COO Tokocrypto Bicara Masa Depan Aset Kripto di Indonesia

COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda berbicara soal masa depan aset kripto dan strategi Tokocrypto di Indonesia

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 02 Okt 2020, 16:30 WIB
COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda. (Dok. Tokocrypto)

Liputan6.com, Jakarta - Aset kripto saat ini sudah menjadi salah satu bentuk komoditi yang diakui dan dapat diperdagangkan di Indonesia. Platfrom yang menawarkan jual beli aset kripto pun kini mulai bermunculan, salah satunya adalah Tokocrypto.

Tokocrypto sendiri hadir sebagai platform yang mengutamakan kepatuhan pada regulasi di Indonesia. Hal itu, yang menurut COO Tokocrypto, Teguh Kurniawan Harmanda, membedakan platformnya dengan layanan serupa.

"Sebagai leader of compliance di bidang aset kripto, kami di Tokocrypto menjalin kerja sama baik dengan regulator yang ada di Indonesia, mulai dari PPATK hingga Bappebti," tuturnya saat diwawacarai Tekno Liputan6.com.

Menurut Harmanda, hal itu penting sebab bentuk kepatuhan pada regulasi ini sekaligus edukasi bagi masyarakat. Dengan demikian, masyarakat yang ingin mulai membeli aset kripto tidak melakukan investasi bodong.

"Kami juga ingin mengedukasi publik Indonesia, supaya lebih mengenal aset kripto. Mulai dari seperti apa regulasi maupun regulatornya, termasuk aman atau tidak. Jadi, itu salah satu poin kami jangan sampai masyarakat tidak mengerti dan melakukan investasi bodong," tuturnya.

Selain itu, dari sisi teknologi, platform Tokocrypto juga sudah didukung Binance sebagai perusahaan aset kripto global. Karenanya, dia menjamin platorm Tokocrypto juga mengadopsi teknologi dan keamanan yang dimiliki perusahaan tersebut.


Investasi Aset Kripto di Indonesia

Perkembangan pasar aset kripto di Indonesia. foto: istimewa

Seperti disebutkan di atas, aset kripto sendiri sebenarnya sudah diatur di Indonesia. Menurut Harmanda, aturan soal aset kripto sudah ada sejak 2018 dan hingga 2020, ada total lima aturan yang membahas soal aset kripto oini.

"Dapat saya sampaikan aturan itu sudah bersifat masif, sehingga sebenarnya sudah ada landasan hukum untuk berinvestasi aset kripto. Dan, hal yang penting dan menarik, di Indonesia kripto sudah ditetapkan sebagai aset, sedangkan di beberapa negara lain belum," tuturnya.

Namun dia mengatakan, untuk investasi aset kripto di Indonesia memang membutuhkan waktu secara bertahap untuk benar-benar diadopsi secara masif. Meski belum mencapai klimaks, tapi Harmanda menuturkan, penetrasinya sudah semakin bagus.

Harmanda mengatakan hal ini terjadi karena ada beberapa faktor. Salah satunya memang tingkat masyarakat yang memiliki akun perbankan masih belum banyak, hal itu tentu berdampak pada produk turunan dari bank, seperti produk investasi yang baru dikampanyekan dalam beberapa tahun terakhir.

Kondisi itu jelas berimbas pula pada aset kripto yang merupakan komoditi baru. Terlebih, ada beberapa faktor lain yang juga berpengaruh seperti keterbatasan akses, baik informasi maupun teknologi.

"Selain itu, mereka juga sulit mendapatkan informasi valid soal aset kripto, yang kadang membuat mereka bingung. Karenanya, kami selalu berupaya untuk menjangkau masyarakat, termasuk di luar Jakarta," tuturnya menjelaskan.

Oleh sebab itu, dia mengatakan aset kripto memiliki potensi besar di Indonesia. Dia mencontohkan, saat ini aset kripto dalam tahap early adapter, tapi dalam lima tahun ke depan, mungkin perkembangannya akan sama seperti startup di masa sekarang.

"Saat ini, aset kripto sama seperti startup di pada 2008-2009. Jadi, sekarang ini masanya bagi early adaptor untuk mengetahui apa itu aset kripto dan bisnisnya, tapi lima tahun ke depan mungkin akan seperti startup saat ini yang sudah matang," ujar pria yang meraih gelar Magister dari UGM tersebut.


Peran Generasi Milenial untuk Perkembangan Aset Kripto

Ilustrasi aplikasi Tokocrypto. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Untuk di Indonesia sendiri, generasi milenial disebut mengambil peran banyak di bidang aset kripto. Alasannya, generasi milenial memang dikenal cukup berani mengambil risiko dalam berinvestasi.

Seperti diketahui, aset kripto memang memiliki parameter lebih tinggi dari aset lain, tapi generasi milenial nyatanya mau mengambil risiko tersebut. Pengguna Tokocrypto pun, menurut Harmanda, yang berusia 34 tahun ke bawah hingga minimal yang memiliki KTP, mencapai 40 persen.

"Oleh sebab itu, kami melihat pasar milenial itu merupakan potensi dari masa depan aset kripto. Namun tidak hanya itu, kami juga kerap melakukan sosialisasi ke kampus maupun komunitas," ujarnya menjelaskan.

Sosialisasi itu dilakukan agar para mahasiswa yang saat ini masih mendapatkan uang dari orangtuanya mulai melek investasi, sehingga saat mereka memiliki daya beli setelah bekerja, mereka mulai berani berinvestasi di Tokocrypto.

Selain itu, proses investasi di Tokocrypto yang mudah juga menjadi daya tarik sendiri. Berbeda dari investasi aset lain yang membutuhkan waktu lama untuk verifikasi dan proses pembeliannya.

"Hal-hal ini yang kemudian menarik orang-orang trading yang biasanya melakukan dengan pakem, mulai dari waktu pembelian hingga penandatangan dokumen yang banyak, kini bisa melakukannya kapan saja, di mana saja dengan Tokocrypto," tuturnya melanjutkan.


Masa Depan Aset Kripto di Indonesia

Ilustrasi Blockchain. Kredit: mmi9 via Pixabay

Menyoal soal masa depan aset kripto di Indonesia, secara pribadi, Harmanda mengatakan, dia melihatnya tidak sekadar dari sisi bisnis, melainkan juga teknologinya. Hal itu pula yang membuatnya terjun ke bidang ini.

Harmanda sempat menceritakan awal mulanya berkenalan dengan teknologi blockchain saat bekerja di Singapura beberapa tahun lalu. Ketika itu, dia diminta mengerjakan blockchain yang terbilang sebagai teknologi baru.

Dari situ, Harmanda yang memang senang teknologi ternyata langsung tertarik Sebab, blockchain sebagai teknologi menawarkan efisiensi dan efektivitas dalam penerapannya.

"Saya kemudian itu merasa hal yang menarik dan dapat diterapkan. Tidak hanya dari soal ekonomi, tapi ada juga peran teknologi. Jadi, ini menawarkan segudang alternatif problem solving di industri," ujarnya.

Oleh sebab itu, dia mengatakan apabila membicarakan masa depan aset kripto di Indonesia agak terlalu sempit. Sebab, di dunia internasional aset kripto ini sudah banyak digunakan di banyak hal, bukan sekadar investasi dan itu dapat pula diterapkan di Indonesia.

Mengingat kiprahnya yang sudah lama di bidang aset kripto, Harmanda juga memiliki mimpi terhadap perkembangannya di Indonesia. Dia mengatakan ingin agar masyarakat Indonesia bisa mengadopsi kripto ekonomi.

"Saya ingin masyarakat Indonesia bisa mengadopsi kripto ekonomi. Sebab, bagi saya kripto itu bukan sekadar aset atau investasi, saya ingin membuat orang Indonesia mengerti dan mengadopsi prinsip dari model business crypto economics," tuturnya mengakhiri pembicaraan.

(Dam/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya