Donald Trump Pertanyakan Kebenaran Data COVID-19 di India

Presiden Donald Trump meragukan kebenaran data COVID-19 di India.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 30 Sep 2020, 17:24 WIB
Presiden Donald Trump berbicara selama debat presiden pertama dengan calon presiden dari Partai Demokrat, mantan Wakil Presiden Joe Biden di Case Western University and Cleveland Clinic, Cleveland, Ohio, Selasa (29/9/2020). (Olivier Douliery/Pool vi AP)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden AS Donald Trump telah mempertanyakan kredibilitas statistik India tentang kematian COVID-19.

Ia menyamakan mitra AS tersebut dengan China dan Rusia selama debat perdananya yang berapi-api. 

Mengutip Channel News Asia, Rabu (30/9/2020), Trump menanggapi kritik pedas dari saingannya dari Partai Demokrat Joe Biden, yang menyalahkan Trump atas banyaknya jumlah korban COVID-19 di Amerika Serikat yang telah mencatat lebih dari 200.000 kematian dan lebih dari 7 juta infeksi.

"Ketika Anda berbicara tentang angka, Anda tidak tahu berapa banyak orang yang tewas di China, Anda tidak tahu berapa banyak orang yang tewas di Rusia, Anda tidak tahu berapa banyak orang yang tewas di India," kata Trump dalam debat perdananya di Cleveland.

"Mereka tidak benar-benar memberi Anda hitungan langsung," katanya.

Trump mengatakan bahwa "jutaan" jiwa bisa mati tanpa tindakannya dan sekali lagi menyalahkan pandemi di China, yang pada awalnya menekan berita tentang penyakit itu ketika muncul akhir tahun lalu.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tuduhan kepada India

Konpers Presiden AS Donald Trump mengakhiri hubungan AS dan WHO. Dok: Gedung Putih

Para pemimpin AS sering mengkritik China dan Rusia tetapi jarang bagi mereka untuk mengambil nada negatif pada India, mitra AS yang sedang tumbuh.

Februari lalu, Trump melakukan kunjungan ke India atas undangan Perdana Menteri Narendra Modi, yang memiliki beberapa orientasi nasionalis Trump, dengan kedua pemimpin berbicara bersama.

India secara resmi memiliki lebih dari 6,2 juta kasus virus corona, nomor dua setelah AS.

Tetapi badan pandemi utama India mengatakan pada hari Selasa bahwa jumlah sebenarnya bisa lebih dari 60 juta, mendasarkan temuannya pada tes darah di negara berpenduduk padat itu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya