Liputan6.com, Jakarta Perusahaan retail fashion H&M berencana menutup sekitar 250 toko atau gerainya di seluruh negara. H&M akan memberikan kepastian seputar rencana penutupan retailnya pada tahun depan.
Kepastian penutupan masih menunggu seberapa besar antusias konsumen berbelanja secara online akibat pandemi Covid-19.
Advertisement
Melansir laman BBC, Jumat (2/10/2020), penjualan perusahaan retail fashion yang berbasis di Swedia ini sebenarnya sudah jauh lebih membaik pada September. Meski angkanya masih 5 persen lebih rendah dari tahun 2019.
Sementara laba sebelum pajak turun menjadi 2,37 miliar krona Swedia (£ 210 juta) atau Rp 3,8 triliun selama sembilan bulan hingga 31 Agustus. Angka ini lebih baik dari perkiraan para analis.
H&M tercatat memiliki lebih dari 5.000 toko retail di seluruh dunia. Tetapi untuk sekarang ini jumlah penutupan toko retail tersebut masuh belum jelas
Perusahaan mengatakan, rencana detail seputar penutupan secara internasional akan masih sulit untuk diprediksi, mengingat jumlah penutupan setiap negara akan berbeda-beda.
Sesuai pernyataan dari H&M, perusahaan mempunyai hak untuk mengkaji ulang kontrak toko setiap tahun untuk bisa melakukan negosiasi ulang ataupun mengakhiri masa sewa retailer. Hitungannya, jumlah toko yang ditutup sekitar 250 unit.
Sekarang ini terdapat 166 toko H&M di seluruh dunia yang membatasi maupun menutup aktivitas jual beli langsung dengan konsumen.
Analis ekonomi retail Richard Lim mengatakan bahwa pandemi Covid-19 sangat mengubah pola konsumsi belanja dari banyak konsumen di seluruh dunia.
“Beberapa bulan terakhir selama masa pandemi Covid-19, aktivitas konsumsi berbelanja masyarakat terus beralih secara online, sehingga berbagai macam perusahaan mencoba beradaptasi dengan hal tersebut, tidak terkecuali untuk usaha retail fashion,” jelas dia.
Jualan Online
Untuk berdaptasi dengan keadaan “New Normal” dari pandemi Covid-19, H&M menyatakan akan mempercepat usaha peralihannya secara online.
Salah satu toko retail H&M dari Stockholm, Swedia menyatakan telah melakukan antisipasi yang “cepat dan pasti” untuk bisa mengurangi kerugian akibat pandemi ini.
Tetapi walaupun di masa krisis seperti ini CEO H&M, Helena Hemmerson tetap menyatakan rasa optimismenya dalam menangani tantangan bisnis di masa pandemi.
“Tantangan yang dihadapi masih jauh dari selesai, tetapi kami percaya bahwa masa-masa tersulit sudah bisa kami hadapi, dan bisnis kami berada di posisi yang baik untuk bisa melawan krisis dengan lebih baik”. Ujar Helena.
Sofie Willmot dari perusahaan analitik Global Data pun mendukung pernyataan dari Helena tersebut, dengan melihat penjualan H&M hanya turun sekitar 5 persen di September.
“Angka tersebut menunjukan masih tingginya relevansi dan kepercayaan merk perusahaan pakaian ini di masyarakat, sehingga masih akan ada konsumen yang perlahan kembali berbelanja di tokonya," kata Sofie.
Reporter: Yoga Senjaya Putra
Advertisement