Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penumpang angkutan udara mulai membaik, bahkan cenderung stabil. Dimana terjadi tren kenaikan sejak Juni hingga Agustus lalu.
Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto mengatakan, jumlah penumpang udara pada Agustus 2020 mencapai 1,99 juta orang. Angka ini mengalami kenaikan 36,2 persen month to month (mtm). Namun secara year on year (yoy) turun 70 persen.
Advertisement
Bahkan, untuk penerbangan internasional, BPS mencatat terjadi kontraksi yang lebih dalam. BPS mencatat secara yoy mengalami penurunan hingga 98 persen.
"Jumlah penumpang itu mulai naik sejak Juni, Juli, dan Agustus. Naik stabil," kata Kecuk, Kamis (1/10/2020).
Sementara itu, untuk angkutan kereta api juga sudah mulai menunjukkan perbaikan. Jumlah penumpang naik sejak Juni-Agustus dengan jumlah 12,77 juta orang. Meski, jika dibandingkan dengan kondisi normal masih mengalami penurunan hingga 63 persen. Kecuk menjelaskan, Penurunan terjadi untuk lintas kereta api antar kota di Pulau Jawa hingga angkutan komuter.
Untuk angkutan laut hampir sama. Jumlah kenaikan penumpang cenderung lebih meyakinkan dibandingkan dengan moda transportasi lain.
"Jumlah penumpang [angkutan laut] pada Agustus mencapai 1,1 juta penumpang. Naik 35 persen dari bulan lalu, tetapi dibandingkan dengan Agustus 2019 masih turun 45 persen," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Penumpang Pesawat Masih Didominasi Perjalanan Bisnis
Pandemi Covid-19 yang belum kunjung berakhir mempengaruhi kinerja maskapai penerbangan secara gradual. Meski masyarakat sudah diperbolehkan menaiki pesawat dalam masa PSBB transisi, namun pergerakan perjalanan penumpang pesawat masih didominasi perjalanan bisnis.
Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait menyatakan, perjalanan masyarakat yang pergi berbisnis mencapai 60 persen.
"Dari data yang ada 60 persen perjalanan bisnis, 20 persen perjalanan wisata dan 20 persen kunjungan keluarga," ujar Edward dalam diskusi virtual, Kamis (10/9/2020).
Adapun, tingkat keterisian penumpang pesawat Lion Air Group masih berada di bawah 70 persen. Menurut Edward, ada beberapa hal yang mempengaruhi keputusan masyarakat melakukan perjalanan dengan pesawat.
Misalnya, adanya vaksin virus Covid-19. Jika vaksin ditemukan, kemungkinan masyarakat akan percaya lagi untuk terbang dan merasa lebih aman.
Lalu kesiapan dana pribadi, itu juga akan menyangkut keputusan apakah akan berwisata atau enggak, seberapa berat kondisi keuangan masing-masing masyarakat.
"Lalu, bagaimana antar daerah itu mereka sudah yakin nggak ada problem terkait Covid-19 ini, itu juga akan mempengaruhi," ujarnya.
Advertisement