PM Boris Johnson: Inggris Ada di Momen Kritis Akibat Corona COVID-19

PM Johnson mengatakan Inggris berada pada titik kritis akibat Virus Corona COVID-19. Ia menyebut alasan meningkatnya jumlah kasus dan kematian menunjukkan "mengapa sebuah perencanaan sangat penting".

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 01 Okt 2020, 11:29 WIB
Perdana menteri baru Inggris Boris Johnson (AFP Photo)

Liputan6.com, London - Langkah-langkah baru untuk mengatasi peningkatan penyebaran kasus Virus Corona COVID-19 akan membutuhkan waktu untuk diproses, demikian disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.

PM Johnson mengatakan bahwa Inggris berada pada titik kritis. Ia menyebut alasan meningkatnya jumlah kasus dan kematian menunjukkan "mengapa sebuah perencanaan sangat penting".

Dia mengatakan dia "tidak akan ragu" untuk memberlakukan pembatasan lebih lanjut jika diperlukan.

Kepala penasihat ilmiah Sir Patrick Vallance berkata: "Kami tidak dapat mengendalikannya saat ini."

"Tidak ada alasan untuk berpuas diri di sini sama sekali," tambahnya.

Itu terjadi ketika angka Virus Corona COVID-19 Inggris terbaru menunjukkan ada 7.108 kasus dengan 71 kematian lainnya, demikian dikutip dari laman BBC, Kamis (1/10/2020).

Minggu lalu, Johnson memberlakukan pembatasan termasuk waktu tutup pukul 10 malam untuk pub, bar, dan restoran di Inggris, dengan pengumuman serupa di Skotlandia dan Wales, dan batas 15 orang untuk acara pernikahan.

Sejak itu, penguncian lokal lebih lanjut mulai berlaku, termasuk di Inggris timur laut, di mana banyak keluarga dilarang melakukan acara di dalam ruangan.

Pada konferensi pers di Downing Street, Johnson juga mengatakan Inggris akan menghadapi musim dingin dan dengan percaya diri merasa sekarang lebih siap daripada bulan Maret 2020.

Persiapan tersebut termasuk berada di jalur yang tepat untuk 500.000 tes sehari pada akhir Oktober, 2.000 tempat tidur di tujuh rumah sakit Nightingale dan persediaan alat pelindung (APD) selama empat bulan seperti masker, baju pelindung dan pelindung mata.

Dia mengatakan mereka telah melipatgandakan jumlah ventilator di NHS menjadi 31.500 dalam enam bulan terakhir.

Ada 312 pasien Corona COVID-19 di tempat tidur ventilator mekanis, kata pemerintah Inggris dan 2.252 di rumah sakit.

 

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Load More

Simak video pilihan di bawah ini:


PM Inggris Pernah Positif Corona COVID-19

PM Inggris, Boris Johnson selesai memberikan pernyataan pada hari pertamanya kembali bekerja setelah pulih dari virus Corona di Downing Street, London, Senin (27/4/2020). Ini menjadi kemunculan pertama PM Johnson di depan publik setelah hampir sebulan terinfeksi COVID-19. (AP/Frank Augstein)

Pada Maret 2020, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pernah dinyatakan positif Virus Corona COVID-19. Ia menjadi pemimpin negara besar pertama yang positif mengidap virus ini. 

Hal ini diumumkan PM Johnson di Twitter resminya. Politikus Partai Konservatif itu mengaku keadaannya saat itu masih sehat. 

"Selama 24 jam terakhir saya merasakan gejala-gejala ringan dan mendapat hasil tes positif Virus Corona. Saya sekarang mengisolasi diri sendiri, tetapi saya akan terus memimpin respons pemerintah lewat konferensi video untuk melawan virus ini," ujar PM Johnson, Jumat (27/3/2020).

"Bersama-sama kita akan mengalahkan ini," lanjutnya. 

Boris Johnson juga masih bisa berbicara via video. Di Twitter, ia meminta agar masyarakat bisa patuh terhadap kebijakan pemerintah terkait Virus Corona agar situasi epidemi bisa cepat dilalui. 


Wabah Virus Corona COVID-19 Darurat Kesehatan Global

Infografis Wabah Virus Corona Darurat Kesehatan Global. (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya