terlibat dalam proyek pengolahan sampah dan bisa mengurangi jumlah sampah plastik.

"Semoga masyarakat bisa meminimalisir sampah saset khususnya di Kota Surabaya. Meskipun sampah plastik bisa dijadikan produk, tapi kita harus meminimalisir penggunaannya," ujar Estetia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya