Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi covid-19, pemerintah mencanangkan sejumlah program. Salah satunya yakni peningkatan investasi.
Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) menyebutkan, pertumbuhan investasi harus positif untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi tahun depan. Pasalnya, menilik dari data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) rata-rata mencapai 30 persen. Atau kedua terbesar setelah konsumsi masyarakat.
Advertisement
Selain itu, Kepala BKF Febrio Kacaribu menyebutkan salah satu cara yang bisa ditempuh untuk memulihkan investasi yakni melalui penyelesaian Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. Dimana melalui aturan tersebut, Febrio menilai akan dapat memberikan kelonggaran untuk mendorong pertumbuhan investasi.
"Kita harus reformasi dari 2020 ke 2021, termasuk bagaimana investasi harus positif di 2021," ujar dia dalam Dialogue Kita, Jumat (2/10/2020).
Sebagai informasi, pada kuartal kedua 2020 investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tercatat mengalami kontraksi hingga 8,61 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (year on year/yoy). Realisasi ini merosot tajam dari pertumbuhan 4,55 persen pada kuartal kedua 2019 secara yoy.
Pada kuartal tiga ini, pemerintah memproyeksikan PMTB masih akan tumbuh pada zona negatif, yaitu antara 8,5 persen hingga 6,6 persen. Meski sedikit lebih baik, pertumbuhan ini masih lemah, tercermin dari indikator aktivitas bangunan, impor barang modal dan penjualan kendaraan niaga.
Febrio menambahkan, apabila pertumbuhan investasi masih negatif sampai tahun depan, maka tantangan yang dihadapi ekonomi Indonesia akan sangat besar. Akselerasi pemulihan ekonomi pun menjadi sulit tercapai.
“Investasi harus positif. Karena kalau investasinya negatif ya berat sekali,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Negara Islam Ogah Investasi di Indonesia, Ini Sebabnya
Duta Besar RI untuk Abu Dhabi, Husin Bagis mengatakan ada 57 negara yang mayoritasnya islam di dunia. Namun hanya ada beberapa negara islam yang kaya dan mau investasi di negara lain.
Salah satu negara islam yang kaya yakni Arab Saudi. Negara Timur Tengah ini bisa memproduksi minyak 12 juta barel dan Abu Dhabi 14 juta barel. Negara ini memiliki banyak cadangan energi, tetapi jumlah penduduknya sedikit.
"Banyak cadangan energi tapi jumlah penduduk sedikit, uangnya jadi banyak. Nah uangnya ini kemana? ya investasi," kata Husin dalam Webinar Nasional Investasi Negara-Negara Islam di Indonesia, Jakarta, Jumat (2/10/2020).
Hanya saja, negara-negara kaya itu kata Husin hanya akan berinvestasi di negara-negara yang mudah birokrasinya dan menarik. Padahal dana Sovereign Wealth Fund dari Abu Dhabi sangat besar.
Mereka enggan berinvestasi di Indonesia karena pemerintah tidak memiliki proyek kerja sama yang tuntas.
"Mereka kurang tertarik untuk menanamkan modalnya ke Indonesia karena kita gak punya project yang bisa nawarin kesepakatan yang clean and clear," ungkap Husin.
Hal inilah yang menyebabkan investasi proyek di Indonesia akhirnya mangkrak. Sebab terganjal oleh proses administrasi.
Advertisement