Studi: Penggunaan Obat Asam Lambung GERD Jangka Panjang Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes

PPI digunakan untuk menurunkan kadar asam lambung dan meredakan gejala yang disebabkan oleh penyakit refluks asam lambung (GERD).

oleh Fitri Syarifah diperbarui 03 Okt 2020, 10:00 WIB
Atasi permasalahan asam lambung dengan pilihan obat yang aman, rekomendasi dari BPOM. (Foto: Ewa Urban/ Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta Penggunaan obat untuk mengobati refluks asam lambung kronis atau GERD dalam jangka panjang dan teratur bisa meningkatkan risiko diabetes tipe 2, tulis sebuah penelitian baru.

Temuan ini merupakan hasil kolaborasi penulis Jinqiu Yuan dan Qiangsheng He bersama dengan The Seventh Affiliated Hospital, Sun Yat-Sen University di Shenzhen, China. Hasil temuannya telah diterbitkan Selasa (29/09/2020) di the journal Gut.

Peneliti Harvard Medical School melaporkan, obat-obatan untuk menurunkan asam lambung atau penghambat pompa proton atau yang biasa disebut proton pump inhibitor (PPI) ini bekerja dengan cara menghambat sel-sel lambung tertentu yang memiliki enzim yang disebut dengan pompa proton yang memproduksi dan melepaskan asam lambung.

Maka dari itu PPI digunakan untuk menurunkan kadar asam lambung dan meredakan gejala yang disebabkan oleh penyakit refluks asam lambung (GERD).

Penghambat pompa proton terdiri atas beberapa jenis dan berbagai merek dagang, antara lain:

- Omeprazole

- Esomeprazole

- Lansoprazole

- Pantoprazole

- Rabeprazole

Meskipun PPI umumnya dianggap aman untuk penggunaan jangka pendek, penggunaan jangka panjang juga dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti patah tulang akibat malabsorpsi kalsium dan infeksi usus (usus) dari sekian efek samping lainnya.

 

Load More

Simak Video Berikut Ini:


Risiko Diabetes

ilustrasi lambung (Sumber: Pixabay)

PPI disebut memiliki dampak besar pada mikrobioma usus, yang dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2, meskipun buktinya masih perlu diteliti lebih lanjut.

Risikonya dikatakan meningkat seiring dengan durasi penggunaan jangka panjang. Para peneliti menemukan bahwa hubungannya lebih kuat ditemukan pada mereka yang memiliki Indeks Massa Tubuh (BMI) lebih rendah atau tekanan darah normal.

“Untuk pasien yang harus menerima pengobatan PPI jangka panjang, skrining untuk glukosa darah abnormal untuk mencegah diabetes tipe 2, direkomendasikan,” tulis peneliti, seperti dikutip Foxnews.

Penemuan ini diambil dari analisis terhadap hampir 205.000 peserta dari tiga kohort AS, Nurses 'Health Study (NHS), NHS II dan Health Professionals Follow-up Study (HPFS), yang mengungkapkan peningkatan risiko bahkan setelah menyesuaikan faktor risiko; “Risiko absolut diabetes di antara pengguna PPI biasa adalah 7,44/1000 orang-tahun dibandingkan dengan 4,32/1000 orang-tahun di antara bukan pengguna,” tulis peneliti.

“Karena penggunaannya yang luas, jumlah keseluruhan kasus diabetes yang terkait dengan penggunaan PPI bisa sangat besar,” peneliti menyimpulkan. Selain itu dokter juga harus menyeimbangkan rasio risiko-manfaat saat meresepkan PPI untuk penggunaan jangka panjang, saran peneliti.


Infografis Tingkat Kematian Covid-19 di Indonesia Lampaui Dunia

Infografis Tingkat Kematian Covid-19 di Indonesia Lampaui Dunia. (Liputan6.com/Abdillah

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya