Pengelola Wisata Minta Pemerintah Swab Test Semua Turis ke Bali

Pengelola wisata hendak membangun kepercayaan dari wisatawan luar Bali bahwa Pulau Dewata tetap aman dikunjungi saat pandemi Covid-19.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Okt 2020, 12:15 WIB
Turis berjalan di pantai Kuta di pulau pariwisata Indonesia di Bali (4/1). Pantai ini dilengkapi lahan parkir di sepanjang pantai, kamar mandi umum, payung pantai, kios makanan dan minuman, serta tempat penyewaan papan selancar. (AFP Photo/Sony Tunbelaka)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana, hendak membangun kepercayaan dari wisatawan luar Bali bahwa Pulau Dewata tetap aman dikunjungi saat pandemi Covid-19.

Menurut dia, wisatawan dapat percaya diri untuk berlibur ke Bali jika tempat tersebut taat pada protokol kesehatan. Bukan malah mengabaikannya seperti meniadakan rapid test sebagai syarat untuk masuk ke Pulau 1.000 Dewa ini.

"Nah sekarang ini kan tentang trust, kepercayaan teman-teman dari luar yang mau ke Bali. Saran saya sekalian saja kita putuskan, ini penting untuk trust, begitu Bali dibilang enggak perlu rapid lagi, orang yang dateng bukannya naik malah market justru turun," ujar dia dalam sesi webinar, seperti dikutip Jumat (2/10/2020).

Pria yang kerap disapa Gus Agung ini mengatakan, wisatawan butuh sentimen positif bahwa Bali aman dari pandemi. Oleh karenanya, ia menganjurkan agar pemerintah menyiapkan swab test atau tes PCR bagi turis yang ingin berkunjung ke Bali, baik menggunakan transportasi penerbangan maupun laut.

"Sekalian aja kita memang kalau harus swab, jadi lakukan swab. Memang rapid sih enggak efektif. Kebetulan di Bali swab enggak mahal. PCR juga murah banget. Dan saya kalau mandiri cuman bayar Rp 600 ribu. Jadi seminggu kita bisa safe segitu, kita yakin," ujarnya.

Gus Agung menilai, pemerintah dan pengelola destinasi wisata harus sering berkoordinasi untuk membangun confident para wisatawan masuk ke Bali. Salah satunya dengan fokus menyiapkan tes seperti PCR atau swab.

"Saran saya sih lebih baik kita fokus kalau harus PCR ya PCR. Harus ada trust, jadi ke situ arahnya. Menurut saya yang paling penting agar orang mau naik pesawat kita lakukan tes yang benar-benar tes. Bukan rapid lagi, tapi PCR," imbuhnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Menko Luhut: Kalau Pasien Melonjak, Wisata Bali Bisa Ditutup Lagi

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meresmikan Program Digitalisasi Pariwisata Berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). (Dok Kemenko Marves)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mendeklarasikan Program Kepariwisataan dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi Pariwisata Berbasis Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Deklarasi ini sekaligus menandai pembukaan pariwisata di Bali.

Luhut mengatakan, Bali dan pariwisata merupakan dua entitas yang saling melekat dan tak terpisahkan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mewanti-wanti agar sektor pariwisata menjadi perhatian para menteri.

"Presiden berkali-kali mengingatkan kami para pembantunya, bahwa kami harus tangani pariwisata ini dengan benar," kata Luhut dalam keterangan tertulis, Jumat (31/7/2020).

Dalam menangani pandemi ini, pemerintah telah mengambil langkah komprehensif. Penanganan dari sisi kesehatan dan ekonomi dilakukan secara bersamaan. Pemerintah telah memberikan berbagai stimulus ekonomi untuk membantu sektor pariwisata yang terdampak pandemi. Sebab penerimaan negara dari sini sangat tinggi dan banyak menyerap tenaga kerja.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), 60 persen wisatawan mancanegara berwisata ke Bali. Pariwisata pulau Dewata ini menyumbang 28,9 persen devisa pariwisata nasional. Nilainya mencapai Rp 75 triliun.

Namun BPS menyebut akibat pandemi, wisatawan mancanegara pada Mei 2020 anjlok sampai 86,9 persen (yoy) dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama. Catatan Bank Indonesia juga menunjukkan devisa pariwisata ikut terjun dan mengalami kontraksi hingga 97,3 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.

Melihat ini, Luhut menilai sudah saatnya sektor ekonomi mulai dipulihkan. Salah satunya dengan membuka kembali pariwisata di Bali.

"Sekarang kita melihat bahwa sudah waktunya ekonomi ini mulai dipulihkan. Hari ini adalah yang menurut saya merupakan hari yang bersejarah," kata dia.

Meski begitu mantan Kepala Staf Kepresidenan tak ingin wisata dibuka begitu saja. Dia ingin para pengusaha sektor ini tetap menerapkan protokol kesehatan yang telah dibuat pemerintah.

"Masalah kesehatan ini penting, oleh karena itu protokol kesehatan jangan sampai ditawar-tawar. Kita semua harus bahu-membahu untuk menegakkan disiplin ini," kata dia.

Pembukaan sektor pariwisata di Bali ini juga telah memerhatikan jumlah kasus pasien terkonfirmasi terjangkit virus Corona. Sebab ini menjadi acuan suatu wilayah berstatus merah, kuning atau hijau.

Di Bali secara umum sudah banyak wilayah hijau sehingga aktivitas ekonomi bisa dilakukan. Bali ini menurut saya beberapa daerah sudah banyak yang hijau, ada masih yang kuning tapi tidak ada yang merah,” kata dia.

Namun jika jumlah pasien terjangkit kembali melonjak, tidak menutup kemungkinan wisata di Bali akan ditutup kembali.

"Jadi kerjasama kita itu penting. Jadi tidak boleh satupun merasa diri paling penting dalam masalah ini. Kita harus teamwork menyelesaikan ini," katanya mengakhiri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya