Liputan6.com, Jakarta - Tingkat kesakitan dan kematian pasien gagal jantung sangat tinggi. Bahkan, kualitas hidupnya pun jauh lebih buruk dibandingkan penyakit jantung lainnya.
Belum lagi biaya pengobatan dan perawatan pasien gagal jantung sangat tinggi, yang dipicu pasien harus menjalani perawatan di rumah sakit berulang-ulang, saat gejala memburuk.
Hal ini disampaikan Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Siti Elkana Nauli, seperti dikutip dari rilis yang diterima Health Liputan6.com pada Selasa, 29 September 2020. Bersamaan dengan perayaan Hari Jantung Sedunia 2020 (World Heart Day)
"Angka harapan hidupnya selama lima tahun hanya sekitar 50 saja. Untuk pasien rawat inap, angka kematiannya bahkan lebih tinggi lagi, yakni 17 sampai 20 persen akan meninggal dalam waktu 30 hari dirawat," kata Siti.
Baca Juga
Advertisement
Siti, mengatakan, meskipun tidak sebanyak penderita jantung koroner, tapi sebagian besar kasus gagal jantung bersifat permanen dengan angka harapan hidup lebih rendah.
Gagal jantung, jelas Siti, adalah sebuah kondisi saat fungsi jantung dalam memompa darah sudah tak maksimal.
Darah yang dipompa tidak mampu lagi mencukupi kebutuhan seluruh jaringan tubuh. Akibatnya, pasien mengalami gejala seperti mudah lelah dan sesak napas saat beraktivitas.
"Berat ringannya gejala tergantung tahapan atau stage gagal jantung," ujarnya.
Simak Video Berikut Ini
Penyebab Terbanyak Terjadinya Gagal Jantung
Menurut Siti, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan perhimpunan dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Indonesia melalui registri data pasien jantung antara 2017 sampai sekarang, dari sekitar 2.000 pasien gagal jantung, mayoritas disebabkan hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes.
Dengan adanya komplikasi, lanjut Siti, menyebabkan proses pengobatan menjadi lebih sulit.
"Bahkan, pasien bisa resisten dengan pengobatan dan akhirnya jatuh pada gagal jantung tahap akhir," ujarnya.
Advertisement
Hari Jantung Sedunia 2020
Tanggal 29 September diperingati sebagai Hari Jantung Sedunia atau World Heart Day. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyebutkan setidaknya 15 dari 1.000 orang atau sekitar 2.784.064 individu di Indonesia menderita penyakit jantung.
Gagal jantung sendiri memengaruhi lebih dari 60 juta orang di seluruh dunia, dan prevalensinya di Indonesia mencapai 5 persen dari total populasi.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan data prevalensi gagal jantung di populasi Eropa dan Amerika yang berkisar antara 1 sampai 2 persen, kata Siti.
Menurut Siti, rata-rata usia perawatan akibat gagal jantung di Indonesia cenderung lebih muda atau di kisaran umur 58 tahun, dibandingkan data yang sama di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand yang rata-rata di usia 60 tahun ke atas.
Baca Juga
Infografis Jantung
Advertisement