Soal Puncak Covid-19, Satgas: Semua Tergantung Masyarakat

Wiku mengingatkan masyarakat harus disiplin terhadap protokol kesehatan agar virus corona dapat ditekan.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 02 Okt 2020, 03:27 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito tegaskan harus ada antisipasi kegiatan kampanye pilkada berpotensi timbul kerumunan saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (17/9/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Rusman)

Liputan6.com, Jakarta - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengaku pihaknya tidak bisa memprediksi puncak kasus corona di Indonesia. Menurut dia, hal itu tergantung kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.

"Kalau kita ditanya kapan angkanya tertinggi dan kemudian turun? Semua tergantung pada kita sendiri. Angka ini akan turun pada saat perilaku di masyarakat semuanya kompak menjalankan protokol kesehatan, bergotong-royong," kata Wiku dalam konferensi pers di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (1/10/2020).

Namun, apabila masyarakat mengabaikan protokol kesehatan maka angka kasus Covid-19 akan kembali naik. Wiku mengingatkan masyarakat harus disiplin terhadap protokol kesehatan agar virus corona dapat ditekan.

Mulai dari, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak akan minimal 1 meter. Kemudian, masyarakat diminta tidak berkerumun sebab hal itu berpotensi memicu penularan virus corona.

"Jadi sebenarnya angka ini tergantung dari kita masyarakat sendiri. Mari kita perangi covid ini dengan baik dan kita betul-betul bisa menekan kasus ini secara terus menerus tanpa lengah sehari pun," ujarnya.

Wiku menuturkan tingginya penambahan kasus harian Covid-19 akhir-akhir ini disebabkan tingkat penularan yang tinggi di masyarakat. Untuk itu, dia meminta masyarakat yang masih tak percaya Covid-19 sadar betapa bahayanya virus ini.

"Ini bukan hoax, ini kenyataan, tak ada yang kebal dari penyakit ini. Maka dari itu mohon untuk memahami kondisinya, menjalankan protokol kesehatan," jelas Wiku.

Selain itu, Wiku juga mengatakan pemerintah telah mengajukan permohonan bantuan rapid test berbasis antigen ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Alat rapid test ini bisa mengeluarkan hasil tes Covid-19 dalam waktu 15-30 menit.

"Kami telah berkomunikasi dengan perwakilan WHO yang ada di Indonesia, dan kami telah memohon untuk bisa dapat dipertimbangkan mendapatkan bantuan dari WHO untuk tes cepat ini," ujar Wiku.

Menurut dia, WHO akan menyedikan 120 juta alat rapid test berbasis antigen ini untuk 133 negara. Wiku menyebut WHO memprioritaskan penyediaan alat ini untuk negara-negara middle income country dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak.

 

**Ingat #PesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tingkat Akurasi Tinggi

Meski nantinya tidak mendapatkan jatah, Wiku mengatakan pemerintah akan mengupayakan agar alat rapid test ini bisa masuk ke Indonesia. Pasalnya, berdasarkan rekomendasi WHO, rapid test antigen ini memiliki tingkat akurasi yang tinggi dalam mendeteksi Covid-19.

"Sedang kami review unutk selanjutnya mungkin akan digunakan dan tentunya akurasinya yang lebih tinggi dan karena ini pendeteksi antigen," ucapnya.

Kendati begitu, dia mengakui bahwa rapid test ini masih sebatas proses screening. Tes ini tidak bisa digunakan untuk mendiagnosa apakah seorang terpapar Covid-19 atau tidak.

"Dalam rangka proses screening, sebelum selanjutnya dilakukan tes penegakan diagnosa dengan real time PCR," kata Wiku.

Adapun jenis sampel yang diambil dari metode rapid test antigen ini adalah lendir dalam hidung atau tenggorokan. Rapid test antigen adalah tes diagnostik cepat Covid-19 yang dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antigen virus Covid-19 pada sampel yang berasal dari saluran pernapasan.

Antigen akan terdeteksi ketika virus aktif bereplikasi. Itu sebabnya rapid test antigen paling baik dilakukan ketika orang baru saja terinfeksi.

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya