Harga Emas Melonjak 1 Persen Dipengaruhi Harapan Baru Stimulus AS

Harga emas melonjak 1 persen pada hari Kamis

oleh Athika Rahma diperbarui 02 Okt 2020, 07:30 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melonjak 1 persen pada hari Kamis untuk menguat di atas level kunci USD 1.900 di tengah harapan baru untuk stimulus AS yang dapat membantu meringankan penderitaan ekonomi dari virus corona. Sementara dolar yang lebih lemah juga mendorong daya tarik emas.

Dikutip dari CNBC, Jumat (2/10/2020), harga emas di pasar spot emas naik 1,2 persen menjadi USD 1,907.46 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 22 September di USD 1.911,66. Emas berjangka AS ditutup naik 1,1 persen menjadi USD 1.916,30 per ounce.

Investor mengincar pembicaraan antara Ketua DPR AS Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin untuk mencapai kesepakatan tentang RUU bantuan COVID-19 yang telah lama ditunggu-tunggu.

"Jika ada kesepakatan, kemungkinan stimulus akan menghidupkan kembali gagasan bahwa inflasi akan bergerak menuju target Federal Reserve," yang seiring dengan kebijakan penekanan suku bunga oleh Fed menjadi katalis yang sangat baik untuk emas, kata Bart Melek, kepala strategi komoditas di TD Securities.

Dia menambahkan, terobosan dalam penghalang psikologis dari level USD 1.900 selanjutnya dapat mendorong pasar secara teknis sedikit lebih tinggi. Dolar jatuh ke level terendah lebih dari satu minggu versus rival, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Sementara itu, aktivitas manufaktur AS secara tak terduga melambat pada bulan September karena pesanan baru masih rendah. Sementara klaim pengangguran mingguan AS turun lebih rendah, tetapi tetap pada level resesi, yang semakin memperkuat daya tarik safe haven logam.

"Penggerak utama (untuk emas) adalah uang investasi dan reaksi terhadap berita utama ekonomi, berita utama geopolitik dan dolar," kata David Govett, CEO Govett Precious Metals dan mantan pedagang.

“Banyak dari hal-hal itu yang diperhitungkan tetapi akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik dan karena itu harga emas akan mendapatkan keuntungan dan kembali ke USD 2.000," pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Harga Emas Sulit Melambung Sepanjang Pekan Ini

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Survei mingguan yang dilakukan oleh Kitco memperlihatkan bahwa pelaku pasar sulit untuk menentukan harga emas. Alasannya, belum ada sentimen jangka pendek yang bisa menunjukkan harga emas akan melambung dalam waktu dekat.

"Begitu banyak ketidakpastian dan volatilitas di pasar sehingga sulit untuk ditebak gerak emas dalam waktu dekat ini," jelas Kepala Perdagangan MKS (Switzerland) SA, Afshin Nabavi dikutip dari Kitco, Senin (27/9/2020).

Pendapat analis sendiri terbagi rata di tiga posisi pada pekan ini. Dari 16 analis yang disurvei, sebanyak enam atau 38 persen analis memperkirakan harga emas akan naik. Tak berbeda jauh, analis yang memperkirakan harga emas akan melemah dan mendatar masing-masing lima orang atau sekitar 31 persen.

Sedangkan sebagian pelaku pasar memperkirakan harga emas akan mengalami tekanan. Hal ini terjadi karena sentimen bullish telah mencapai level terendah sejak awal tahun.

Pergeseran sentimen dari bullish menjadi bearish terjadi setelah harga emas mengalami penurunan yang sangat signifikan minggu kemarin. Harga emas tertekan hingga di bawah USD 1.900 per ounce.

Harga emas mengakhiri minggu kemarin dengan turun lebih dari USD 100 atau 5 persen dari periode pekan sebelumnya.

Analis SIA Wealth Management Colin Cieszynski mengatakan, bearish pada harga emas akan terjadi pada pekan ini karena sepertinya dolar AS memiliki ruang untuk bergerak sedikit lebih tinggi.

“Ini bukan tentang emas tetapi lebih tentang dolar AS. Mata uang tersebut memiliki kekuatan yang lebih besar,” jelas dia.

“Dolar AS telah mendominasi semua pasar dan harga emas tidak bisa menghindarinya. Saya pikir kita perlu melihat guncangan emas lagi sebelum investor kembali ke pasar." tambah dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya