Liputan6.com, Jakarta Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo berencana menambah jumlah siswa dan menambah sekolah baru untuk melaksanakan simulasi tatap muka pada Oktober mendatang. Hal itu dilakukan karena sekolah tersebut stimulus sekolah tersebut dinilai berjalan dengan baik.
"Kami sudah evaluasi dan hasilnya cukup baik. Setelah dilakukan pengecekan, 97,4 persen ada dukungan orang tua, 95 persen pelaksanaan protokol kesehatan berjalan dengan baik dan 82 persen komunikasi antara orang tua dan guru berjalan baik. Memang tetap harus diperbaiki, agar capaiannya bisa 100 persen," kata Ganjar ditemui di ruang kerjanya, Rabu (30/9).
Advertisement
Dari hasil evaluasi itu, terdapat beberapa temuan yang menjadi catatan. Di antaranya, ada tiga siswa di Temanggung yang tinggal di pondok pesantren, dan dua siswa di Wonosobo yang berangkat menggunakan angkutan umum.
"Solusinya sudah diambil dengan meminta mereka belajar jarak jauh. Nah temuan-temuan ini juga akan menjadi pertimbangan," imbuhnya.
Dengan evaluasi yang menunjukkan hasil baik itu, Ganjar akan kembali melanjutkan simulasi tatap muka di tujuh sekolah tersebut. Bahkan, jumlah siswa yang mengikuti simulasi belajar tatap muka juga akan ditambah.
"Beberapa sekolah lain juga kami persiapkan untuk melaksanakan simulasi ini. Selain sekolah kita, ada juga sekolah luar yang mengajukan, diantaranya SMA Pradita Dirgantara Boyolali dan SMA Taruna Nusantara. Tapi kami minta prosentase siswanya harus terbatas dan simulasi harus ketat," tegasnya.
Penambahan jumlah siswa dan jumlah sekolah lanjut Ganjar tentu dengan mempertimbangkan status zonasi. Tak hanya untuk sekolah baru yang ditunjuk, terhadap tujuh sekolah yang sudah melaksanakan juga akan dievaluasi.
"Tentu semua mempertimbangkan zona, bahkan yang eksisting ini kalau terjadi zonanya naik, saya minta dicek ke Dinas Kesehatan atau Satgas tentang mikrozonasinya. Dicek apakah sekolah itu masuk zona merah, atau tempat tinggal siswanya yang masuk zona merah. Kalau itu terjadi, maka siswanya dilarang sekolah dan kalau sekolahnya berada di zona merah, ya ditutup dulu," pungkasnya.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Padmaningrum menerangkan, pihaknya akan memulai kembali simulasi belajar tatap muka di tujuh sekolah yang ditunjuk pada 5 Oktober mendatang. Jumlah siswanya akan ditambah 100 persen, dari jumlah awal yang mengikuti tatap muka.
Ia mencontohkan, misalnya di SMKN 1 Temanggung yang awalnya diikuti 72 siswa, pada tahap kedua nanti akan ditambah menjadi 180 siswa. Begitu juga di sekolah lain yang telah ditunjuk itu, akan dilakukan penambahan jumlah siswa 100 persen dari tahap awal.
"Selain itu, kami juga melakukan penambahan sekolah yakni di tiga SMK Negeri Jateng baik di Semarang, Pati dan Purbalingga, serta SMA Pradita Dirgantara dan Taruna Nusantara. Kenapa kami pilih sekolah yang berasrama, karena lebih mudah dalam pengaturannya," katanya.
Di sekolah-sekolah baru yang ditunjuk itu lanjut Padma, juga akan dibatasi jumlah siswanya. Misalnya di SMA Taruna Nusantara dengan jumlah siswa lebih dari 1.000, maka hanya diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka pada 150 orang siswa.
"Sambil kami mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan dan juga kesiapan sarana prasarana penunjang lainnya," pungkasnya.
(*)
Baca Juga
KPA Klaten Sosialisasikan Waspada Perilaku LGBT untuk Tingkatkan Kesadaran Bahaya HIV AIDS
Hadir di UNJ, Pramono Ungkap Terobosan Baru Taman 24 Jam hingga Tawarkan JIS sebagai Markas Persija Jika Terpilih
Pramono Singgung Peningkatan Fasilitas Wisata Religi di Jakarta saat Ziarah Makam Habib Luar Batang