Liputan6.com, Jakarta - PT Toyota Astra Motor memprediksi penjualannya mobil tidak akan mencapai 600 ribu unit hingga akhir tahun 2020. Hal ini lantaran dampak pandemi Covid-19 yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
“Prediksi akhir tahun memang ini susah-susah gampang, di tengah kondisi ini memberikan semacam prediksi dari Gaikindo memang disepakati mungkin beberapa bulan lalu angka 600 ribu unit mobil sebagai total penjualan market di tahun ini,” kata Marketing Director PT. Toyota Astra Motor, Anton Jimmi Suwandy dalam Workshop Wartawan Industri 2020, Selasa (29/9/2020).
Advertisement
Namun menurutnya, dari segi pangsa pasar di masa pandemi ini, penjualan diyakini tidak akan mencapai angka 600 ribu unit penjualan hingga akhir tahun 2020 ini. Anton memprediksikan penjualan hanya akan tercapai di angka dibawah 600 ribu unit saja.
“Untuk mencapai 600 ribu unit rasanya tidak, kita melihat bulan per bulan mungkin di bawah 600 ribu unit. Bayangan kita marketnya mudah-mudahan tidak terlalu jauh dari 600 ribu unit jadi sekitar 550 ribu ke atas itu harapan kami,” ujarnya.
Kendati begitu, pihaknya akan berupaya terus agar penjualan Toyota bisa terus meningkat seiring pertumbuhan perekonomian Indonesia yang membaik. Sejauh ini pihaknya memanfaatkan digitalisasi, agar proses penjualan mobil dan lainnya tetap berjalan.
Anton mengatakan, kini pihaknya tidak bisa lagi mengadakan dan membuka showroom untuk pameran di pusat perbelanjaan seperti biasanya, lantaran adanya PSBB dan social distancing. Maka dari itu pihaknya menggunakan channel digital dengan mengadakan virtual expo.
“Kita sekarang hanya ada 3 channel, yakni membatasi jumlah pengunjung yang datang langsung ke Showroom, kedua melalui virtual expo atau website Toyota; ketiga, pelayanan melalui kontak telepon atau whatsapp dan memanfaatkan database yang dimiliki untuk mempromosikan,” ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penjualan Digital
Prospek dari digital cukup menjanjikan, dimana sebelum adanya Covid-19 prospek yang dihasilkan hanya 15-20 persen saja, sedangkan setelah pandemi prospek digitalisasi meningkat 40-50 persen. Artinya, minat masyarakat untuk memiliki kendaraan masih tinggi.
Disamping itu, Anton menyebutkan masih ada kendala dalam penerapan digitalisasi di semua cabang perusahaan seperti di dealer-dealer dan lainnya. Pada awal-awal peralihan cara kerja menjadi digital dalam melayani konsumen, para dealer dan lainnya mengalami kesulitan.
“Kendalanya, sebenarnya bukan berarti selama ini kami tidak melakukan digitalisasi. Tapi kami sudah melakukan dan kami sudah memproyeksikan pengembangan ini sampai 2 sampai 3 tahun kedepan tapi dengan adanya pandemi ini rencana 2-3 tahun kedepan itu harus dipercepat. Sehingga dealer Kami harus belajar atau menyesuaikan bagaimana berkomunikasi bernegosiasi menjelaskan produk melalui dunia digital,” pungkasnya.
Advertisement