Liputan6.com, Jakarta - Jelang rilis data iIndeks Harga Konsumen (IHK) di September 2020, Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi akan kembali terjadi deflasi pada bulan tersebut. Hal ini utamanya dipengaruhi harga sejumlah komoditas yang menunjukkan tren penurunan.
“Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan September diperkirakan akan kembali mengalami deflasi sekitar -0,07 persen Month to Month (MoM), atau 1,40 persen Year to Year (YoY),” ujar Josua kepada Liputan6.com, Kamis (1/10/2020)
Advertisement
Josua menjabarkan, perkiraan deflasi ini mempertimbangkan tren penurunan harga sebagian besar komoditas pangan sepanjang periode bulan September. Antraa lain; beras (-0,4 persen MoM), daging ayam(-1,2 persen MoM), daging sapi(-0,3 persen MoM), telur ayam(-4,7 persen MoM), bawang merah (-4,3 persen MoM), cabai merah(-1,2 persen MoM), cabai rawit (-7,3 persen MoM) dan gula pasir (-1,3 persen MoM).
“Penurunan harga komoditas pada bulan September juga didukung sehubungan dengan masa panen raya memasuki bulan September,” imbuh dia.
Sementara itu, Josua menyebutkan inflasi sisi permintaan diperkirakan masih lemah. Sehingga mendorong inflasi inti cenderung melambat ke kisaran 1,88 persen yoy dari bulan sebelumnya 2,03 pesen yoy.
“Tren penurunan harga emas sepanjang bulan September juga mendorong rendahnya inflasi inti,” kata dia.
Lebih lanjut, Josua menilai di tengah implementasi PSBB di DKI, konsumsi masyarakat pada kelompok kesehatan diperkirakan akan mendorong inflasi kelompok kesehatan.
“Hingga akhir tahun, inflasi 2020 diperkirakan tetap rendah dan lebih rendah dari batas bawah target inflasi BI mempertimbangkan tingkat konsumsi masyarakat yang masih cenderung lemah hingga akhir tahun ini,” pungkas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
BI Catat IHK Agustus Deflasi 0,05 Persen
Bank Indonesia (BI) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Agustus 2020 tercatat deflasi 0,05 persen (mtm). Sehingga inflasi IHK sampai Agustus 2020 tercatat sebesar 0,93 persen (ytd).
“Secara tahunan, inflasi IHK tercatat rendah yakni sebesar 1,32 persen (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,54 persen (yoy),” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - September 2020, Kamis (17/9/2020).
Adapun inflasi inti tetap rendah dipengaruhi permintaan domestik yang belum kuat, konsistensi kebijakan Bank Indonesia mengarahkan ekspektasi inflasi, dan stabilitas nilai tukar yang terjaga.
Inflasi kelompok administered prices juga rendah terutama didorong berlanjutnya penurunan tarif angkutan udara.
Sementara itu, deflasi pada kelompok volatile food dipengaruhi permintaan domestik yang belum kuat, pasokan yang memadai sejalan panen di beberapa sentra produksi, dan distribusi yang terjaga.
“Bank Indonesia memperkirakan inflasi 2020 dan 2021 akan terkendali dalam sasarannya 3,0 persen ± 1 persen. Bank Indonesia konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna mengendalikan inflasi tetap dalam kisaran targetnya,” kata Perry.
Advertisement