Menristek: Indonesia Dapat Mencontoh Jepang Saat Hadapi Gempa dan Tsunami

Sebelumnya, Tim Riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap potensi gempa besar yang dapat memicu tsunami di selatan pulau Jawa.

oleh Ika Defianti diperbarui 30 Sep 2020, 19:56 WIB
Ilustrasi Gempa Bumi (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menyatakan Indonesia dapat mencontoh Jepang dalam menghadapi bencana alam gempa dan tsunami.

Menurut dia, Jepang merupakan salah satu negara yang sering menghadapi bencana tersebut.

"Sekali lagi kita harus tetap siaga, harus tahu penuh apa yang sebenarnya terjadi, dan memang barangkali mentalitas kita harus seperti di jepang. Jepang itu sama dengan Indonesia, negara yang rentan gempa dan tsunami," kata Bambang dalam diskusi daring di YouTube Kemenristek/BRIN, Rabu (30/9/2020).

Dia juga menyatakan, Jepang memiliki sejumlah protokol jelas ataupun mitigasi saat menghadapi tsunami. Dengan begitu masyarakat dapat melakukan langkah-langkah antisipasi saat gempa dan tsunami terjadi. 

"Itu yang patut menjadi perhatian kita. Nantinya perlu kita dalami sebagai upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan tidak untuk menimbulkan kepanikan yang berlebihan di masyarakat," ucap Bambang.

Sebelumnya, Tim Riset dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengungkap potensi gempa besar yang dapat memicu tsunami di selatan pulau Jawa.

Salah seorang anggota tim peneliti tersebut, Endra Gunawan menjelaskan bawah selatan Jawa memang telah diketahui sebagai tempat sumber gempa.

"Nah itu kita bisa deteksi, kita bisa olah, analisis. Dari analisis tersebut menunjukkan bahwa ada potensi saat pengumpulan energi itu yang terjadi di selatan Jawa," kata Endra kepada Liputan6.com, Kamis, 24 September 2020. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


GPS Akurasi Tinggi

Endra menjelaskan, kesimpulan tersebut didapat dari data global positioning system (GPS) dengan tingkat akurasi tinggi.

"Perbandingan dengan GPS di gawai yang biasa kita pakai itu memiliki akurasi belasan meter. Tapi GPS yang digunakan pada penelitian tersebut memiliki akurasi satuan milimeter," jelasnya. 

"Dari data GPS bisa menangkap prosesi tadi, siklus (gempa) itu tadi," katanya. 

Menurut Endra, sebaran potensi gempa besar ada di selatan Jawa Barat, selatan Yogyakarta, selatan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

"Selatan Jawa Barat itu kan belum gempa juga, paling-paling Pangandaran itu masih kecil. Tapi tidak sebesar di Aceh kan?," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya