Menpora Berharap Muncul Manajemen Event Olahraga Kelas Dunia dari Indonesia

Menpora Zainudin Amali menyatakan, kegiatan olahraga saat ini sudah sangat berbeda dengan waktu sebelumnya.

oleh Thomas diperbarui 01 Okt 2020, 17:08 WIB
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI Zainudin Amali (Ist)

Liputan6.com, Jakarta- Kegiatan olahraga tentu tak bisa lepas dari peran Event Organizer (EO). Melihat pentingnya manajemen event olahraga, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mengadakan Webinar dengan tema Management Event Olahraga meningkatkan Energi Produktifitas dan Kreatifitas Pemuda.

Karena situasi pandemi Covid-19 masih berlangsung maka kegiatan tersebut diselenggarakan secara virtual melalui zoom dan juga live Youtube.

Menpora Zainudin Amali menyatakan, kegiatan olahraga saat ini sudah sangat berbeda dengan waktu sebelumnya. "Kegiatan olahraga tidak bisa lagi lepas dari pengelolaan atau EO. Demikian juga kepemudaan," paparnya.

Kegiatan olahraga dan kepemudaan sudah tidak bisa lagi dikerjakan secara asal. Banyak kegiatan besar yang akan diselenggarakan ke depan. "Maka harus dipersiapkan bagaimana manajemen bagi pemuda dan olahraga ini," katanya.

Zainudin mencontohkan ketika Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah Asian Games 2018. Saat itu, Kemenpora menjadi leading sector. ”Untuk pengelolaan acara opening dan closing nya kita belum mampu sendiri. Kita masih mendatangkan tenaga asing, meskipun yang tampil di depan adalah EO-EO kita,” ucapnya.

Fakta tersebut menjadi contoh yang seharusnya menjadi peluang bagi pemuda Indonesia mempersiapkan diri untuk mengelola event-event di bidang kepemudaan dan keolahragaan.

Zainudin melanjutkan, banysk kegiatan kelas internasional yang bakal diselengarakan di Indonesia tahun depan. Seperti Piala Dunia U-20. Karena itu, butuh kemampuan yang mumpuni untuk menjadi EO.

”Kalau tidak siap maka pasar ini akan menjadi makanan orang yang datang dari luar,” bebernya.

Ya, dia menilai semakin hari persaiangan dan kompetisi di bidang EO cukup ketat. Indonesia yang memiliki rakyat lebih dari 250 juta seharusnya bisa bersaing. ”Jangan sampai hanya jadi penonton karena tidak siap,” katanya.

Oleh sebab itu, Zainudin menyebut program yang dilakukan di deputi kepemudaan ini tepat. ”Keterampilan menajemen olahraga ini adalah keniscayaan yang tidak mungkin lagi bisa dihindari,” ujarnya.

Pada masa pandemi ini menjadi kesempatan untuk menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. ”Begitu masuk recovery akan ada banyak kegiatan yang dilakukan , khsusunya di lingkungan Kemenpora pasti akan banyak,” katanya.

Saksikan Video Menarik ini


Kekayakan

Webinar dengan tema Management Event Olahraga meningkatkan Energi Produktifitas dan Kreatifitas Pemuda. (ist)

Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Faisal Abdullah menyatakan, dalam proses merencanakan event perlu melakukan penelitian awal mengenai kelayakan dari suatu event. Termasuk di dalamnya mengenai kebutuhan anggaran yang besar dan minat dari masyarakat terhadap event tersebut, sesuai target konsumen dari event yang digelar dan mampu berinteraksi dengan audience serta harus bisa menciptakan experience yang berbasis kreatifitas, inovasi dan original.

Faisal menambahkan, management Event Olahraga harus memiliki fanatisme fans, pasar paling potensial, banyak stake holders maupun sponshorship yang relatif mudah digandeng untuk membantu pangsa pasar yang luas. Baik bagi peserta maupun penonton.

Guru Besar Universitas Negeri Jakarta Moch Asmawi menambahkan, bagi mahasiswa ataupun masyarakat yang ingin menjadi EO profesional tidak bisa secara instan. ”Semua butuh latihan, olahraga juga latihan, EO pun latihan,” katanya.


Jangan Menyerah

Karena itu, untuk memulai menjadi EO, harus dimulai dari yang paling muda terlebih dulu sehingga bisa berkembang dan maju ke depannya. ”Jangan sampai menyerah. EO itu kan kadang lesu, sepi, apalagi pandemic seperti saat ini, memang itu seperti itu,” katanya tersenyum.

Ndang Mawardi selaku President Director & CEO Inspiro Group, Sport Tourism Event Organizer & Promotor menuturkan, di dalam penyelenggaran event itu dari mulai kelahiaran sampai kematian erat kaitannya dengan pelaksaaan.

Dia menambahakan, event baru bisa terlaksana apabila ada satu kolaborasi. ”Disini tentu saja tidak mudah untuk kolaborasi. Harus punya kekampuan seperti satu dirijen gitu ya supaya not nya itu indah dan enak gitu ya,” katanya.

Untuk membuat event, terdapat tiga hal yang menjadi pegangan. Pertama, adalah manajemen ririko. ”Ini yang paling harus dipikirkan, Seringkali terlewat ya. Biasanya ada ide, kemampuan, langsung jalan, tapi risikonya tidak terpikirkan,” katanya.

Kedua merupakan penyelenggara. Di fase ini EO harus memiliki ide dan plan. ”Jadi idenya apa dan rencananya seperti apa, lalu suatu kemampuan untuk memanage atau mengorganisir SDM kita,” katanya.Dan terakhir adalah stakeholder. Dalam hal ini pemangku kepentingan. ”Kita akan melinbatkan siapa saja, pemerintah kah, media, dan lainnya. Tanpa ketiga itu semua maka secara praktis event tersebut akan terkendala,” ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya