Liputan6.com, Jakarta - Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja mengungkapkan, seluruh perusahaan khususnya di industri perbankan kini tengah berupaya melakukan transformasi digital, khususnya di era pandemi Covid-19 saat ini.
Oleh karenanya, ia mengatakan, banyak perusahaan kini tengah berebut untuk mencari para pekerja di bidang informasi teknologi (IT), terutama yang berasal dari kelompok generasi muda (milenial).
Advertisement
"Jadi ini adalah sesuatu transformasi yang harus kita siapkan, dan jujur kata merekrut teman-teman teknologi milenial ini sekarang tidak gampang. Karena persaingan kita tidak hanya sesama bank. Karena mereka juga dibutuhkan oleh fintech, oleh macam-macam perusahaan, membutuhkan mereka. Sehingga mereka yang kadang-kadang memilih mau kerja di mana," ujarnya dalam sesi webinar, Selasa (29/9/2020).
Jahja mencontohkan, Bank BCA kini mempekerjakan sekitar 500 pekerja di sektor pengembangan, data center hingga infrastruktur pendukung teknologi digital. Lalu sekitar 300 pekerja yang mendukung kegiatan operasional.
"Yang lain itu adalah yang melakukan arsitekturnya, digital innovation, kemudian data management, IT management. Jadi demikian ada pembagian data yang harus disiapkan agar mereka itu ke-trigger," ungkapnya.
Para pekerja tersebut ditarik untuk mengisi posisi di sekitar 40 perusahaan kecil (mini company) yang jadi anak usaha. Tiap mini company memiliki beberapa scrum team yang terdiri dari kombinasi beberapa pekerja dengan lintas disiplin ilmu beragam.
"Mini company ini ada beberapa scrum team, dimana ada product owner. Karena kita tahu, misal ATM, ATM ini bukan ATM sendiri, ada untuk flaschard, untuk transfer-transfer, dimana dibalik itu ada sub-product yang harus ada people in-charge di situ, mengerti bisnisnya, tahu kebutuhannya, tahu gunanya untuk apa saja," paparnya.
Dengan begitu, Jahja menyatakan, kehadiran mini company di bawah BCA itu dapat mengolah data dengan cepat tanpa perlu menunggu persetujuan langsung dari pusat.
"Adanya mini company, scrum team ini, kita bisa cepat ambil decission untuk ratusan topik dalam waktu yang singkat," pungkas Jahja.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Hapus Posisi Back Office, BCA Komitmen Tak PHK Pekerja
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menyatakan, industri perbankan di Tanah Air tak bisa terlepas dari perkembangan teknologi digital yang semakin menjamur. Oleh karenanya, ia mengimbau seluruh bank di Indonesia untuk mau bertransformasi digital, khususnya secara internal.
"Saya pikir, mungkin dari 100 bank lebih di Indonesia ini tidak semuanya sanggup atau berat secara advance masuk di digital payment. Tetapi yang it's a must adalah digitalisasi internal. Karena kita mengalami sekali," imbuhnya dalam sesi webinar, Selasa (29/9/2020).
Jahja menceritakan, teknologi mesin kini sudah menggantikan beberapa peran manusia di BCA. Sebagai contoh staf back office, yang dahulu jumlahnya di kantor BCA bisa ratusan orang.
Lantas setelah perannya tergantikan oleh teknologi, apakah BCA melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada seluruh karyawan back office-nya?
"Sekarang ini tidak perlu, tidak ada orang yang melakukan itu (tugas back office). Semuanya sudah automation. Untuk back office processing ya di setiap cabang, kita kan ada back office. Nah ini sebagian besar sudah automation," ungkap Jahja.
"Inilah yang kemarin sampai timbul isu kita akan PHK. Enggak, kita tidak akan PHK. Kita akan coba mentransformasi. Tetapi pekerjaannya itu hilang. Pekerjaan back office di setiap cabang itu hilang," tegasnya.
Tidak hanya back office, Jahja menambahkan, peran akuntan/accounting di hampir seluruh kantor cabang BCA juga kini sudah diotomatisasi.
"Ini saya kira setiap bank wajib untuk mengembangkan efisiensi di setiap masing-masing bank. Karena ini bisa membuat suatu culture mulai sadar akan digital dan teknologi, saya yakin sudah banyak yang melakukan itu. Tetapi yang belum tetap konsentrasi untuk hal itu," ujar dia.
Advertisement
Turut Dicatut FinCEN, BCA Pastikan Ikuti Aturan Anti Pencucian Uang
Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) melaporkan bocoran data seputar aliran dana mencurigakan yang keluar masuk melalui perbankan besar di dunia, termasuk di perbankan Indonesia.
Di dalam negeri, tercatat 19 bank memiliki aliran dana yang janggal, dengan total nilai mencapai USD 504,65 juta atau sekitar Rp7,41 triliun. Adapun BCA tercatat ada 19 transaksi dengan nominal uang diterima mencapai USD 753,760 juta.
Meluruskan kabar yang beredar, Executive Vice President Secretariat and Corporate Communication BCA, Hera F Haryn, memastikan seluruh operasional perusahaan patuh terhadap ketentuan terkait Penerapan Progam Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT).
Perusahaan juga diklaim aktif melakukan monitoring atas semua transaksi nasabah seperti yang telah diatur oleh regulator atas ketentuan tersebut.
"Dalam menjalankan operasional, BCA senantiasa mengikuti dan patuh terhadap ketentuan dan undang-undang terkait Penerapan Progam Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU dan PPT). BCA juga melakukan monitoring atas semua transaksi nasabah seperti yang telah diatur oleh regulator atas ketentuan tersebut," kata dia kepada Merdeka.com, Rabu (23/9).
Tak hanya itu, BCA juga berupaya terus menerus melakukan mitigasi dengan mengevaluasi secara berkesinambungan berdasarkan peraturan mengenai Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme yang berlaku.
"Perseroan berkomitmen terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mencegah terjadinya pencucian uang dan pendanaan terorisme agar tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku secara nasional maupun internasional," tegasnya.
Sebelumnya, FinCEN mencatat sebanyak 496 transaksi mencurigakan yang mengalir ke dan keluar dari Indonesia yang dilakukan 19 bank, dengan total nilai mencapai USD 504,65 juta atau sekitar Rp 7,41 triliun.
Adapun 19 bank itu di antaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kemudian ada juga sejumlah bank swasta besar seperti Bank Central Asia (BCA), Bank DBS Indonesia, Bank Windu Kentjana International, Hong Kong Shanghai Banking Corp (HSBC), CIMB Niaga.
Kemudian Panin Bank, Bank Nusantara Parahyangan, Bank of India Indonesia, OCBC NISP, Bank Danamon, Bank Commonwealth, Bank UOB Indonesia, Bank ICBC Indonesia, Chinatrust Indonesia, Standard Chartered, Bank International Indonesia, hingga Citibank.
Baca Juga