Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah menyusun strategi pemulihan angkutan logistik agar bisa kembali meningkatkan perekonomian nasional. Seperti diketahui, selama pandemi angkutan barang telah mengalami penurunan meskipun tidak terlalu signifikan.
Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan, Gede Pasek Suardika mengatakan, binsis logistik bisa dinyatakan pulih jika sistem logistik mampu bertahan. Di samping itu, mereka juga harus handal di dalam wilayah maupun di luar wilayah, baik sedang ada bencana ataupun tidak.
Advertisement
"Dampak dan respon Industri jasa logistik untuk upaya pemulihan sangat bervariasi, namun secara umum strategi pemulihan melambat karena kontradiksi antara keinginan untuk meraih pasar baru, namun di saat yang sama tidak siap untuk berinvestasi untuk mencapainya. Akibat tersendatnya aliran kas selama pandemi," kata dia di Jakarta, Jumat (2/10).
Menurutnya, kontradiksi tersebut dapat diselesaikan dengan beberapa prinsip inovasi pelayanan logistik. Termasuk dengan referensi praktik baik yang sukses di masa pandemik (B2C, C2C) untuk menjadi standar bagi model bisnis layanan logistik nasional.
Disisi lain, ketika komunitas industri tidak sanggup untuk mengubah bisnis modelnya karena keterbatasan pendanaan dalam masa pandemi, maka Pemerintah dapat hadir dengan stimulus keuangan yang dapat memicu dan memacu pergerakan angkutan barang.
Hal ini diperlukan mengingat industri logistik merupakan backbones perdagangan dan industri lainnya yang tetap membutuhkan distribusi barang. Namun tidak semua industri jasa logistik yang terkena dampak negatif dari Covid-19 sehingga diperlukan kebijakan pemulihan yang tepat sasaran.
“Dari semua yang sudah dibicarakan, maka mengkerucut pada dua hal kata kunci yaitu integrasi dan kolaborasi,” tandas dia.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kemenhub Terus Kaji Strategi Pemulihan Logistik Selama Pandemi
Penyesuaian baru antara rantai pasok global dengan adaptasi, digitalisasi, kesiapsiagaan untuk keberlanjutan sistem rantai pasok logistik, dan logistik telah menjadi tulang punggung bagi sektor lainnya yang membutuhkan distribusi barang.
Namun dengan adanya pandemi Covid-19, diperlukan kajian untuk memulihkan logistik di Indonesia. Maka dari itu, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan webinar seri #8 guna mendiseminasikan hasil kajian terkait strategi pemulihan angkutan logistik pada masa pandemi Covid-19.
Dimasa pandemi para pelaku industri logistik harus dapat melakukan penyesuaian dan merumuskan bentuk strategi baru di era transisi menuju adaptasi baru.
Kebijakan dan dukungan penuh dari regulator dapat mendorong sektor usaha jasa angkutan barang/logistik agar tetap bisa bertahan dan bangkit kembali secara bertahap sehingga proses pendistribusian pasokan kemanusiaan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.
“Dalam rangka pemulihan kesehatan dan ekonomi ini harus dilakukan dalam satu kemudi, dimana instrumennya adalah menekan kurva Covid-19 dengan berbagai protokol kesehatan. Jika kurva Covid-19 berhasil ditekan, maka kita bisa mulai dengan Jaring Pengaman Sosial (JPS), dan Jaring Pengaman Sektor Riil (JPSR),” ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Umiyatun Hayati Triastuti dalam keterangannya, Jumat (2/10/2020).
Hadir sebagai pembicara kunci, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menyebutkan bahwa Pandemi Covid-19 menyadarkan mengenai perlunya akselerasi untuk sistem transportasi di masa depan.
Smart mobility and logistic, automated & autonomous vehicle yang terintegrasi dengan system cerdas akan berdampak pada sistem transportasi jangka panjang.
Advertisement