Bola Ganjil: Leeds United dan Reputasi Tim Curang

Sebelum tampil atraktif bersama Marcelo Bielsa, Leeds United dikenal sebagai tim culas dan kasar. Simak kisahnya.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 01 Okt 2020, 00:30 WIB
Pendukung Leeds United mengangkat spanduk besar saat merayakan kembalinya klub kesayangan ke kasta tertinggi Liga Inggris setelah menunggu 16 tahun. (AFP/Paul Ellis)

Liputan6.com, Jakarta - Leeds United kembali ke kasta tertinggi sepak bola Inggris pada 2020/2021. Mereka promosi berkat permainan atraktif arahan Marcelo Bielsa.

Betapa waktu sudah berubah. Sebab, Leeds United sebelumnya dikenal sebagai tim kasar dan curang. Reputasi yang melekat ketika mereka berada di masa kejayaan. 

Cerita dimulai pada 1961. Manajemen menunjuk Don Revie untuk memainkan peran sebagai manajer dan pemain sebelum benar-benar gantung sepatu setahun berselang.

Dia lalu melakukan sejumlah perubahan dalam klub. Salah satunya mengubah seragam tim menjadi seluruhnya putih. Revie diketahui terinspirasi kesuksesan Real Madrid yang ketika itu baru saja jadi juara Eropa lima musim beruntun.

Revie sadar tantangan besar menantinya. Sebab, Leeds United berada di kota yang lebih menyukai rugbi. Saat itu mereka juga berada di Divisi II dan mengalami masalah finansial. Terlepas itu, perubahan Revie membuahkan hasil berupa promosi pada 1964.

Kinerja klub terus meningkat. Di saat bersamaan, The Whites mendapat reputasi baru sebagai tim curang karena permainan keras.

Cap tersebut makin melekat ketika Brian Clough, manajer legendaris Inggris, meminta pemain Leeds United membuang medali juara ke tempat sampah. "Karena kalian tidak pernah meraih kemenangan dengan pantas," katanya ketika masih menangani Derby County.

Saksikan Video Leeds United Berikut Ini


Individu Berbakat

Patung legenda Leeds United Billy Bremner di depan Elland Road. (AFP/Paul Ellis)

Kenyataannya tidak melulu demikian. Jika menang hanya karena bermain kasar dan curang, Bobby Collins (1965), Billy Bremner (1970) and Jack Charlton (1967) tidak akan terpilih sebagai pemain terbaik versi Asosiasi Jurnalis Sepak Bola Inggris (FWA) ketika memperkuat Leeds United.

Capaian individu-individu tersebut menunjukkan pada dasarnya The Whites merupakan kelompok dengan talenta. Mengandalkan mereka, Leeds selalu terlibat perebutan gelar domestik dan internasional bersama Revie.


Dominan tapi Minim Trofi

Leeds United . (AFP/Andrew Yates)

Sejak promosi pada 1964, Leeds United asuhan Revie mampu menembus empat besar selama 10 musim beruntun di kasta tertinggi. Tidak ada tim yang menunjukkan konsistensi serupa pada periode tersebut.

Sayang, capaian itu terasa kurang gregetnya. Pasalnya, Leeds hanya memenangkan dua gelar liga (1969, 1974), Piala FA (1972), Piala Liga Inggris (1968), dan Piala Fairs (1968, 1971). Jumlah prestasi itu terasa kurang signifikan dalam periode terpenting sebuah klub.

Kenyataannya Leeds United lebih sering kecewa. Mereka jadi runner-up liga pada 1965, 1966, 1970, 1971, dan 1972. Leeds United juga kalah di final Piala FA (1965, 1970, 1973) dan Piala Winners (1973), dan Piala fairs (1967).

 


Manajemen Buruk

Para pemain Leeds United merayakan gol yang dicetak oleh Helder Costa ke gawang Fulham pada laga Premier League di Stadion Elland Road, Sabtu (19/9/2020). Leeds United menang dengan skor 4-3. (Oli Scarff/Pool via AP)

Kinerja Leeds United perlahan menurun sepeninggal Revie yang menerima tawaran jadi pelatih Timnas Inggris usai musim 1974. Mereka sempat kembali jadi juara Inggris pada 1962.

Namun, manajemen buruk membuat Leeds menghabiskan mayoritas waktu di luar kasta tertinggi pada abad ke-21.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya