Liputan6.com, Jakarta Di masa sekarang, mengandalkan kekerasan dalam mendidik anak bukanlah metode yang cocok diikuti. Sebab, kekerasan tidak cukup mudah anak Anda memahami maksud dan tujuan orang tua.
Memang, sulit bagi orangtua mengerti karakter anak, tetapi ada baiknya Anda dapat memulainya dengan menjadi sosok terbuka dan pendengar yang baik.
Baca Juga
Advertisement
Jika kekerasan non-verbal berangsur selama tumbuh kembang si buah hati tidak menutup kemungkinan meninggalkan trauma bahan hingga berujung dendam pada anak.
Seperti yang baru-baru ini terjadi melansir dari World of Buzz, seorang remaja laki-laki di Wuhan nekad mengakhiri hidup dari lantai 5 gedung sekolah, usai ibunya menamparnya di depan teman-teman sekelasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kronologinya
Semua bermula dari kenakalan laki-laki tersebut yang ketahuan tengah bermain poker bersama temannya selama jam sekolah. Melihat itu, pihak sekolah meminta remaja tersebut berdiri di koridor sebagai konsekuensi akibat ulahnya.
Tidak sampai di situ, pihaknya pun turut memanggil orangtua mereka untuk dapat memberikan arahan pada anaknya. Tak berapa lama, orangtuanya pun hadir dan tampak sangat marah pada bocah tesebut.
Karena emosi yang tidak terbendung, alhasil tamparan ibunya pun mendarat di pipinya disaksikan oleh beberapa murid yang berada di sekitar lorong tersebut.
Advertisement
Sempat Dilerai Pihak Sekolah
Melihat keributan antara keduanya, pihak sekolah pun berusaha melerai mereka dan membawa sang ibu ke ruangan untuk memberitahu pokok permasalahannya.
Sementara itu, laki-laki tersebut tetap melanjutkan hukuman yang diberikan. Hanya berjarak 3 menit, remaja tersebut mendadak memutuskan mengakhiri nyawanya dengan melompat dari koridor tersebut.
Remaja 14 tahun itu segera dibawa ke rumah sakit. Malangnya, nyawa anak tersebut tidak berhasil diselamatkan. Tepat pukul 9 malam, anak tesebut menghembuskan napas terakhirnya.
Penulis
Ignatia Ivani
Universitas Multimedia Nusantara